????????????????????????????????????

Dr. Eppy Setiyowati, M.Kes

Dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK)

PERILAKU Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat yang saat ini disebut Pusat Promosi Kesehatan.

Program PHBS dilaksanakan dalam berbagai tatanan, seperti tatanan rumah tangga, tatanan pasar dan sebagainya. Provinsi Jawa Timur memfokuskan pada tiga tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan tempat umum dan institusi pendidikan. Alasan pemilihan pada tiga jenis tatanan tersebut karena ketiganya mempunyai daya ungkit yang besar dalam pencapaian derajat kesehatan.

Selanjutnya  menurut  hasil  Riskesdas  Tahun  2018,  hasil  pendataan untuk PHBS tatanan rumah tangga di Jawa Timur 53% keluarga belum menjadi peserta dana sehat dan sebesar 48% keluarga belum bebas asap rokok.

Hasil  survei  pemetaan  PHBS,  dari  16  indikator  PHBS  hanya 8 indikator yang mencapai target. Indikator yang belum memenuhi syarat yaitu cakupan bebas asap rokok, air bersih, sampah, saluran pembuangan air limbah, pemberantasan sarang nyamuk, dana sehat dan tanaman obat keluarga.

Data penyakit menular yang diperoleh dari Puskesmas di wilayah Jawa Timur menunjukkan bahwa angka kejadian diare mencapai 453 kasus pada tahun 2018. Selanjutnya terdapat 76 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), dan 94 kasus Chikunguya.

 Selain itu terdapat 51 kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang kebanyakan menyerang anak balita.  Data  ini  menunjukkan  masih  tingginya  angka  kejadian  penyakit menular serta ISPA yang diakibatkan oleh kualitas udara yang kurang baik dan banyaknya perokok.

Kondisi tersebut harus segera diantisipasi dengan meningkatkan pola hidup sehat melalui PHBS. Upaya sosialisasi dapat dilakukan dengan pengenalan konsep PHBS mulai dari lingkungan keluarga hingga institusi pendidikan. Indonesia memiliki lebih dari 250.000 sekolah negeri, swasta maupun sekolah agama dari berbagai tingkatan.

Jumlah anak sekolah diperkirakan mencapai 30% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 73 juta orang. Besarnya jumlah anak usia sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya.  Sekolah  merupakan  tempat  yang  strategis  untuk  kehidupan anak, sehingga dapat difungsikan secara tepat sebagai salah satu institusi yang dapat membantu dan berperan dalam upaya optimalisasi tumbuh kembang anak usia sekolah dengan upaya promotif dan preventif (Kemenkes RI, 2017).

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mempunyai visi: ”Masyarakat Jawa Timur Mandiri untuk Hidup Sehat”.  Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah suatu kondisi dimana masyarakat Jawa Timur menyadari, mau, dan mampu untuk   mengenali,   mencegah  dan   mengatasi  permasalahan   kesehatan   yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena   penyakit   termasuk    gangguan   kesehatan   akibat   bencana,   maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat.

Berdasarkan visi Dinas Kesehatan Provinsi, maka misi pembangunan kesehatan di Jawa Timur adalah “Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan, mendorong terwujudnya  kemandirian  masyarakat  untuk  hidup  sehat,  mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,  merata, dan terjangkau, meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan, meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehatan” (Dinkes Jawa Timur, 2017).

Pengetahuan tentang derajat kesehatan  individu atau  masyarakat merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh da lam peningkatan kualitas sumber daya manusia individu atau masyarakat yang bersangkutan, oleh karena itu derajat kesehatan manusia menempati peranan penting dan strategis di dalam pembangunan nasional bangsa Indonesia. Dampak dari perilaku dan lingkungan yang  tidak  sehat  dalam suatu  masyarakat  akan  berakibat  timbulnya  berbagai macam penyakit menular dan bersifat endemis, sehingga dengan demikian diperlukan berbagai upaya dari berbagai macam pihak untuk mengubah perilaku yang tidak sehat tersebut menjadi perilaku sehat.

Dalam sistem kesehatan nasional disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Depkes, 2001). Menurut H.L Blum (1974), derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat macam faktor yaitu faktor   keturunan,   faktor   pelayanan   kesehatan,   faktor   perilaku   dan   faktor lingkungan.

Berdasarkan keempat  faktor  tersebut,  faktor  perilaku  merupakan faktor  yang  mempunyai pengaruh dan peranan paling  besar    terhadap  tinggi rendahnya   derajat   kesehatan   masyarakat,   oleh   karena   itu   perilaku   sehat merupakan prasyarat utama untuk meningkatkan derajat kesehatan.

Salah  satu  upaya  menuju  kearah  perilaku  sehat  dengan  melalui  satu program yang dikenal dengan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilaksanakan secara sistematis dan terkoordinir. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan bentuk perwujudan untuk memberikan pengalaman   belajar   atau   menciptakan   suatu   kondisi   yang   kondusif   ba gi perorangan,  keluarga,  kelompok  dan  masyarakat  untuk  meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku agar dapat menerapkan cara–cara hidup  sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan.

Perilaku Hidup Bersih  dan Sehat (PHBS) terdiri dari lima tatanan  yaitu  institusi pendidikan, institusi kesehatan,  tempat kerja, tempat–tempat umum, dan rumah tangga (Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, 2010). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tersebut harus dimulai dari tatanan rumah tangga karena rumah tangga yang sehat merupakan aset modal pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan, dan dilindungi kesehatannya. Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit inveksi dan non inveksi, oleh karena itu untuk mencegahnya anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan PHBS (Departemen Kesehatan RI, 2009).

Institusi pendidikan dipandang sebagai sebuah tempat yang strategis untuk mempromosikan kesehatan. Sekolah juga merupakan institusi yang efektif untuk mewujudkan pendidikan kesehatan, dimana peserta didik dapat diajarkan tentang maksud perilaku sehat dan tidak sehat serta konsekuensinya.

Selain itu, usia sekolah merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai- nilai PHBS dan berpotensi sebagai agent of change untuk mempromosikan PHBS baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Anak sekolah sebagai sasaran promosi PHBS terutama tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP).

Hal ini dikarenakan kelompok umur ini mudah menerima inovasi baru dan punya keinginan kuat untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi yang diterimanya kepada orang lain.

Anak sekolah merupakan kelompok anak yang usianya seimbang, sehingga memiliki kemampuan dan perkembangan yang sama. Metode pendidikan kesehatan yang cocok untuk kelompok adalah metode ceramah, tanya jawab dan diskusi.

Metode ceramah sederhana dan efektif dalam upaya penyampaian informasi secara cepat kepada kelompok sasaran yang cukup besar (Notoatmodjo, 2003). Metode ceramah baik untuk sasaran yang berpendidikan rendah  atau tinggi.

Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ceramah adalah persiapan bagi penceramah yang harus menguasai materi yang akan  disampaikan.  Kunci  dari  keberhasilan  pelaksanaan  ceramah  adalah penceramah   dapat   menguasai   sasaran   dalam   arti   secara   psikologis. Penceramah harus mampu memberikan pemahaman bagi anak bahwa PHBS penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Beberapa contoh pelaksanaan PHBS di sekolah dapat disampaikan misalnya mencuci tangan, membuang sampah pada tempatnya, dan lain-lain.

Pelaksanaan PHBS di sekolah dapat dimulai dari hal yang sederhana seperti  mencuci  tangan  dengan  sabun.  Meningkatnya  perilaku  cuci  tangan yang benar (cuci tangan dengan air yang mengalir dan sabun), setelah buang air besar, sebelum makan serta sebelum menyiapkan makanan maka perilaku ini bermanfaat untuk meningkatkan pencapaian derajat kesehatan. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry