Almaghfurlah Cak Anam (kanan) dan Capres Probowo Subianto dalam sebuah kesempatan.

SURABAYA | duta.co – Harlah-23 Koran Duta Masyarakat, Jumat (8/3/24) seakan menjadi kado khusus bagi almaghfurlah Cak Anam (Drs H Choirul Anam, Pemimpin Umum Koran Duta) di alam barzakh. Pertama, lantunan doa oleh anak-anak yatim dan seluruh karyawan Duta.

“Mohon keikhlasan anak-anak dan seluruh karyawan Duta, untuk membaca surat alfatihah buat almaghfurlah Cak Anam. Lahulfatihah,” demikian Samsul, Marketing Duta sebelum memimpin tahlil yang ditutup doa oleh Dr Mohammad Mukhrojin, Ketua MUI Kecamatan Sukolilo, notabene Pengasuh PP Bismar Al Mustaqim, Surabaya.

Kado kedua: Kabar dari Dr H Anwar Sadad, MAg (Ketua DPD Gerindra Jatim), bahwa, kursi Partai Gerindra di DPRD Jatim bertambah 6 kursi. Dari 15 kursi menjadi 21 kursi. Bahkan pemilu mendatang (2029), yakin menjadi juara.

Tampak dari kanan, H Tjetjep Mohammad Yasien, Ketua PWI Jatim Luthfil Hakim, Gus Sadad, KH Imam Ghozali Said dan Mokhammad Kaiyis saat menerima buku ‘Kepemimpinan Militer Prabowo Subianto’. (FT/ridho)

“In sya Allah kabar ini membuat Cak Anam tersenyum di alam kubur. Semoga bermanfaat untuk umat,” demikian Dr Eko Pamudji, General Manager Duta  di tengah menyimak penjelasan Gus Sadad, panggilan akrab Dr H Anwar Sadad.

Jawab Pertanyaan Cak Anam

Seperti diberitakan, inilah pertama kali Harlah Duta Masyarakat tanpa ditunggui Cak Anam. Jerih payahnya menghidupi Koran Duta Masyarakat  tak bisa dilupakan. Harlah kali ini diisi dengan acara ‘Ngobrol tentang Cak Anam bersama Gus Sadad’.

Hadir Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur, Lutfil Hakim. Guru Besar UIN Sunan Ampel, Surabaya, Prof Dr KH Imam Ghozali Said. Wartawan senior dan Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdaltul Ulama (ISNU) Jatim Bidang Kebudayaan, Riadi Ngasiran. Pengacara senior, H Tjetjep Mohammad Yasien SH, MH, serta sejumlah wartawan daerah Dua Masyarakat.

Gus Sadad menjelaskan soal prinsip politik santri yang diperjuangkan Cak Anam. Menurutnya, Cak Anam adalah potret politisi santri yang sangat teguh memegang idealisme. Darah ‘pergerakan’ Cak Anam mempu melahirkan kader-kader politik handal.

Cak Anam, jelas doktor di bidang ilmu politik ini, telah menanamkan prisip politik sesuai dengan ajaran Islam. Misalnya, bagaimana meletakkan politik dalam konteks maqâshid al-syarî’ah demi menjaga keutuhan dan kesatuan negara republik Indonesia.

Gus Sadad kemudian menukil kaidah fiqih yang sering dikutip para kiai, bahwa,  tasharruful imam ‘alar ra’iyyah manuthun bil maslahah (kebijakan pemerintah atas rakyat harus didasarkan pada prinsip kemaslahatan). Lalu kita mengenal lima pokok kewajiban pemerintah atau politisi santri, seperti hifdzu ad-din (menjaga agama), hifdzu an-nafs (menjaga diri), hifdzu an-nasl (menjaga keturunan), hifdzu al-maal (menjaga harta) dan hifduz al- ‘aql (menajaga akal).

“Saya yakin dengan apa yang ditanamkan Cak Anam, bahwa, politik itu hakekatnya bagaimana kita memperjuangkan aspirasi umat. Rakyat tidak melihat partainya, tetapi, sejauh mana partai itu memberi manfaat kepada rakyat,” terang Ketua Dewan Pakar Ikatan Alumni Santri Sidogiri (2016-2020) itu.

Penasihat LBM (Lembaga Bahtsul Masail) PCNU Kota Surabaya (2018-sekarang) tersebut, juga mengabarkan, bahwa, perolehan kursi Partai Gerindra di Provinsi Jawa Timur, terus bertambah. Dari 15 kursi Pemilu tahun lalu, menjadi 21 kursi dalam Pemilu 2024. “In sya Allah Pemilu 2029 juara,” tegasnya sambil tersenyum.

Gus Sadad (kanan) dan KH Imam Ghozali Said (FT/ridho)

 

Gus Sadad juga berusaha menjawab dua pertanyaan Cak Anam yang belum terjawab langsung oleh Capres Prabowo Subianto. Ini lantaran Cak Anam keburu kapundut (meninggal), pada hari Senin, 9 Oktober 2023. Pertama, soal kebijakan Prabowo bergabung dengan pemerintahan Presiden Jokowi. Kedua, soal (kondisi) pertahanan negara Republik Indonesia di mana sebagian orang mengaku miris, menilai rapuh.

“Begini, pertama, yang pernah disampaikan Pak Prabowo adalah beliau sering mengutip perang samurai dan kontestasi politik di Amerika. Bahwa kalau ada dua kekuatan besar bertarung terus, itu tidak akan ada gunanya, karena kapan selesainya? Sebaiknya justru bersatu untuk kemanfaatan masyarakat,” katanya.

Kedua, saat menjadi Menteri Pertahanan RI, Pak Prabowo selalu mendorong konsolidasi pertahanan menuju konstalasi politik baru melalui serangkaian kerja sama dengan negara lain.

Di sisi lain, Pak Prabowo sering menyebut peran penting NU yang sempat menyerukan ‘holy war’ (jihad fi sabilillah). Sejarah mencatat, pasukan yang menjadi pemenang pada perang dunia itu, justru kalah dalam pertempuran di Surabaya.

Dan, “Ada jawaban lengkap yang tertulis dalam buku ‘Kepemimpinan Militer Pak Prabowo’. Nanti saya akan serahkan kepada Pak Kaiyis, juga pembicara lain agar mengenal betul sosok Pak Prabowo. Di situ ada catatan panjang pengalaman beliau memimpin militer,” tegas alumni PP Sidogiri, Pasuruan ini. (zal)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry