Dokter spesialis anak, dr. Dini Adityarini, SpA (kiri) dengan Mantan Ketua PKK Provinsi Jawa Timur Periode 2019-2024, Hj. Arumi Bachsin, S.E saat acara acara Langkah Bersama Cegah DBD di Surabaya, Sabtu (2/3/2024). DUTA/end

SURABAYA | duta.co – Kasus demam berdarah dengeu (DBD) terus meningkat di Indonesia termasuk Jawa Timur. Dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur hingga Minggu ketiga Februari 2024 ini jumlahnya mencapai 3.637 kasus yang tersebar di 38 kabupaten/kota.

Dari data itu pula tidak ada satupun kabupaten/kota di Jawa Timur ini yang bebas dari penyakit ini.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, drg. Sulvy Dwi Anggraeni, M. Kes mengatakan kasus DBD ini akan mengalami lonjakan di akhir hingga awal tahun terutama saat musim penghujan.

“Dan dari 38 kabupaten/kota itu, 17 di antaranya melaporkan ada kasus kematian. Jadi masyarakat harus mewaspadai penyakit ini. DBD ini bisa menyerang siapa saja tak pandang usia, sosial ekonomi dan sebagainya,” ujarnya dalam acara Langkah Bersama Cegah DBD di Surabaya, Sabtu (2/3/2024).

Sulvy menegaskan tren jumlah pasien akibat DBD ini memang terus meningkat. Bahkan data per Februari 2024 dibandingkan Februari 2023 mengalami peningkatan signifikan.

Anak Loyo, Segera Bawa ke Dokter

DBD pada anak harus lebih diwaspadai. Karena anak biasanya tidak bisa mengungkapkan apa yang dirasakan. Sehingga orang tua yang harus pro aktif ketika anak sudah mulai lain dari biasanya.

Biasanya DBD ini ditandai dengan suhu tubuh yang meninggi. Biasanya di atas 39 derajad celsius. “Pastinya harus dilihat anak batuk pilek tidak, kalau tidak dan panas tinggi perlu curiga itu DBD,” ungkap Dokter spesialis anak, dr. Dini Adityarini, SpA dalam kesempatan yang sama.

Terkadang gejala DBD ini tidak jelas dan seringkali berubah-ubah bahkan seringkali bertumpukan dengan infeksi yang lain. Tapi yang pasti kata dr Dini, anak yang sudah tiga hari panas di atas 39 derajad celsius memang harus segera diperiksakan.

“Terutama jika anak sudah lemes, tidak mau lepas dari gendongan ibu atau ayahnya maka segera bawa ke rumah sakit, jangan sampai terlambat,” tukasnya.

Jika anak sudah mulai muncul bintik merah, kata dr Dini, kondisi sudah memburuk karena bintik merah itu tandas sudah terjadi pendarahan. “Dokter harus kerja keras untuk bisa mengobati pasien dengan kondisi seperti itu,” tukasnya.

Vaksin untuk Alternatif

Semakin banyaknya penderita DBD di Indonesia, membuat pemerintah mulai memberikan solusi dengan vaksin selain dengan program 3M. Vaksin ini memang tidak wajib namun sebagai alternatif bagi orang tua agar anaknya bisa terhindar dari penyakit ini. “Untuk usia enam tahun ke atas dan masih berbayar.

Mantan Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Timur, Arumi Emil Dardak mengaku di negara tropis seperti Indonesia, adalah tempat di mana nyamuk bersarang. Sehingga mau tidak mau, masyarakat harus bisa hidup berdampingan dengan nyamuk tersebut.

“Sehingga antisipasinya adalah melindungi diri sendiri. Ya utamanya dengan vaksin. Mau bagaimana lagi karena nyamuk ini ada di sekeliling kita,” ungkapnya.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, yang diwakili oleh dr. Asik Surya, MPPM selaku Ketua Tim Kerja Arbovirus, mengatakan pemerintah berupaya untuk menekan kasus DBD.

“Untuk itu, pemerintah terus bekerja sama dengan pihak-pihak terkait dalam melakukan edukasi yang berkelanjutan kepada masyarakat tentang pentingnya perlindungan yang komprehensif terhadap DBD, termasuk melalui Kampanye #Ayo3MPlusVaksinDBD, serta Langkah Bersama Cegah,” kata dr Asik.

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, menyampaikan apresiasi terhadap komitmen yang diberikan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk bersama-sama memerangi DBD di Indonesia.

Dikatakannya permasalahan dengue, tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Diperlukan sinergi yang kuat antara seluruh pemangku kepentingan terkait, termasuk peran aktif masyarakat.

”Di Takeda, kami berkomitmen untuk berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan guna mendorong kesadaran masyarakat akan bahaya dengue dan juga pentingnya pencegahan yang inovatif untuk melindungi masyarakat luas yang berisiko terkena dengue,” kata Andreas. ril/end

– ⁠

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry