Bdn. Yati Isnaini Safitri, SST., M.Kes – Dosen Kebidanan, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK)

DETEKSI dini berperan penting dalam menjamin kesehatan reproduksi wanita secara keseluruhan. Deteksi dini gangguan pada sistem reproduksi merupakan langkah preventif yang bertujuan untuk mencegah terjadinya berbagai penyakit pada sistem reproduksi.

Secara umum kesehatan reproduksi wanita dapat terancam oleh beberapa penyakit seperti infeksi menular seksual, endometriosis, PCOS, kanker serviks, dan sindrom menopause dini. Kekuatan deteksi dini masalah kesehatan reproduksi menghasilkan intervensi yang tepat waktu, mencegah perkembangan penyakit, dan mengurangi risiko komplikasi jangka panjang.

Hal ini juga memberdayakan wanita untuk membuat keputusan berdasarkan informasi mengenai kesehatan dan kesejahteraan mereka. Manfaat deteksi dini memungkinkan pengobatan yang cepat dan meningkatkan peluang kesembuhan. Hal ini juga mengurangi beban emosional dan finansial yang terkait dengan diagnosis dan pengobatan tahap akhir, sehingga meningkatkan kualitas hidup.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Kanker serviks adalah salah satu dari empat  kanker paling umum pada wanita di seluruh dunia.  Di Indonesia, kanker serviks juga menduduki peringkat pertama setelah kanker payudara. Menurut data WHO, kanker merupakan penyebab kematian utama di seluruh dunia dan hal ini juga terjadi di negara berkembang seperti Indonesia.

Pada dasarnya kanker serviks merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan mengidentifikasi potensi masalah pada tahap awal, serta memungkinkan intervensi dan perbaikan yang cepat. Oleh karena itu, skrining awal diperlukan untuk mendeteksi dini kanker serviks.

Angka kejadian kanker serviks dapat diturunkan secara efektif dengan melakukan upaya pencegahan primer seperti menggalakkan atau meningkatkan kegiatan kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat, menghindari faktor risiko kanker, dengan melaksanakan vaksinasi HPV dan kemudian melakukan deteksi dini kanker serviks. kanker, atau meningkatkan cakupan skrining menjadi 85% dari yang saat ini masih sekitar 5 %.

Melalui metode seperti IVA test dan Pap smear, tenaga profesional kesehatan dapat mengidentifikasi potensi masalah pada tahap awal, sehingga memungkinkan intervensi tepat waktu dan meningkatkan hasil. IVA test singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam Asetat, juga dikenal sebagai Tes Asam Asetat, adalah metode pemeriksaan visual yang sederhana namun efektif.

Prosedur ini melibatkan penggunaan larutan asam asetat yang diterapkan pada leher rahim. Asam asetat dapat membantu mengungkap perubahan sel yang abnormal dengan mengubah warna jaringan yang terkena.

Dokter atau tenaga medis kemudian akan memeriksa leher rahim secara visual untuk mencari tanda-tanda perubahan sel yang mencurigakan., sedangkan Pap smear juga dikenal sebagai Pap Test atau Tes Pap merupakan prosedur pengambilan sampel jaringan serviks atau leher rahim guna memeriksa kondisi sel-sel serviks. .

Prosedur ini melibatkan pengambilan sampel sel dari leher rahim dengan menggunakan alat khusus. Sampel sel tersebut kemudian dianalisis di laboratorium untuk mengetahui apakah ada perubahan sel yang mencurigakan. Kedua metode ini merupakan alat penting untuk mendeteksi perubahan prakanker atau kanker, infeksi menular seksual, dan kelainan lain pada sistem reproduksi Wanita.

Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA test dapat mendeteksi lesi tingkat pra kanker dengan sensitifitas sekitar 66-69 % dan spesifitas sekitar 64-98 %. Sedangkan nilai prediksi positif dan nilai prediksi negative masing-masing antara 10-20 % dan 92-97 %.

Pemeriksaan IVA test merupakan pemeriksaan skrining dari pap smear karena biasanya murah, praktis, sangat mudah untuk dilaksanakan dan peralatan sederhana serta dapat serta dapat dilaksanakan selain dokter ginekologi.

Jadwal Pemeriksaan IVA test pada setiap wanita minimal 1x pada usia 35-40 tahun, kalau fasilitas memungkinkan lakukan setiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun, Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25 – 60 tahun. Di Indonesia anjuran untuk melakukan pemeriksaan  IVA test bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun sekali dan, bila hasil negative (-) adalah 5 tahun sekali.

Syarat mengikuti test IVA test adalah sudah pernah melakukan hubungan seksual, tidak sedang datang bulan/haid, tidak sedang hamil, tidak boleh melakukan hubungan seksual 24 jam sebelum pemeriksaan. Sedangkan tempat yang memberikan pelayanan IVA test diantaranya dokter obgyn, dokter umum, bidan,  perawat terlatih.

Wanita yang sudah berusia 21 tahun atau sudah aktif berhubungan seksual dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan pap smear secara berkala, yaitu setiap 3–5 tahun, tergantung pada riwayat penyakit dan usia. Untuk wanita berusia 21–29 tahun, pemeriksaan pap smear sebaiknya dilakukan secara rutin, yaitu setiap 3 atau 5 tahun sekali.

Sementara, bagi wanita berusia 30–65 tahun yang menjalani pap smear sekaligus pemeriksaan HPV, dapat melakukan kedua pemeriksaan tersebut secara rutin setiap 5 tahun sekali. Wanita berusia 65 tahun ke atas apabila hasil pemeriksaan pap smear sebelumnya normal atau tidak memiliki keluhan yang patut dicurigai sebagai kanker serviks, misalnya perdarahan vagina setelah menopause biasanya tidak perlu melakukan pemeriksaan pap smear ulang.

Meski demikian, seorang wanita mungkin akan dianjurkan untuk lebih sering menjalani pemeriksaan pap smear, jika didapati adanya kelainan pada jaringan serviks memiliki kondisi medis tertentu, seperti imunodefisiensi akibat HIV/AIDS atau efek samping kemoterapi. Agar tercegah dari kanker serviks, setiap wanita perlu menjalani perilaku seks yang sehat dan aman, yakni dengan tidak berganti pasangan seksual dan selalu mengenakan kondom saat berhubungan seksual.

Deteksi dini masalah kesehatan reproduksi pada wanita berperan penting dalam menyelamatkan nyawa dengan mengidentifikasi potensi kelainan pada tahap awal, intervensi medis dapat segera dimulai, mencegah perkembangan kondisi yang dapat mengancam jiwa.

Misalnya, deteksi dini kanker serviks melalui metode seperti IVA test dan Pap smear dapat memberikan hasil pengobatan yang sukses, dan pada akhirnya menyelamatkan nyawa wanita yang menjalani pemeriksaan rutin dan mendeteksi kelainan pada tahap awal memiliki peluang bertahan hidup yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang kondisinya terdiagnosis pada tahap selanjutnya dan lebih lanjut.

Selain itu, deteksi dini tidak hanya menyelamatkan nyawa tetapi juga mengurangi beban emosional dan finansial pada individu dan keluarga. Identifikasi masalah kesehatan reproduksi yang tepat waktu memungkinkan pengobatan yang tidak terlalu agresif, meminimalkan dampak terhadap kesejahteraan fisik dan emosional sekaligus membatasi biaya perawatan kesehatan.

Deteksi dini masalah kesehatan reproduksi wanita memainkan peran penting dalam meningkatkan hasil pengobatan dan mengurangi keparahan potensi komplikasi. Dengan mengidentifikasi kelainan pada tahap awal, intervensi medis dapat segera dimulai, sehingga mengarah pada penanganan kondisi yang lebih efektif seperti kanker serviks, infeksi HPV, dan masalah kesehatan reproduksi lainnya.

Deteksi yang tepat waktu memungkinkan pilihan pengobatan yang lebih luas, seringkali menghasilkan intervensi yang kurang agresif dengan kemungkinan keberhasilan yang lebih tinggi. Selain itu, intervensi dini dapat meminimalkan perkembangan penyakit, menjaga kesehatan dan kesejahteraan wanita secara keseluruhan.

Selain itu, deteksi cepat memungkinkan penyedia layanan kesehatan untuk mengembangkan rencana perawatan yang dipersonalisasi, disesuaikan dengan kebutuhan spesifik setiap individu, sehingga meningkatkan efektivitas tindakan terapeutik. Selain itu, hal ini juga memberdayakan wanita untuk mengambil langkah proaktif dalam menjaga kesehatan reproduksi mereka, yang pada akhirnya berkontribusi pada hasil pengobatan yang lebih baik dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Deteksi dini tidak hanya menyelamatkan nyawa tetapi juga memberdayakan wanita untuk bertanggung jawab atas kesejahteraan reproduksi mereka. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry