Tubagus Arie Rukmantara, Kepala Perwakilan UNICEF Indonesia Wilayah Jawa (tengah) didampingi Direktur Direktorat Kerjasama dan Pengembangan Usaha (DKPU) ITS, Tri Joko Wahyu Adi, ST, MT, PhD (kanan) melihat hasil karya siswa SMAN 1 Karas, Magetan saat acara “Demo Day, Program Digital Skills Unicef untuk Generasi Terampil” di Surabaya, Rabu (28/2/2024). DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Nikmah Putri dan Dwi Cahyani, dua siswi SMAN 1 Karas, Magetan, membuat aplikasi bernama PelukKamu. Aplikasi ini untuk mewadahi siswa-siswi di sekolah itu yang ingin curhat (mencurahkan isi hati) atas masalah yang dialami kepada guru, psikolog atau sesama rekan yang sudah dijadikan konselor.

Pembuatan aplikasi melalui web dan bisa diunduh di playstore ini dibuat karena semakin banyaknya permasalahan yang terjadi di kalangan remaja. Baik itu masalah pembelajaran di sekolah, pertemanan, keluarga hingga percintaan. Sehingga permasalahan yang tidak bisa diungkapkan itu bisa mendapatkan solusi dan berujung pada perbuatan yang negatif.

“Terkadang mereka malu untuk menceritakan secara langsung. Karenanya aplikasi ini dibuat agar mereka bisa curhat tanpa harus bertatap muka. Mereka bisa menuliskan apa saja keluh kesahnya agar bisa diberi penyelesaian. Kami tidak ingin nantinya akan berujung ke hal negatif jika tidak diselesaikan permasalahannya. Karena banyak kasus percobaan bunuh diri dan sebagainya akibat dari hal itu,” jelas Nikmah ditemui di acara “Demo Day, Program Digital Skills Unicef untuk Generasi Terampil” di Surabaya, Rabu (28/2/2024).

Di aplkasi itu, ada tiga konselor yang siap mendengarkan curhatan dan memberikan solusi atas permasalahan yang ada. Yakni seorang guru Bimbingan Konseling (BK), alumni SMAN 1 Karas yang sudah menyandang gelar psikolog, serta teman sebaya yang juga aktif di organisasi sekolah. “Bisa memilih mau curhat dengan siapa. Nanti konselor itu akan menjawab semua curhatan siswa melalui chat WA,” tambah Nikmah.

Aplikasi ini memang baru sebatas untuk siswa-siswi SMAN 1 Karas. Namun, ke depan, aplikasi ini akan dikembangkan untuk siapa saja yang membutuhkan wadah untuk mengeluarkan uneg-uneg dan isi hatinya.

Aplikasi ini pun mendapatkan pujian dari Tubagus Arie Rukmantara, Kepala Perwakilan UNICEF Indonesia Wilayah Jawa. Arie, panggilan akrab Tubagus Arie, menyarankan agar aplikasi itu bisa dikembangkan sehingga bisa bermanfaat bagi orang banyak.

Kerjasama ITS, Unicef dan Dinas Pendidikan Jatim

Aplikasi yang dibuat dua siswi SMAN 1 Karas itu merupakan satu dari sekian banyak karya yang dihasilkan siswa yang mengikuti program pelatihan Digital Skills yang digelar Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) dengan Unicef dan Dinas Pendidikan Jawa Timur.

Pelatihan kecakapan digital ini merupakan kelanjutan dari program SMA Double Track yang dilakukan ITS bersama dengan Dinas Pendidikan Jawa Timur yang sudah dilakukan beberapa tahun sebelumnya.

Direktur Direktorat Kerjasama dan Pengembangan Usaha (DKPU) ITS, Tri Joko Wahyu Adi, ST, MT, PhD mengatakan program double track sebelumnya yang menyasar 133 SMA di Jawa Timur telah membuat siswa-siswi cakap dalam hal teknik. Misalnya  kemampuan melakukan servis kendaraan roda dua, tata boga, tata busana, rias dan sebagainya. “Dengan kemampuan itu, maka kali ini ditambah dengan kecakapan digital sehingga lengkap sudah kemampuannya untuk bisa masuk ke dunia kerja dan industri,” katanya.

Untuk pelatihan kecakapan digital ini, tidak semua SMA double track bisa mengikutinya. Dari 133 SMA yang mengikuti program double track hanya 52 SMA yang berlanjut ke pelatihan kecakapan digital ini. Ditambah 10 dari lembaga non formal di Jawa Timur.

Dari 62 sekolah formal dan informal itu diikuti 2.042 siswa dari 30 kabupaten/kota, yang menghasilkan sebanyak 719 buah ide solusi digital, 81 buah aplikasi mobile,  aplikasi website 148 buah, 186 konten video layanan masyarakat,335 buah konten poster dan digital marketing, dan 104 solusi produk nondigital dalam bentuk boga, busana, rias kecantikan. Pelatihan ini dilakukan sejak pertengahan 2023 lalu.

Peserta pelatihan juga telah berhasil membuat akun dan mengunggah produk digitalnya serta siap menerima pesanan, sementara jumlah peserta yang mulai bekerja di bidang digital tercatat sebanyak 1.289 siswa terlatih. Tersebar pada bidang promosi melalui media sosial sebanyak 438 siswa, pembuatan poster produk 338 siswa, digital marketing-copywriting 194, penjualan melalui marketplace 185, dan penjualan melalui website 134 siswa.

Tubagus Arie Rukmantara, Kepala Perwakilan UNICEF Indonesia Wilayah Jawa mengatakan ada beberapa alasan Unicef ikut bergabung dengan program pelatihan kecakapan digital ini. Pertama adalah saat ini populasi anak muda sangat besar di Indonesia, mencapai 40 juta di mana pada 2045 mendatang, Indonesia menjadi negara maju. Sehingga situasi ini mereka harus memiliki kelebihan terutama teknologi.

Kedua adalah anak-anak muda harus sudah cakap teknologi dengan memiliki kelebihan yakni keahlian berinovasi. Sehingga nantinya bisa memenuhi kebutuhan pasar.  “Dan yang ketiga, dengan cara begitu, nantinya lulusan SMA sudah bisa punya bekal yang baik untuk berkarya dan memasuki dunia kerja,” jelasnya. ril/end 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry