Rektor Unair, Prof Nasih saat membacakan pernyataan sikap. DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Rektor Universitas Airlangga (Unair) Prof Mohammad Nasih merespon banyaknya kampus buka suara terkait fenomena politik saat ini. Terutama yang juga terjadi di kampus tersebut.

Prof Nasih mengatakan di tengah situasi saat ini ketulusan dan kepedulian serta idealisme pada akademisi ini waspadai akan dikotori oleh ‘penumpang gelap’.

“Sehingga bukan lagi idealisme yang muncul, malah hal-hal lain. Kita harus waspada akan hal itu,” katanya, Rabu (7//2/2024).

Prof Nasih menanggapi adanya dua kubu yang mengatasnamakan alumni dan akademisi Unair yang melakukan pernyataan sikap di hari yang sama yakni Senin(5/2/2024) lalu.

Rektor Unair Prof Mohammad Nasih (tengah) bersama pimpinan Unair usai membacakan pernyataan sikap atas kondisi politik saat ini. DUTA/ist

Prof Nasih menegaskan hal itu membuktikan bahwa di Unair ada bermacam-macam warna. Masing-masing memiliki pendapat dan idealisme masing-masing. “Bisa jadi mungkin bukan cuma dua tapi banyak,” tandasnya.

Namun dari dua kubu itu, Prof Nasih memastikan hal itu tidak merepresentasikan sikap Unair. Unair sebagai institusi tidak dibenarkan untuk memihak. Unair harus berada di posisi netral. “Ini yang harus kita pahami bersama, menghargai dan mengapresiasi suara-suara dari dalam,” tukasnya.

Unair menghargai ide dan pendapat akademisi asalkan semua disampaikan melalui proses yang benar. Kebebasan akademik kata Prof Nasih tidak melekat pada institusi. Semua menjadi tanggung jawab masing-masing personal.

“Contohnya, di Unair itu ada 3.250 jurnal akademis hasil karya dosen. Tapi itu bukan menjadi tanggung jawab Unair sebagai lembaga walau para dosen itu mengabdi Unair, tapi itu adalah hasil dari para dosen secara pribadi dan menjadi tanggung jawab pribadi hasil dari penelitiannya,” jelasnya.

Jika para dosen dan akademisi Unair bisa membuat opini ilmiah tertentu misalnya di media massa, Unair tetap mendukung dengan memberikan reward pada dosen tersebut. begitupun dengan penelitian. Unair mengapresiasi dengan memberikan insentif walau hasil penelitiannya atas nama masing-masing pribadi.

“Kami mendukung proses proses idealisme pemikiran dari personal di Unair. Yang kami larang adalah politik praktis yang mengatasnamakan Unair,’ tukasnya.

Serukan Sepuluh Pesan Ajakan

Prof Nasih dalam kesempatan itu membacakan seruan dari lembaganya. Didampingi oleh para pimpinan dan Ketua Senat Unair, berikut seruan itu secara lengkap .

Mencermati perkembangan situasi akhir-akhir ini yang sangat dinamis dan menghangat serta berpotensi untuk melemahkan kesatuan dan persatuan bangsa, kami mengimbau, mengajak dan menyerukan agar semua pihak untuk secara bersama-sama mewujudkan Demokrasi yang Bermartabat di Indonesia, melalui salah satunya, namun tidak terbatas pada, penyelenggaraan Pemilihan Umum yang Berkualitas, Jujur, Adil, Bebas, Rahasia, Aman dan Damai. Untuk itu, kami menyerukan dan mengajak:

1. Semua pihak, khususnya para Aktor Politik untuk mengedepankan adab, moralitas, etika, tata krama, dan sopan santun dalam berpolitik serta dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara.

2. Para Elit, khususnya Elit Politik, baik di Pusat maupun di Daerah untuk menjadi suri tauladan yang baik bagi terwujudnya demokrasi yang bermartabat serta benar-benar lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan negara serta rakyat semesta daripada kepentingan pribadi, suku, golongan, maupun partai.

3. Semua pihak untuk mematuhi dan mentaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya yang berkaitan dengan pemilihan umum baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Semua pihak untuk berhenti menggunakan Politik Uang (money politics) dalam segala bentuk dan rupa, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik sebagai pemberi maupun sebagai penerima.

5. Semua Pihak untuk berhenti menggunakan politik pecah belah, memprovokasi, memfitnah, menyebarkan berita bohong, serta mengintimidasi, menakut-nakuti, mengancam, dan memaksa orang lain agar memilih pilihan tertentu.

6. Penyelenggara Pemilu untuk benar-benar melaksanakan tugasnya secara profesional, adil, tidak memihak, independen, jujur, dan transparan.

7. Aparatur Penegak Hukum hendaknya menangani berbagai permasalahan hukum yang terjadi secara profesional, transparan, dan adil serta memberikan rasa keadilan bagi semua warga negara apapun pilihan politiknya.

8. Semua ASN beserta Polisi Republik Indonesia (POLRI) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk bersikap netral sesuai dengan Tugas, Pokok dan Fungsi(TUPOKSI)-nya masing masing. Lebih detailnya untuk Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) hendaknya benar-benar menjamin keamanan, keselamatan, dan kenyamanan semua warga negara, khususnya yang mempunyai hak pilih, untuk dapat memilih secara bebas, rahasia, dan tanpa rasa takut dan khawatir apapun pilihan yang bersangkutan serta menjamin kebebasan berpendapat.

9. Segenap elemen masyarakat: Profesor, Guru Besar, Ulama, Kyai, Cendekiawan, Intelektual, Akademisi, Dosen serta Mahasiswa agar menjaga nalar, akal sehat dan integritas diri serta secara aktif mengedukasi masyarakat tentang pentingnya Pemilu yang berkualitas, jujur, adil, dan bebas serta pilihan yang rasional dan cerdas bagi keutuhan NKRI, keberlanjutan pembangunan dan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan dilandasi prinsip penuh tanggung jawab, arif dan bijaksana.

10. Seluruh Warga Negara yang mempunyai hak pilih, agar dengan suka cita hadir di Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan menggunakan hak pilihnya secara bebas, cerdas, rasional dan merdeka sesuai dengan suara hati nurani serta menjaga toleransi, menghormati dan menghargai pilihan orang lain yang mungkin berbeda. Surabaya, 7 Februari 2024.

Pernyataan tersebut dibacakan dan ditulis dengan tertanda Rektor Mohammad Nasih. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry