JAKARTA  | duta.co –  Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo)  mencatat kerugian material para anggotanya sebesar Rp 450 miliar.
Kerugian itu akibat gempa di Donggala dan Palu yang terjadi Jumat (29/9) petang.
Dalam rilisnya kepada Duta Minggu (30/9), Aprindo mencatat kerugian sekitar 450 miliar yang dialami oleh anggota-anggotanya yang memiliki gerai toko modern.
Seperti Ramayana, Matahari, Hypermart, Alfamidi di Poso, Palu dan Donggala Sulteng.
Kerugian ini meliputi kerusakan bangunan, display barang dagangan dan stock barang di gudang.
Serta sedikitnya lima orang korban jiwa dari para penjaga (crew) toko akibat gempa dan tsunami
 Sampai saat ini gerai ritel Aprindo yang berada di Palu dan  Donggala masih belum beroperasi.
Dikarenakan masih dalam proses konsolidasi dan pendataan.
“Semoga dalam waktu singkat dapat segera beroperasi kembali untuk melayani kebutuhan masyarakat,” ujar Ketua Umum DPP Aprindo Roy N. Mandey.
Roy  menyayangkan pernyataan sikap Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri  Tjahjo Kumolo yang berkesan arogan.
Di mana Mendagri memberikan izin bagi masyarakat untuk mengambil barang di toko ritel yang ada di Palu & Donggala.
Padahal tindakan itu tanpa koordinasi lebih dahulu dengan para pemilik usaha atau management maupun menghubungi Aprindo sebagai Assosiasi Pengusaha Toko Modern.
Menurutnya, keputusan tersebut tidak mendidik masyarakat.
Di samping itu pemerintah seolah-olah memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bertindak di luar tata krama, moral, etika, multi tafsir & kurang berbudaya.
Padahal selama ini peritel modern turut pula memberikan kontribusi bagi kemajuan dan laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Serta selalu hadir dalam memberikan bantuan sembako kepada masyarakat seperti saat terjadi kejadian serupa (gempa bumi) di Lombok, Yogyakarta, Padang, Aceh dan sebagainya.
Aprindo  menyatakan prihatin atas peristiwa bencana alam ini. “Kami turut berduka cira atas kejadian ini,” tandasnya.  end
Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry