SURABAYA | duta.co – Usai berkunjung ke Museum Nahdlatul Ulama (NU) dan Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS), 77 siswa-siswi Taswirul Afkar 1, Pegirian, Surabaya, Kamis (29/2/24)  diuji kemampuannya. Sejauh mana mereka mengenal dan paham tentang perjuangan para masyayikh?

“Supaya berkesinambungan, anak-anak kita tanya kembali sejauh mana mengenal pribadi serta perjuangan para masyayikh. Baik yang terekam di Gedung Museum NU, mau pun penjelasan para ustadz ketika mereka berada di Masjid Nasional Al-Akbar,” demikian disampaikan Laily Khumaidiyah SPdI, Kepala Sekolah MI Taswirul Afkar 1 Pegirian, kepada duta.co, Kamis (29/2/24).

Menurut Ustadzah Laily, pembelajaran terbuka memang memudahkan anak didik lebih cepat mengenal para tokoh. Misalnya, siapa pendiri NU, siapa KH Wahab Chasbullah, siapa KH Hasyim Asy’ari, KH Hasan Gipo?

Lalu seperti apa perjuangan beliau-beliau dalam merebut kemerdekaan. “Setidaknya akan tertanam kuat, bahwa, NU itu sangat cinta dengan tanah air, hubbul wathon minal iman,” tambahnya.

Usai menelusuri jejak perjuangan para masyayikh di Museum NU, Gayngan, Surabaya.

Kunjungan ke Museum NU, sebuah koleksi peninggalan yang dibangun Cak Anam (almarhum Drs H Choirul Anam), setidaknya menggugah semangat anak didik agar lebih mencintai Negara Kesantuan Republik Indonesia (NKRI). “Dari sini, para murid mengerti dan memahami semangat juang para kiai untuk merdeka dari penjajahan,” tegasnya.

Setelah itu, anak-anak didik diajak menggelar acara Isro’ Mi’roj, sekaligus belajar wawasan tentang makna sholat di Masjid Nasional Al-Akbar. “Di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, anak-anak juga mendapat bimbingan, mengenal lebih jauh tentang rahasia perintah sholat. Ini penting, guna melatih anak-anak agar tidak mudah meninggalkan kewajiban sholat,” terang Ustad Amin Ma’mun, koordinator kegiatan yang juga wali kelas 5 ini.

Setelah dari Masjid Nasional Al-Akbar anak-anak juga dikenalkan dengan hasanah binatang. Mereka diajak masuk ke Kebun Binatang. “Di sini anak kita bisa belajar untuk apa Allah SWT menciptakan hewan, binatang yang bermacam-macam bentuk dan warnanya,” sela Ustadzah Siti Mufarrohah, wali kelas 6.

Ikut mengawal anak-anak, adalah Laili Khumaidiyah, S.Pd.I (Kepala Madrasah), Saiful Bahri (Operator Sekolah), M Amin Ma’mun (Koordinator kegiatan dan wali kelas 5), Fahri Khusaini (Guru Agama), Ach.Fahmi (Guru Pramuka dan olah Raga), M Kamil (Guru B.Arab), Luaili Nashirotul Milla (wali kelas 1), Radjwah ( walikelas 2), Desiwati (wali kelas 3), Silvi (walikelas 4), Siti Mufarrohah (wali kelas 6), Endah (guru metematika) dan ustadzah Wiwik (admin sekolah).

“Tentu, siswa-siswi wajib tahu kiprah muassis dan para kiai tokoh NU, terutama yang berkaitan dengan pendirian lembaga pendidikan kita, Taswirul Afkar, seperti KH Ahmad Dahlan Ahyad. Beliau adalah Wakil Rois Aam pertama PBNU sekaligus pendiri Taswirul Afkar,” pungkas Ustadz Amin Ma’mun. (rof)