SURABAYA | duta.co – Gubernur Jatim Khofiah Indar Parawansa mengaku belum dapat menyikapi kebijakan pemerintah pusat terkait pemberlakukan kenaikan cukai rokok sebesar 23 persen dan kenaikan Harga Jual Ecean (HJE) rokok sebesar 35 persen pada awal tahun 2020 mendatang, sebelum menyamakan persepsi dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

“Saya mau mencocokkan data dulu dengan Gunernur Jateng Pak Ganjar, karena saya ingin memotret kalau ini terjadi efek terhadap ekonomi daerah seperti apa. Jatim dan Jateng adalah sentra industri rokok nasional sehingga dampak yang diterima pasti lebih besar dibanding provinsi lain,” ujar Gubernur Jatim Khofifah saat dikonfirmasi Minggu (22/9/2019).

Lebih jauh gubernur perempuan pertama di Jatim itu menjelaskan bahwa Jatim dan Jateng merupakan satu tim yang dulu diminta pemerintah melakukan percobaan secara nasional terhadap persoalan tembakau dan industri olahan tembakau yang  salah satu timnya adalah Prof Candra.

“Sebetulnya kita kan masih 100 ton lebih tembakau yang kita import terutama untuk jenis Virginia. Sudah agak lama sih kita mendiskusikan ini, Virginia ini lebih cocok ditanam dimana. Sudah di-exercise di Lereng Semeru, di Bojonegoro kemudian paling cocok katanya di Lombok. Ini pemetaannya sih sudah agak detail karena rata-rata jenis Virginia itulah yang masih diimpor itu masih 100 ton lebih,” beber Khofifah.

Diakui Khofifah, kalau tembakau yang masih diimpor itu jumlahnya cukup signifikan, sementara opsinya kok cukainya yang dinaikkan? Sehingga pihaknya lagi cocok-cocokan hitungan karena yang cukup besar itu Jawa Timur dan Jawa Tengah jadi kita sama-sama sedang menghitung efek dari kenaikan cukai yang cukup besar itu terhadap terhadap ekonomi daerah.

“Jadi sabar dulu nanti setelah ketemu Pak Ganjar, saya berencana untuk menyampaikan hasil dari evaluasi bersama ini ke pemerintah pusat,” dalih mantan Mensos RI ini. (ud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry