Ning Lia dan Gus Bay

SURABAYA | duta.co – Namanya terpatri kuat di jagat calon senator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia (RI) dari Provinsi Jawa Timur. Ialah Dr Lia Istifhama atau akrab disapa Ning Lia.

Sampai Minggu  25 Feb 2024, pukul 13.01 Wib — ketika website KPU (Sirekap) masih update  — putri almaghjfurlah KH Masykur Hasyim ini sudah mengantongi 1,786.360 suara atau 13.47% dari total suara masuk via real count KPU yang berasal dari 95656 TPS (79.27%) dari 120666 TPS yang ada.

Hebatnya, Ning Lia tidak ‘jualan’ foto cantik di kartu suara. Padahal kita dengar, belakangan ada yang ribut, kecewa,  bahkan marah, karena dalam Pemilu 2024 ada yang menggunakan jurus foto cantik di surat suara. Dan foto cantik itu, ternyata tidak seindah atau secantik aslinya.

“Memprihatinkan, memang. Sebab, ramai di medsos orang pada kecewa, karena yang dicoblos dalam kertas suara, tidak secantik aslinya. Ini fakta yang mewajibkan kita untuk melakukan edukasi kepada setiap orang. Bahwa jurus cantik itu, tidak elok, apalagi tipuan,” demikian Dr Moh Mukhrojin kepada duta.co, Minggu (25/2/24).

Menurut Mukhrojin, para pemilih calon anggota DPD RI dari Provinsi Jawa Timur, mestinya mencermati rekam jejak. Memang ada semacam keterbatasan pengetahuan soal sosok calon DPD. Ini membuat mayoritas rakyat Jatim tidak bisa membaca rekam jejak.

“Padahal  kita diwanti-wanti oleh Kanjeng Nabi, bahwa, manusia itu jangan dilihat dari wajahnya, hartanya. Tetapi lihatlah hatinya, taqwanya, rekam jejaknya (bagi calon pemimpin) sejauh mana ia memiliki kepekaan terhadap problem umat,” terangnya.

Ia mengapresiasi kinerja Ning Lia dalam membangun kedekatan dengan warga Jawa Timur. “Luar biasa, sebagai aktivis perempuan namanya tidak asing. Bahkan belakangan ia menjadi salah satu calon kuat senator (DPD) dari Jawa Timur,” tegas Ketua Umum MUI Sukolilo, Surabaya itu.

Hal yang sama disampaikan Gus Bayhaqi Kadmi, pendakwah kondang dari Pasuruan, Jawa Timur. Ia turut membuat catatan khusus untuk Ning Lia. Lelaki yang produktif menulis, salah satu bertajuk ‘Chelsea Juara Sebelum Adzan Subuh’ itu, menyebut Ning Lia sebagai mutiara terpendam.

“Ning Lia, ini sosoknya terlalu kalem kelihatannya. Kadang terkesan sangat polos. Ia bukan tipe yang gercep (gerak cepat) mengambil panggung untuk menjadi pusat perhatian. Ia lebih suka diam duduk anteng di belakang. Mendengar orang bicara baru ia bicara jika ada kesempatan. Namun sebenarnya ia mutiara terpendam,” katanya.

Saya sendiri, jelas Gus Bay, baru tahu sosoknya secara langsung, termasuk kecerdasan dan keteguhannya tatkala ia bicara depan publik. “Ternyata Ning Lia suka mengapresiasi orang lain dan menjadikan sebagai contoh yang baik. Kecerdasannya tampak dengan gaya bahasa dan tutur katanya yang sistemastis. Awalnya terlihat kalem, tapi perlahan tampak tegas,” jelasnya.

Gus Bay, justru mengaku kecewa dengan gaya politik Ning Lia yang teramat low profile, menutup keunggulan diri sendiri. “Ini memang baik, tapi kadang terlalu baik. Ning Lia hanya bicara bagaimana berbuat kebaikan, tapi lupa bahwa politik itu harus bisa ‘mencuri’ kesempatan. Dan saya kira Ning Lia bisa belajar banyak dari Pemilu 2024. Bukan hanya dia, tapi semua pihak,” tegasnya.

Gus Bay yakin, keponakan Khofifah tersebut lolos ke senanyan. “Kalau soal lolos, saya sangat yakin. Karena indikator politik di kancah nasional, sudah melekat di sosoknya. Bukan sekedar cantik, tinggi semampai. Dia memang cerdas dan tegas, latar belakang keluarga dan pendidikan jelas, aktivitas sosialnya jelas, grass root kuat. Ini menjadi kunci dia ke Senayan sebagai senator,” pungkasnya.

Ning Lia sendiri kepada duta.co memilih low profile. Kendati begitu, ia mengaku kaget dengan karakter pemilih (khususnya) DPD Provinsi Jatim, yang ternyata banyak pemilih merasa tertipu, kecewa dengan wajah cantik yang dipilihnya. Ini karena tidak tahu rekam jejak calon wakilnya.

“Ini pelajaran kita bersama, bahwa, perlu sekali edukasi. Dan, ternyata, masih banyak pemilih yang tidak paham, akhirnya hanya tertumpu pada kecantikan seseorang. Lebih ironis kalau kemudian mereka kecewa, gegara tidak seindah warna aslinya,” terangnya sambil tersenyum.

Menurut Ning Lia, kondisi ini juga menjadi pelajaran bagi aktivis perempuan, di mana pun berada.  Ternyata, bisa bermodal wajah cantik saja. “Selama ini, terus terang, kita nafikan. Sebagai kader nahdliyin dan santriwati, kita kenyang dengan wejangan agar tidak mengandalkan wajah cantik, meski diakui tidak sedikit santriwati yang lebih cantik,” tegasnya.

Kecantikan hati, jelasnya, lebih utama. “Saya menyadari, bahwa, kecantikan wajah sangat terbatas. Sepanjang muda, tentu, kelihatan cantik. Tetapi, kalau sudah tua apa bisa seperti itu? Karenanya, kecantikan hati, lebih utama ketimbang kecantikan wajah,” pungkas wanita berparas cantik ini. (zi)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry