JAKARTA | duta.co – Sama-sama pengusung pasangan calon AMIN (Anies Baswedan-Mahaimin Iskandar), nomor urut 1, nasib  Partai NasDem dan PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) tampaknya berbeda. Partai NasDem dan Partai Gerindra terasa ‘sedarah’, sehingga mudah bertemu.

“Cak Imin (Ketua Umum DPP PKB red.) sedang berusaha keras ‘meluluhkan’ hati Pak Prabowo. Tetapi sampai detik ini, belum berhasil. Berbeda dengan NasDem yang justru didatangi Pak PS, karena Ketum NasDem Surya Paloh langsung mengucapkan selamat atas kemenangan paslon nomor urut 02 itu,” tegas sebuah sumber duta.co, Kamis (4/4/24).

Menurut sumber yang masih enggan disebut namanya itu, PKB terus berupaya agar bisa ‘membobol’ kebuntuan tersebut. Tetapi, nada-nadanya, sulit. Karena partai besutan kiai itu tengah menghadapi ‘operasi’ ganti nahkoda. “Presiden Jokowi tidak mau ‘gambling’ demi stabilitas politik mendatang,” tegasnya.

Pengamat politik santri, Doktor M Sholeh Basyari, Direktur Ekskutif CSIIS (Center for Strategic on Islamic and International Studies) kepada duta.co merasakan hal yang sama, adanya informasi tersebut.

“Pasca pemilu dengan hasil gemilang bagi sejumlah Parpol,  terutama PKB dan NasDem, memunculkan sejumlah harapan membuncah di dua parpol ini,” terangnya.

Menariknya, kata Dr Sholeh, sebagai sesama Parpol pengusung pasangan AMIN, penyikapan Prabowo terhadap NasDem berbeda dengan PKB. Prabowo telah bersilaturahmi ke gedung NATO (Nasdem tower) dan disambut langsung Surya Paloh sejak di halaman gedung.

“Sementara PKB, dibiarkan merana, tidak disapa. Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB ‘abadi’, mencoba mencairkan kebekuan, meski bukan kebuntuan relasi PKB dengan sang presiden terpilih. Saya juga mendengar, Cak Imin berulang kali meminta Dasco untuk memfasilitasi pertemuan dirinya dengan 08 dan selalu gagal,” tegasnya.

Menurut dosen di Perguruan Tinggi NU itu, perbedaan sikap Prabowo atas NasDem dan PKB, serta upaya keras Cak Imin membuka komunikasi langsung dengan Prabowo, memunculkan sejumlah spekulasi liar berikut.

“Pertama, operasi terbatas ‘ganti nahkoda’ PKB, adalah titah istana lama dan istana baru. Operasi ini mengingatkan publik tentang operasi ‘amplop kiai’ di PPP. Titah istana baru ter-deteksi terang justru dari langkah, lobby dan komunikasi politik Cak Imin sendiri dengan kubu Prabowo,” urainya.

Sementara, lanjutnya, titah istana baru tampak selaras dengan policy istana lama terkait ganti nahkoda ini, terpublish beberapa saat setelah Menteri Halim Iskandar dan Ida Fauziah dipanggil ke istana. “Saya mendengar, sekretaris FPKB DPR RI menyebut: sejatinya dalam design kita yang menghadap pak lurah (istana lama) adalah Ketum langsung. Berarti ada masalah,” terangnya.

Kedua, tambah Dr Sholeh, operasi dengan ‘sandi ganti nahkoda’ ini, secara meyakinkan menyasar dan menggerakkan sejumlah faksi PKB yang terlempar dari lingkaran Cak Imin. Gerakan internal ini dimaksudkan sebagai eskalasi untuk merespon dinamika eksternal yakni; titah istana tersebut.

“Maka, sejumlah tokoh santer serius menyusun dan tengah menjalankan langkah-langkahnya, bahkan Wakil Ketua Umum DPP PKB ‘incumbant’ Jazilul Fawaid, terpantau bergerak. Saya juga mendengar pergerakan Jazil melalui salah satu menteri dari Sulawesi Selatan untuk dikomunikasikan dengan “raja batubara” Kalimantan Selatan.”

Pergerakan serupa, jelasnya,  juga diikuti oleh Yaqut Cholil Qoumas, Saifullah Yusuf maupun Lukman Edy. Yaqut (kabarnya) masih menggunakan jaringan lama PBNU, terkait logistik dan amunisi untuk kepentingan mendepak Cak Imin dari Raden Saleh. Jaringan lama yang dimaksud adalah mantan bendahara umum PBNU.

Sholeh menambahkan, gerbong Gus Ipul, juga terus bergerak. Dosen Pascasarjana Unsuri Ponorogo ini menyebut, gigihnya Gus Ipul ‘menampar’ PKB, ini menandakan bahwa senjata perang Gus Ipul, sudah full.

Terakhir, ada nama Lukman Edy, v(LE). Mantan Sekjen PKB terlama ini (7 tahun), intens bermain dan berkomunikasi dengan elit-elit formal maupun informal istana lama dan istana baru. LE untuk kepentingan ini bekerjasama dengan tokoh yang dipersiapkan oleh 08. “Kabarnya meski bukan sebagai PKB 1, LE diminta untuk mempresentasikan RAB tahap awal operasi ini, tegasnya.

Ketiga, konsolidasi DPP, DPW dan DPC PKB yang mengarah kepada kebulatan tekad untuk Cak Imin memimpin kembali PKB, tak ubahnya ketika DPP, DPD dan DPC partai Demokrat dalam kendali penuh Anas Urbaningrum.

Pada akhirnya Cak Imin mau tidak mau, siap tidak siap, berkelit atau pun face to face, menghadapi semacam the last battle survival. Dengan situasi seperti itu, Cak Imin harus menghadapi seorang diri musuh-musuh yang bisa saja dari istana lama dan baru.

“Tidak itu saja, dia juga harus menghitung endurance pasukannya untuk menghadapi pertempuran panjang dengan serdadu lawan. Kita lihat ke depan: apakah soliditas struktur PKB mampu menahan gempuran pasukan sekutu Yaqut,Gus Ipul, LE bahkan JF?. Ini semakin menarik dicermati,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry