SOBO PASAR : Bacabup Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali blusukan ke Pasar Desa Wage, Kecamatan Taman, Sidoarjo (duta.co/yudi irawan)

SIDOARJO  | duta.co – Blusukan Pasar tradisional merupakan salah satu agenda Bakal Calon Bupati (Bacabup) Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali. Pasalnya pasar tradisional merupakan pilar pembangunan ekonomi rakyat.

Karena itu, Bakal Calon Bupati (Bacabup) Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali menjadikan pasar tradisional sebagai basis pergerakan utama perekonomian kerakyatan di Sidoarjo. Kader NU millenial yang akrab dipanggil Gus Muhdlor ini menilai Pasar Rakyat mampu menopang perekonomian bangsa.

Karenanya, dalam sepekan terakhir, putra keenam Pengasuh Pesantren Bumi Sholawat, KH Agus Ali Masyhuri (Gus Ali) ini juga terus bergerak menyapa dan mengunjungi para pengunjung dan pedagang pasar tradisional yang ada di Sidoarjo. Salah satunya mengunjungi pasar tradisional di Desa Wage, Kecamatan Taman, Sidoarjo.

Dalam program sobo pasar ini, digelar seusai Salat Subuh. Saat blusukan itu, Gus Muhdlor bersama para santri dan tim relawan langsung menuju Pasar Krempyeng yang ada di kawasan Desa Wage itu. Mengetahui kedatangan rombongan, ratusan emak-emak yang berbelanja itu langsung mengerubuti Gus Muhdlor. Selain ada yang minta selfie (berswafoto), juga tak sedikit yang curhat kepada Gus Muhdlor.

“Pondasi utama ekonomi kerakyatan dari pasar rakyat. Kalau mau melihat kekuatan ekonomi riil Sidoarjo ya pasar rakyat seperti ini,” kata Gus Muhdlor (13/01/2020).

Gus Muhdlor berharap, pasar rakyat harus dibangun dan diperbanyak. Menurutnya minimal di setiap desa harus memiliki satu pasar. Selain itu, pasar rakyat harus saling terintegrasi antara pasar di tingkat desa, pasar kecamatan hingga pasar kabupaten dan pasar induk.

“Problem utama pasar itu, tidak sekadar revitalisasi. Tetapi juga harus dibangun sebuah sistem yang terintegrasi antara satu pasar dan pasar lainnya,” tegas alumnus Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini.

Dalam blusukkan sobo pasar ini, Gus Muhdlor mendapatkan keluhan masalah klasik yang dialami pasar tradisional di Sidoarjo. Yakni kurang dan minimnya perhatian pemerintah daerah.

“Masalah klasik ini kerap terjadi di pasar-pasar tradisional. Minimnya perhatian pemerintah untuk revitalisasi. Karenanya, pasar tradisional menjadi kumuh, becek, kotor, tidak tertata dan mulai ditinggalkan pelanggan,” tegas CEO Sidoresik ini.

Padahal, di setiap pasar tradisional diketahui jika rupiah terus berputar dan tidak ada hentinya. Bahkan, denyut nadi perekonomian masyarakat ada di pasar tradisional itu.

“Konsistensi perekonomian kerakyakatan itu yang harus dijaga agar tetap berkesinambungan,” tandasnya.

Sementara dalam blusukan sobo pasar kali ini, Gus Muhdlor juga mensosialisasikan bahaya kantong plastik. Tak hanya mengimbau meninggalkan kantong plastik, Gus Muhdlor juga membagi-bagikan kantong ramah lingkungan bagi para pengunjung pasar. (yud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry