Rahayu Anggraini – Dosen Fakultas Kesehatan (FKes)

Virus Corona di Wuhan, 1.300 tenaga kesehatan (nakes) terinfeksi. Kemungkinan mereka terinfeksi lebih dari tiga kali dengan penderita Covid-19 lebih tinggi dari kejadian pada populasi umum. Ketika mereka pulang ke keluarganya, mereka menjadi vektor utama penularan.

Kota ini mulai kehabisan dokter dan perawat. Empat puluh dua ribu lebih harus dibawa ke tempat lain untuk pengobatan. Untungnya, ditemukan metode untuk melindungi semua petugas layanan kesehatan baru: hasilnya tidak ada yang terinfeksi — nol.

Metode itu adalah Draconian. Saat kota dikunci dan dipisahkan dari pengunjung luar, petugas kesehatan dijauhkan dari pasien berisiko ke tempat jauh. Mereka harus mengenakan perlengkapan pelindung seluruh tubuh, termasuk kacamata, penutup kepala lengkap, masker penyaring partikel N95, dan pakaian bergaya hazmat ketika berhubungan dengan masyarakat yang diduga menderita Covid-19 dalam rangka pencarian kasus baru.

Hong Kong dan Singapura —mendeteksi kasus pertama pada akhir Januari 2020, dengan jumlah kasus meningkat pesat. Pejabat melarang pertemuan besar, mengarahkan semua orang untuk bekerja dari rumah, dan mendorong pembatasan jarak sosial. Pengujian Covid-19 ditingkatkan secepat mungkin melalui swab, tetapi tindakan ini tidak akan pernah cukup dan virus terus menyebar di antara petugas dan fasilitas kesehatan.

Kemudian mereka menggunakan taktik baru, kepada semua petugas kesehatan cukup memakai masker bedah biasa dan menggunakan sarung tangan serta menjaga kebersihan tangan yang benar untuk semua interaksi dengan pasien, juga mendisinfeksi semua permukaan saat melakukan konsultasi dengan pasien.

Pasien dengan gejala yang mencurigakan (demam ringan ditambah dengan batuk, keluhan pernapasan, kelelahan atau nyeri otot) atau pajanan (pernah mengunjungi tempat-tempat yang telah terjadi penyebaran virus atau kontak dengan seseorang yang dites positif swab) dipisahkan dari populasi pasien lainnya.

Mereka harus segera dirawat tanpa diperiksa swab atau Rapid — jika memungkinkan — ditempatkan di bangsal terpisah, di lokasi terpisah, dengan petugas kesehatan. Jarak sosial dipraktikkan di dalam klinik dan rumah sakit, kursi ruang tunggu ditempatkan enam kaki terpisah, interaksi langsung di antara anggota staf dilakukan dengan jarak jauh; dokter dan pasien berjarak enam kaki kecuali selama pemeriksaan.

Yang menarik tentang apa yang tidak mereka lakukan adalah tidak menggunakan masker N95 cukup masker biasa, tidak menggunakan pelindung wajah, kacamata, dan gaun pelindung (baju hazmat). Baju hazmat hanya digunakan untuk prosedur ketika terjadi sekresi pernapasan saat mengintubasi pasien untuk anestesi atau ketika pasien dicurigai terinfeksi Covid-19.

Bila petugas kesehatan secara tidak terduga dites positif — bagaimana dengan rekan kerja di rumah sakit atau dengan pasien di ruang perawatan primer atau ruang gawat darurat ? Di Hong Kong dan Singapura, mereka tidak menutup tempat kerja atau menempatkan semua orang untuk karantina rumah.

Mereka hanya melacak siapa saja yang telah kontak dengan petugas tersebut dan kemudian dikarantina. Di Hongkong pengertian “kontak dekat” berarti lima belas menit dengan jarak kurang dari enam kaki dan tanpa menggunakan masker bedah; di Singapura, tiga puluh menit.

Jika paparan dengan petugas tersebut lebih pendek dari batas yang ditentukan dan tetap dalam jarak enam kaki selama kurang dari dua menit, pekerja dapat tetap bekerja dengan memakai masker bedah dan melakukan pemeriksaan suhu tubuh dua kali sehari. Orang yang pernah mengalami kontak dekat dan tidak disengaja dengan petugas tersebut, cukup diminta untuk memantau gejala sendiri.

Fakta bahwa langkah-langkah ini telah berhasil meratakan kurva kejadian covid-19 dan membawa beberapa implikasi yang diharapkan. Salah satunya adalah bahwa virus korona, meskipun tampaknya lebih menular daripada flu, tetapi masih dapat dikelola dengan pedoman standar kesehatan yaitu: menjaga jarak sosial, kebersihan tangan dasar, isolasi dan karantina yang ditargetkan bagi orang yang dinyatakan positif dan mereka yang sedang menderita penyakit ini.

Di AS menempatkan petugas kesehatan dengan karantina mandiri selama empat belas hari jika mereka telah terpapar dengan orang yang terinfeksi Covid-19, padahal hanya beberapa menit dan tanpa perlindungan (masker dan kacamata).

Kebijakan itu diterapkan di U.C. Davis Medical Center, tempat kasus pertama penularan kepada komunitas petugas kesehatan yang didiagnosis pada akhir Februari 2020. Delapan puluh sembilan petugas kesehatan yang terlibat dalam perawatan pasien terdiagnosis Covid-19 segera dimasukkan ke dalam karantina mandiri, sehingga mereka tidak ada yang terinfeksi.

Contoh kasus pasien pneumonia yang telah sakit kritis. Pasien ini telah mengekspos empat puluh satu petugas kesehatan dalam waktu empat hari sebelum akhirnya pasien didiagnosis Covid-19. Ini adalah eksposur berisiko tinggi, termasuk eksposur saat intubasi dan ketika perawatan intensif berlangsung. Petugas Kesehatan hanya menggunakan masker bedah, namun, hanya dengan melakukan kebersihan tangan yang benar, akhirnya tidak ada satupun petugas kesehatan yang terinfeksi.

Penularan kepada petugas kesehatan walaupun telah menggunakan baju hazmat, tampaknya terjadi terutama melalui paparan berkelanjutan dengan penderita positif Covid-19, juga kurangnya menjaga kebersihan tangan setelah kontak dengan sekresi penderita. Pemeriksaan swab hanya dilakukan untuk pencarian kasus baru, karena sangat sensitive dan spesifik, tetapi bukan untuk pemeriksaan berkelanjutan terhadap penderita positif Covid-19.

Pemeriksaan berkelanjutan biasanya cukup dilakukan dengan metode Electro-Chemiluminescence Immunoassay (ECLIA) Anti-SARS-CoV-2 adalah merupakan pemeriksaan imunoserologi otomatik (autoanalyzer) menggunakan sampel darah dan hasil dapat segera diketahui pada hari yang sama (hasil sensitive dan spesifik dengan false negative dan positif yang rendah). *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry