Dosen Sastra Inggris Unitomo, Rindra Kartaningsih (kanan) mengajari pemuda-pemudi Australia membuat wiron pada kain batik saat acara Cross Culture Understanding di Unitomo, Senin (20/2/2020). DUTA/endang

SURABAYA | duta.co – Pemuda-pemudi asal Australia belajar budaya, sastra dan seni Jawa khususnya di kampus Universitas Dr Soetomo Surabaya, Senin (20/2/2020). Mereka merupakan rombongan program pertukaran pemuda antar negara (PPAN) antara Indonesia dan Australia. Ke-18 pemuda-pemudi Australia ini didampingi 18 pemuda Indonesia terpilih dari seluruh Indonesia.

Ke-18 pemuda Negeri Kanguru itu ikut program PPAN yang dihelat Kementerian Pemuda dan Olahraga  (Kemenpora). Setiap tahun program ini berbeda tuan rumahnya. Di 2020 ini, Jawa Timur menjadi tuan rumah untuk menjamu para milenial itu.

“Kerjasamanya Kemenpora dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Jatim ditunjuk untuk memberikan para pemuda Australia dan pemuda terpilih dari Indonesia itu tentang berbagai hal khususnya kearifan lokal yang ada di Jatim ini,” ujar Kepala Bidang Kepemudaan Dinas Pemuda dan Olahraga Jatim, Abdul Haris Ramadhan di sela acara di Unitomo, Senin (20/1/2020).

Program PPAN ini sudah dimulai sejak awal Januari 2020 lalu. Mereka awalnya dibawa ke sebuah desa di Malang. Di sana, diajarkan tentang budaya dan kehidupan desa di Jawa Timur. Apalagi, di daerah itu baru saja dikenal publik karena menjadi desa wisata.

“Selain di sana, kita ajak ke Unitomo ini untuk belajar tentang kebudayaan Jawa khususnya secara lebih mendalam. Karena Unitomo ini memiliki fakultas sastra yang cukup dikenal,” tandasnya.

Di acara yang bertajuk Cross Culture Understanding, To Be Young People in Millenial Era : Indonesia and Australia Perspectives ini, para pemuda Australia berkolaborasi dengan pemuda Indonesia terpilih untuk menampilkan berbagai kesenian dari dua negara.

Mereka menari berbagai tarian tradisional Indonesia, di antaranya Tari Saman, Tari Rapa’I dari Aceh, Tari Biteya dari Gorontalo dan mempersembahkan paduan suara yang menyanyikan lagu tradisional Indonesia dan Australia.

Pihak Unitomo sendiri, memperkenalkan huruf Jawa kuno dan mengajarkan mereka cara me-wiron kain batik. Wiron biasanya melekat pada kain batik untuk dijadikan ‘sewek’ bagi wanita Jawa. Saat dilatih itu, pemuda Australia itu sangat antusias dan berebut untuk melakukannya.

Dekan Fakultas Sastra Unitomo, Cicilia Tantri mengaku senang bisa bekerjasama untuk program ini. “Sehingga seni, budaya dan tradisi Indonesia khususnya Jawa bisa mulai dikenal public,” tuturnya.

Di acara ini pula, para tamu-tamu asing itu dijamu makanan dan minuman tradisional salah satunya cendol dawet. end