Dr H Syarif Thayib, SAg. MSi (FT/IST)

“Dari penjelasan ilmiah dengan dalil ilahiah di atas, tidak ada alasan bagi siapapun untuk menolak amanah itu. Pasti Allah SWT memberikan bekal cukup untuk menjadikan kita sebagai pemenang, menjadi juara, dan pemimpin di muka bumi.”

Oleh H Syarif Thayib*

SEBUAH kehormatan bagi saya ketika diminta mengisi kuliah subuh di masjid Al Mabrur Surabaya. Ada ratusan Jemaah Subuh yang memadati shaf di masjid yang berada di komplek Asrama Haji.

Jemaah Subuh pagi itu mayoritas adalah para petugas haji yang sedang mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek), yaitu dari Kementerian Agama se-Jawa Timur, ada juga akademisi PTKIN-S (dosen), ada ibu Rektor, guru besar UIN, tokoh masyarakat, juga dari tenaga kesehatan (dokter – perawat) yang jumlahnya paling banyak.

Karena waktunya yang singkat, maka saya langsung “tancap gas” dengan menceritakan pengalaman didatangi 5 mahasiswa yang hendak mengikuti Turnamen Pencaksilat se-Kota Surabaya.

Turnamen itu bagi mereka merupakan kejuaraan atau pertandingan perdananya. Kelima mahasiswa ini benar-benar nervous jelang Turnamen, apalagi tidak ada proses seleksi sebelumnya, baik tingkat kelurahan maupun kecamatan.

Jujur, saya kaget dan konfirmasi kepada mereka alasan mengapa Curhatnya ke saya, padahal saya bukan guru pencaksilat atau pendekar jawara.

Akhirnya, satu dari mahasiswa itu memberi alasan bahwa mereka terinspirasi dari pengalaman pribadi saya yang sering memenangkan banyak seleksi “fastabiqul khairat” di bidang out of the box dosen.

Saya pandangi satu-persatu mata kelima mahasiswa itu. Dengan naluri seorang ayah dan “Coach” sontak saya berani yakinkan kepada mereka: “Kalian berlima pasti menang..!! tolong jangan kecewakan orang tua kalian, karena kalian terlahir sebagai pemenang, sang juara..!! you are the winner, you are the champion..!!”

Kelima mahasiswa itu saya ajak untuk mengingat kembali pelajaran Biologi SMP, bahwa janin manusia itu terbentuk karena ada satu sel spermatozoa Ayah yang berhasil menembus, hingga bertemu dengan ovum (sel telur) Ibu.

Ya, hanya ada satu sel telur dari 1,3 milyar sel spermatozoa yang berhasil menyatu dengan ovum. Sementara 1,299 milyar sel lainnya mati, alias gagal menyentuh ovum.

Penyatuan satu sel pemenang/juara dengan sel telur menghasilkan janin yang kemudian lahir kita semua dari rahim ibu.

Dengan begitu, fitrah atau bawaan bayi kita adalah pemenang dan juara. Maka kalau ada manusia yang takut berkompetisi, merasa minder sebelum bertanding sama halnya mengingkari fitrah dan kehendak Tuhan.

Allah SWT ketika akan menciptakan Adam mengumpulkan semua Malaikat. Dengan bangganya Sang Pencipta (Alkhaliq) itu memberitahu Malaikat bahwa yang akan memimpin semua makhluk penghuni bumi adalah manusia.

Kemudian untuk yang pertama kali dalam sejarah, para Malaikat itu protes kepada Tuhannya, karena manusia hanya akan melakukan banyak kerusakan di bumi dan bakal menumpahkan banyak darah mengotori bumi.

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Albaqarah: 30).

Dari penjelasan ilmiah dengan dalil ilahiah di atas, tidak ada alasan bagi siapapun untuk menolak amanah itu. Pasti Allah SWT memberikan bekal cukup untuk menjadikan kita sebagai pemenang, menjadi juara, dan pemimpin di muka bumi.

Para mahasiswa yang sejak awal membuka diri (open mind and open heart) itu wajah dan gestur tubuhnya langsung mencerminkan optimisme kemenangan. Dan memang pada akhirnya mereka benar-benar mampu memenangkan turnamen itu. Dua orang juara 1, dua orang juara 2, dan yang satu meraih juara harapan.

Jangan Remehkan Siapapun

Allah SWT marah kepada siapapun yang meremehkan manusia apapun kondisinya. Bisa jadi dimensi kesehatan kita lebih baik dari yang lain, atau mungkin lebih pintar karena menang pengalaman dan seterusnya. Tetapi pasti ada satu atau bahkan lima dimensi lainnya, kita kalah oleh mereka.

Syetan pernah diusir dari syurga, bahkan divonis tidak akan pernah kembali ke syurga untuk selama-lamanya karena kesombongannya, mengklaim dirinya lebih baik dari manusia.

Berkata (malaikat dari golongan) syetan, “Aku lebih baik darinya, karena Engkau menciptakanku dari api, sedangkan Engkau menciptakannya dari tanah.” (QS. Shad: 76).

Faktanya, memang api lebih baik dari tanah, tetapi karena itu disampaikan dengan angkuh dan merendahkan sesama makhluk, maka Allah SWT marah, merasa makhluk terbaik ciptaanNya itu dilecehkan.

Allah SWT menegaskan: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tiin: 4).

Bagi Allah SWT, manusia adalah masterpiece (mahakarya) ciptaanNya, tidak ada produk gagal yang diciptakan Tuhan. Nabi Musa AS nyaris dicopot gelar kenabiannya jika saja dia membawa makhluk untuk dibawanya menghadap Tuhan yang dia (Musa AS) merasa lebih baik dari makhluk itu.

Akhirnya, saya menasihati diri saya sendiri sebagai bagian dari petugas haji 2024 yang akan memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kepada jemaah haji sebagaimana amanah undang-undang untuk selalu optimis dengan fitrah sebagai makhluk “pemenang” yang mendapat mandat memimpin alam semesta ini dengan segenap penghuninya, jangan sekali-kali merasa “di atas” tamu-tamu Allah (jemaah haji) karena esensi petugas haji adalah pelayan tamu-tamuNya dan Rasulullah SAW. Wallahu a’lam.

*H Syarif Thayib adalah Dosen UIN Sunan Ampel dan Peserta Bimtek PPIH Kloter Embarkasi Surabaya.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry