SIDOARJO | duta.co – Tidak sedikit area sawah petani kita ‘gagal panen’. Belum ada keberpihakan serius pemerintah dalam hal ini. Akhirnya, mau tidak mau, ‘gagal panen’ itu menjadi langganan.

Lihatlah di sepanjang jalan Dusun Badas, Desa Barengkrajan, Kecamatan Krian, Sidoarjo, Jawa Timur. Area ini mestinya menjadi area ‘penyelamat’ swasembada beras, tetapi gagal panen yang kita saksikan.

“Tanah di sini subur. Tetapi, faktanya banyak tergusur. Baik untuk perumahan mau pun pergudangan. Sudah begitu, yang bertahan di pertanian, nasibnya tidak kunjung mujur. ‘Gagal panen’ menjadi langganan,” demikian disampaikan Joko Purnomo, salah satu perangkat BPD (Badan Perwakilan Desa) di sebuah desa di Kecamatan Krian, kepada duta.co, Jumat (1/3/24).

Seperti yang terjadi di Dusun Badas, Barengkrajan, hamparan atau hektaran tanaman padi siap panen, ternyata gagal dipanen. Kondisi tananam habis oleh hama, baik itu burung mau pun penyakit yang menyerang tanaman dari dalam.

“Bukan untuk menanyakan ‘jatah’ pengganti ‘gagal panen’ dari pemerintah. Tetapi bagaimana solusi ke depannya. Harus ada pembinaan kepada petani, bagaimana menghadapi tantangan di sawah. Padahal, sebagaimana disampaikan Presiden Jokowi, isu beras, akan menjadi isu besar semua negara,” tegasnya.

Seperti diberitakan Presiden Jokowi mengakui, kini kondisi dunia sedang mengalami krisis pangan. Lantas, hal ini menyebabkan Indonesia pun sulit untuk mengimpor beras. “Dunia sekarang ini sedang mengalami krisis pangan. Semua negara sangat berhati-hati terhadap pangan,” ujar Jokowi dalam peresmian pabrik Amonium Nitrat di Bontang, Kalimantan Timur, seperti dilihat di YouTube Sekretariat Presiden, Kamis, 29 Februari.

Jokowi menjelaskan, sebelumnya Indonesia masih begitu mudah untuk mengimpor beras. Namun, saat ini kondisi tersebut sangat sulit dilakukan lantaran kondisi dunia yang saat ini memang mengalami krisis pangan.

“Dulu kalau kami impor yang namanya beras, gandum begitu sangat mudahnya. Sekarang ini semua negara, 22 negara yang biasanya gampang kami beli berasnya sekarang ngerem semuanya. Bahkan, ada yang stop untuk bisa dibeli berasnya,” kata dia sebagaimana dikutip cobisnis.com.

Oleh karena itu, Jokowi menyebut produktivitas pangan sangat penting. Sehingga, pembangunan pabrik pupuk diperlukan untuk menunjang produksi. Terlebih, saat ini banyak bahan baku pupuk yang masih impor.

Sehingga, Jokowi mengapresiasi pembangunan pabrik pupuk amonia di Kalimantan Timur tersebut. “Beberapa komponen dan bahan baku pupuk kami masih impor. Sehingga, kemandirian itu menjadi tidak kami miliki. Oleh sebab itu, saya mengapresiasi dan menghargai hargai upaya keras pembangunan industri amonium nitrat ini,” imbuhnya. (mky,cobisnis.com)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry