Mendiang Gesti Wira Nugrahyekti. DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Ibu hamil berisiko lebih besar ketika terpapar Covid-19. Apalagi ibu hamil itu berprofesi sebagai dokter. Itulah yang dihadapi seorang dokter lincah dan sehat seperti Gesti Wira Nugrahyekti.

Gesti Wira harus menyerah pada takdir setelah melahirkan dan tiga minggu dirawat di RIK RSU dr Soetomo, Kamis (22/7/2021).

Pelepasan jenazah dan penghormatan terakhir pada jenazah Gesti Wira dilakukan secara online.  Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Unair, Prof Dr Budi Santoso memimpin penghormatan terakhir tersebut.

“Bagaimanapun kami harus waspada. Pandemi ini belum terkendali. Risiko transmisi tinggi. Dan demi keselamatan bersama, segala aktivitas yang melibatkan kerumunan harus disiasati,” ungkan Prof Bus, panggilan akrabnya.

“Dokter Gesti adalah salah satu putra terbaik FK Unair. Dia baru saja diterima sebagai PPDS Anestesi pada periode Januari 2021.  “Kami merasakan duka cita yang mendalam. Semoga pengabdiannya selama ini diganjar dengan tempat terbaik di sisi-Nya,” tutur Prof Bus.

Dokter Gesti memang pintar. Dari biodata yang ada di FK Unair, ia menyelesaikan SMPN 2 Jember dan SMAN 1 Jember, masing-masing hanya dalam 2 tahun. Artinya sebagai siswa pilihan.yang mengikuti program akselerasi. Jenjang pendidikan dokter ditempuhnya dalam 2012 hingga 2018. Kemudian mengabdi internship selama satu tahun.

Direktur RSU dr Soetomo Surabaya, Dr Joni Wahyuhadi mengatakan segala upaya telah dilakukan untuk menyembuhkan dr Gesti yang telah dirawat intensif sejak 4 Juli lalu.

“Segala cara telah kita maksimalkan untuk menyelamatkan adik kita ini, Ananda Gesti. Namun Tuhan memiliki kehendak lain,” kata dr Joni.

Gesti merupakan sosok PPDS periang yang luwes bekerja dalam tim. Memiliki etos kerja dan gesit. Berkepribadian supel, rendah hati juga dermawan.

Dia pergi meninggalkan suami serta seorang bayi yang lahir terminasi (diputuskan lahir sebelum waktunya, Red) pada 3 Juli lalu.  Keputusan berat itu diambil karena sehari sebelumnya ia dinyatakan positif Covid-19 dan harus segera menjalani isolasi.

Kini sang buah hati dirawat oleh suami, Sunni Nugraha Priadi dan keluarga yang masih terpukul atas kepergian dokter 25 tahun ini.

Sejak dirawat di RIK 1, salah satu angkatan termuda di FK Unair ini terus memburukan. Pada 14 Juli, ventilator dipasang untuk menunjang pernapasannya. pada 15 Juli mengalami gagal jantung akut. Kemudian 17 Juli mengalami syock septic dan 22 Juli dinyatakan meninggal pukul 17.46 WIB di RIK 1 RSU dr Soetomo.

Setelah menjalani upacara penghormatan terakhir, jenazah wanita kelahiran Jember, 30 September 1996 silam ini dibawa ke peristirahatan terakhirnya di Jember. end/ril

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry