Dua dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan rujukan kegawatdaruratan dengan keluaran maternal neonatal selama pandemi Covid-19. Dosen Kebidanan, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Hinda Novianti dan Yati Isnaini Safitri meneliti hal ini untuk mencegah terjadinya kematian ibu hamil, melahirkan dan pascamelahirkan.
—-
Indikator utama derajat kesehatan suatu daerah dan negara salah satunya adalah jumlah kematian ibu dan bayi. Saat ini angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih cukup tinggi meskipun sudah ada penurunan.

Pelayanan kesehatan di masa adaptasi kebiasaan baru (new normal) sangat berbeda dengan keadaan sebelum Covid-19. Prosedur penerimaan pasien juga akan mengalami perubahan termasuk prosedur skrining yang lebih ketat dan pembatasan pengunjung/pendamping pasien bahkan pemisahan pelayanan untuk pasien Covid-19 dan non Covid-19.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Pada masa pandemi ini, fasilitaskesehatan pun mengurangi layanan kesehatan untuk pasien umum (pasien non Covid-19). Banyaknya penderita Covid-19 di rumah sakit bisa saja menjadi penyebab pasien maupun keluarga kuatir bahkan menolak rujukan yang diberikan fasilitas kesehatan.

Pada 2020 angka kematian ibu di Jawa Timur mencapai 89,81 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian ibu dan bayi adalah eklampsia, perdarahan, penyakit jantung dan infeksi. Penyebab non obstetrik-nya antara lain 3T yaitu Terlambat mengambil keputusan (T1), Terlambat sampai ke tempat rujukan (T2) dan Terlambat mendapat penanganan (T3).

Hinda Novianti mengatakan selama Covid-19 ini, dikhawatirkan terjadinya 3T pada ibu hamil karena rumah sakit membatasi layanan dan pasien non Covid-19 takut datang ke rumah sakit untuk kontrol kondisi kehamilannya.

“Kasus kegawatdaruratan maternal dapat terjadi setiap saat selama proses kehamilan, persalinan dan masa nifas, seperti kasus preeklampsia/eklampsia, perdarahan, sepsis, dan lain-lain,” ujarnya.

Penelitian ini dilakukan di Klinik Jasmine pada bulan Januari sampai Juni 2021. Sampelnya adalah ibu hamil, bersalin dan nifas yang mengalami kegawatdaruratan obstetric sebanyak 47 responden.

Teknik pengambilan sampel adalah non probability sampling dengan metode total sampling. Pengumpulan data menggunakan rekam medis dan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji chi square. Hasil Asimp.Sig 0,000 < 0,05, maka H0 ditolak, artinya terdapat hubungan antara Macam Rujukan dengan Keluaran Maternal Neonatal .

Karena itu diakui Hinda, dia dan Yati melakukan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh macam rujukan kegawatdaruratan maternal terhadap keluaran maternal neonatal. Desain dalam penelitian ini adalah analitik observasional dengan metode cross sectional.

Dari 47 responden, sebagian besar rujukan tepat waktu dan sebagian besar ibu dan bayi lahir kondisi sehat. Artinya meskipun kondisi pandemic covid membuat masyarakat takut untuk dirujuk ke rumah sakit, namun kesadaran mereka untuk mengikuti anjuran petugas kesehatan demi keselamatan ibu dan bayi cukup tinggi.

“Untuk itu sangat diperlukan penyuluhan kepada masyarakat luas akan pentingnya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat pada kasus kegawatdaruratan pada kehamilan, persalinan dan nifas,” jelasnya. ril/hms

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry