SATU TON SABU: Sri Mulyani pada jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Kamis (20/7). (ist)

JAKARTA | duta.co – Penyelundup sabu 1 ton dari Taiwan ke Indonesia ternyata mengambil barangnya di Perairan Myanmar. Para pelaku ini menggunakan kapal pesiar dari Taiwan melewati Laut China Selatan, mengambil barang di perairan Myanmar. Kemudian mengarah ke Johor, Malaysia lalu masuk Indonesia.

‎”Mereka masuk Selat Malaka mengambil barang (narkoba) di Perairan Myanmar,” kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Polda Metro Jaya, Kamis (20/7). “Ship to ship (perpindahan sabu dari kapal ke kapal),” sambungnya.

Dari sana, mereka mulai menyusuri pantai barat hingga masuk ke Selat Sunda. Selama perjalanan, kata Tito, para pelaku ini tak mengaktifkan GPS yang berada di kapal, sehingga bebas dari pantauan petugas. “Selama dalam perjalanan, mereka mematikan GPS nya agar tak terdeteksi,” katanya.

Setelah berhasil, lanjutnya, para pelaku ini mulai melakukan aktivitasnya dengan menurunkan seluruh barang haram tersebut. “Setelah itu menyusuri pantai barat sehingga masuk selat sunda ke Anyer. Di situ setelah droping dilaksanakan, kemudian kapal ini bergerak lagi ke laut Jawa, Selat Karimata dan kemudian ke lewat Batam,” pungkasnya.

 

Kartel Internasional

Pada kesempatan yang sama, Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Nico Afinta mengatakan, sabu 1 ton di Anyer, Banten, diduga dipesan oleh bandar kelas internasional. Meskipun demikian, polisi belum dapat mengungkap bandar tersebut.

“Keuangannya banyak, pasar di kita tinggi. Itu hal yang menarik untuk bandar. Dalam perhitungan kami orang ini punya modal yang cukup besar, sehingga ketika kami cek ada ternyata ada beberapa negara yang menjadi tempat mereka bergerak,” ujar Nico.

Saat ini, kata Nico, pihaknya tengah mengejar pelaku tersebut. “Kami mendapatkan keterangan dari tersangka awak kapal, mereka mengatakan disuruh oleh seseorang yang masih kami dalami, membawa kapal tersebut, melalui jalur yang ditentukan, menerima barang (sabu) lalu mengantar ke Serang,” katanya.

Dalam kasus ini, dia berterima kasih kepada seluruh jaringan. Selain itu, untuk membongkar jaringan ini diperlukan kerja sama dengan sejumlah negara. “Ini butuh kerjasama antar negara, tidak hanya di Indonesia tapi juga di Taiwan, Malaysia, Singapura, Hongkong dan seterusnya,” katanya.

 

Keterbatasan Teknologi

Terpisah, Kepala BNN Komjen Budi Waseso mengaku BNN sempat gagal dalam mencegah masuknya lebih dari 1 ton sabu ke Indonesia tersebut. Kegagalan tersebut diakui Waseso lantaran teknologi yang dimilii BNN tak secanggih para penyelundup tersebut.

“Kemarin juga ada satu daerah bahwa dua bulan sebelum puasa kita sudah kemasukan (narkotika) dan kita gagal menghentikan. Lebih dari 1 ton dari perairan karena kita enggak punya teknologi untuk menelusuri jaringan mereka,” kata Waseso di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Kamis, (20/7/2017).

Waseso mengaku mendapatkan informasi tahun 2016 ada sekitar 1.067 ton prekursor dari China yang dikirim ke Indonesia. Kata dia, Indonesia menjadi pasar terbesar untuk peredaran narkotika di Indonesia. Sebab dari jumlah prekursor yang masuk diketahui habis dikonsumsi di Indonesia.

“Indonesia telah menjadi pasar terbesar karena jenis apapun narkotika di Indonesia itu ada semua terserap habis. Secara faktual tidak ada yang keluar lagi di Indonesia berarti habis terpakai di sini,” terangnya.

 

Selain pasokan dari China, ada sebelas negara yang menyelundupkan narkotika ke Indonesia. Seperti negara-negara Eropa, India dan Afrika. Biasanya mereka menyelundupkan narkotika jenis ekstasi, kokain dan heroin.

Jalur penyelundupan juga berbeda-beda, tetapi yang terbanyak lewat pelabuhan-pelabuhan tikus yang tak terdeteksi oleh petugas. Cara mengirimkannya pun dilakukan secara bertahap. “Masuknya tidak serentak artinya mereka masuk secara bertahap,” kata Waseso. hud, mer

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry