Lalu, berapa kali bacaan istighfar itu kita baca dalam sehari? Mayoritas sepakat bahwa lafadz istighfar ini dibaca 100x dalam sehari semalam.

Oleh H Syarif Thayib

Kultum (kuliah tujuh menit) ini relatif singkat.  Tetapi, setelah mendengarnya, kita akan menyebut singkat, padat, menarik, dan tetap menyuguhkan kisah kisah inspiratif.

Itulah feedback beberapa audien setelah mendengarkan kuliah shubuh KH Farmadi Hasyim, MAg. dari Kemenag Jatim di Masjid Asrama Haji beberapa waktu lalu.

Kiai Farmadi memang piawai mengaduk aduk emosi Jemaah. Wajar, kalau setiap majelis yang ia datangi selalu ingin mengundangnya kembali.

Ketika Kultum itu, ia awali dengan kisah sahabat Umar bin Khattab yang sangat terganggu dengan suara tangisan anak muda di samping rumahnya.

Alkisah semakin hari tangisan pemuda itu makin menjadi-jadi, hingga memaksa Umar menemuinya.  Tetapi, meski didesak berkali-kali, tetap saja sang pemuda itu enggan menceritakan kepada Umar mengapa ia menangis sepanjang hari dan malam.

Akhirnya, Umar mengajak sang pemuda itu menghadap Rasulullah SAW. Kemudian di hadapan manusia agung Muhammad SAW (sambil terus menangis) Pemuda itu memberitahukan dosa-dosanya.

“Apa dosamu itu?” tanya Rasulullah.

”Ya, Rasulullah, saya tukang gali kubur sejak tujuh tahun,” katanya pilu.

Pada suatu hari, jelasnya, saya menggali kuburan gadis Anshar. Setelah saya telanjangi dari kafannya, saya tinggalkan mayat itu. Tetapi, tidak jauh, hawa nafsu saya bangkit. Saya kembali dan menyetubuhi mayat gadis itu hingga puas.

Lalu, katanya lagi, belum jauh saya tinggalkan, tiba-tiba gadis itu bangkit dan berkata kepada saya. “Celaka, kau pemuda. Tidakkah kau malu kepada Tuhan yang akan membalas di hari pembalasan, yaitu ketika tiap orang zalim akan dituntut oleh yang dianiaya. Kau biarkan saya telanjang, dan kau hadapkan saya di hadapan Allah sebagai orang junub,” jelasnya.

Mendengar keterangan pemuda itu, Rasulullah segera bangkit dari duduknya. Lalu, Nabi berkata, “Hai, fasik, alangkah layaknya kamu masuk neraka. Keluarlah dari tempat ini,” begitu hardik Kanjeng Nabi.

Pemuda itu pun mengikuti perintah Nabi. Selama empat puluh hari, pemuda itu bertaubat. Pada malam keempat puluh, pemuda itu melihat ke langit, sambil berdoa:

“Wahai Tuhan Muhammad, Adam, dan Hawa jika Engkau mengampuniku maka beritahukanlah kepada Muhammad SAW dan para sahabatnya. Jika tidak, maka kirimkanlah api dari langit lalu bakarlah aku, dan selamatkan aku dari api neraka.”

Lalu datanglah Jibril kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Salam kepada Engkau Muhammad, Tuhanmu mengirimkan salam untukmu. Lalu Rasulullah menjawab,”Dialah kedamaian itu, dan dari-Nya pula kedamaian dan akan kembali kepada-Nya kedamaian.”

Berkatalah Jibril,”Engkau yang menciptakan makhluk?”

Rasulullah menjawab,”(Justru) Dialah yang menciptakanku dan semua makhluk.”

Jibril kembali bertanya, “Apakah engkau yang memberikan mereka rezeki?”

Rasulullah menjawab, “Dialah yang mengampuniku dan mengampuni mereka.”

Jibril mengatakan,” Allah SWT berkata: Ampunilah dia (pemuda itu) karena sesungguhnya Aku mengampuni dia.”

Nabi SAW kemudian berdoa dan memberi kabar gembira kepada sang pemuda bahwa dia telah diampuni Allah SWT.

Kisah yang terangkum dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu al-Laits as-Samarqandi itu berhasil menghilangkan rasa kantuk jemaah shalat shubuh.

Saya yang kebetulan berada di shaf tengah tahu persis, betapa semua audien hanyut dengan kisah emosional yang berujung happy ending itu.

Suasana semakin ‘emosional’ saat Kiai Farmadi hanya memberi pesan pendek di akhir Kultumnya, bahwa kita harus positive thinking (husnudzan) kepada Allah meskipun hidup kita berlumuran dosa.

Kemudian mantan Kasie PHU Kota Surabaya yang sering tampil di TV itu memberi closing statemen cerdas dengan mengutip firman Allah SWT.

فَقُلۡتُ اسۡتَغۡفِرُوۡا رَبَّكُمۡؕ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًا

“Maka aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun,” (QS. Nuh: 10)

Dzikir Pamungkas

Kalau ada pertanyaan, apa bacaan dzikir pamungkas untuk mengatasi semua masalah, maka jawabannya adalah istighfar. Astaghfirullahaladhim.

Ibnu Abbas menyampaikan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Siapapun yang senantiasa beristighfar, maka Allah pasti akan selalu memberikannya jalan keluar dari setiap kesempitan dan kelapangan dari segala kegundahan serta Allah akan memberikan rezeki kepadanya dari arah yang tidak disangka-sangka.” (Abu Dawud)

Pantas saja, Bacaan istighfar selalu ada pada dzikir bersama atau istighasah dimanapun dan yang dipimpin oleh siapapun. “aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, dari segala dosa.”

Lalu, berapa kali bacaan istighfar itu kita baca dalam sehari? Mayoritas sepakat bahwa lafadz istighfar ini dibaca 100x dalam sehari semalam.

Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, dari Abu Hurairah RA dia katakan, bahwa aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Demi Allah, sungguh aku beristighfar kepada Allah SWT dan bertobat kepada-Nya dalam sehari sebanyak lebih dari tujuh puluh kali.”

Sedangkan dalam Shahih Muslim disebutkan secara eksplisit bahwa Rasulullah SAW beristighfar 100 kali dalam sehari.

Dari al-Gharr al-Muzanny RA, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, “Sesungguhnya hatiku telah lalai, aku beristighfar dalam sehari sebanyak seratus kali.”

Forward pada Tausiyah BUKBER

Penjelasan di atas saya sampaikan ulang pada sessi tausiyah jelang adzan Maghrib acara BUKBER yatim – dhuafa di Pesantren KidsPreneur Al Madina yang saya asuh.

Ada puluhan jemaah dan santri hadir. Otomatis kisah tangisan pemuda “kurang ajar” sebelum bertaubat itupun mengalami editing verbal sedemikian rupa, sehingga tetap pantas didengar santri yang belum baligh.

Yang penting substansinya dapat: mengapa selalu ada bacaan istighfar dalam dzikir/ istighasah, seberapa efektif istighfar menetralisir dosa, hingga bisa membuat Tuhan kasihan dengan mengeluarkan kita dari jeratan masalah rumit dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka. Wallahu a’lam.

*H Syarif Thayib adalah Dosen UINSA, Anggota KP3 MUI Jatim

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry