Maria Ulfa,Sp.DV.,FINSDV – Dosen Fakultas Kedokteran (FK)

KUSTA merupakan salah satu penyakit menular yang masih ada di Indonesia. Penyebabnya adalah kuman Mycobacterium leprae, yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi dan saluran pernafasan.

Kuman ini mengalami proses pembelahan selama beberapa minggu dan memiliki masa inkubasi 2 — 5 tahun bahkan bisa lebih lama lagi. Penyakit dapat menyebar diantaranya melalui percikan ludah atau dahak yang keluar saat penderitanya batuk dan bersin, tetapi penularannya perlu kontak erat terus menerus dalam kurun waktu yang lama.

Sehingga bisa dikatakan bakteri penyebab kusta tidak dapat menular kepada orang lain dengan mudah. Kusta tidak menular karena bersalaman, duduk bersama dan diketahui kusta juga tidak menular dari ibu ke janinnya.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Pengidap kusta bisa menunjukkan berbagai macam gejala diantaranya bisa hanya berupa bercak putih mati rasa di beberapa bagian tubuh yang sering dikira hanya panu atau kurap ataupun mati rasa di telapak tangan dan kaki.

Mati rasa pada gejala kusta juga sering diabaikan oleh penderita padahal ini bisa menimbulkan masalah karena penderita menjadi tidak menyadari ketika berjalan terkena benda tajam atau hal berbahaya lainnya.

Gejala lain yang dapat timbul yaitu berupa tonjolan/ penebalan kulit serta saraf yang membengkak di sekitar siku, lutut dan leher bagian samping. Selain melalui pemeriksaan fisik, untuk memastikan apakah gangguan pada kulit tersebut disebabkan oleh kusta atau bukan, terkadang diperlukan pemeriksaan lain.

Pemeriksaan itu seperti pemeriksaan bakterioskopik untuk melihat adanya kuman penyebab kusta, pemeriksaan histopatologis untuk melihat perubahan jaringan dikarenakan infeksi dan pemeriksaan serologis yang didasarkan terbentuknya antibodi pada tubuh seseorang akibat adanya infeksi.

Masih timbulnya stigma di masyarakat tentang penyakit kusta tentu dapat berdampak pada pada kondisi psikologis penderitanya dan menjadi salah satu alasan mereka menyembunyikan diri serta semakin enggan untuk berobat.

Padahal kusta umumnya dapat ditangani dan meskipun jarang menyebabkan kematian, tetapi penanganan yang terlambat berisiko menyebabkan berbagai komplikasi seperti kebutaan, kerusakan saraf pada lengan dan tungkai, jari-jari kiting dan memendek serta cacat permanen lainnya. Timbulnya berbagai kecacatan ini akan semakin menurunkan kualitas hidup penderita kusta.

Informasi mengenai kusta pada masyarakat terutama di daaerah endemik sangatlah penting dan diharapkan bila ada keluhan, penderita segera memeriksakan diri serta bisa mendapat pengobatan sedini mungkin. Diketahui bahwa metode utama pengobatan kusta adalah dengan antibiotik yang dikenal dengan multidrugs therapy, yaitu pengobatan yang mengombinasikan dua antibiotik atau lebih.

Pemerintah telah menyediakan obat tersebut secara gratis di berbagai fasilitas kesehatan, tetapi penderita juga membutuhkan motivasi, dukungan keluarga dan juga masyarakat agar penderita memiliki kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan.

Dengan diagnosis sedini mungkin dan pengobatan yang teratur akan memutus rantai penularan, mencegah komplikasi kecacatan dan diharapkan Indonesia bisa segera bebas kusta. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry