“Yang jelas, di akhirat nanti, kita tidak akan bisa mengelak dan lari dari segala perbuatan kita yang sudah berada pada track record Digital Tuhan. Pada jejak digital itu terekam semua perilaku orang yang menggunakannya.”

Oleh Suhermanto Ja’far*

SETIAP tanggal 17 Ramadan, diperingati malam turunnya Alquran, istilah lain  malam nuzulul quran. Pada malam itu, ayat pertama turun melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw adalah perintah Iqra’ (membaca).

Perintah membaca ini, kemudian menjadi simbol umat Islam untuk menambah wawasan pengetahuan baik lahiriah (epistemologi) maupun batiniah (gnoseologi). Pengetahuan (al-ilmu) merupakan suatu kewajiban bagi seluruh umat Islam untuk memperolehnya. Pengetahuan inilah yang menjadikan manusia bahagia di dunia dan di akhirat kelak.

Sebagai hudan li al-nas, Alquran memuat apa pun secara global, karena Alquran bukan teori yang mengupas secara terperinci. Alquran memberikan petunjuk untuk kita pikirkan, diteliti dan direnungkan, termasuk problem saat ini yang telah memasuki suatu era yang dikenal dengan peradaban digital.

Peradaban digital merupakan suatu era, dimana manusia mempunyai ketergantungan pada internet dan media baru. Era digital dewasa ini terbukti telah menjadikan manusia dan teknologi harus hidup berdampingan dan senantiasa berkolaborasi.

Manusia dewasa ini sangat bergantung pada teknologi yang merupakan produk ciptaannya sendiri. Kominfo merilis bahwa pengguna Internet di Indonesia pada 2020 mencapai 175,5 juta jiwa. Hal ini mengalami kenaikan 25 juta atau 17% dibandingkan tahun sebelumnya, 2019.

Internet telah membentuk budaya baru kehidupan manusia, mulai dari model komunikasi, kegiatan ekonomi, transportasi, pendidikan, hingga keagamaan.

Era digital memang memberikan kemudahan bagi siapa saja. Tetapi era digital juga telah melahirkan berbagai konten informasi yang tidak benar dan begitu mudah memicu salah paham yang memicu kebencian antarkelompok.

Dalam bidang keagamaan, era digital turut melahirkan gagasan keagamaan tertentu yang membentuk sebuah pemikiran yang tertanam dalam pemahaman masyarakat. Pengalaman keagamaan yang bersifat personal, fatwa-fatwa yang tak berdasar, serta pengetahuan yang tidak jelas sanadnya diciptakan sedemikian rupa untuk menggiring opini masyarakat.

Salah satu problem di era ini dan harus menjadi perhatian bersama adalah track record digital atau rekam jejak digital. Track record digital di internet tidak bisa dihapus. Hampir setiap orang mempunyai akun media sosial, berhati-hatilah dalam mengunggah konten visual.

Unggahan dan postingan kita serta segala perilaku kita akan terekam di media digital. Track record digital merupakan segala rekam jejak data seseorang saat berselancar di internet. Terkadang, pengguna internet bisa meninggalkan jejak digital secara tidak sadar saat menggunakan internet.

Track record digital merupakan suatu bayangan digital atau jejak elektronik yang ditinggalkan seseorang saat berselancar di internet, jejak penggunaan digital ini mencakup kunjungan ke situs website, informasi yang Anda kirimkan secara online. Jejak digital dapat digunakan untuk melacak aktivitas dan perangkat online seseorang. Pengguna internet membuat jejak digital mereka baik secara aktif maupun pasif.

Peter singh menganggap bahwa dunia digital merupakan metafora kehadiran dan “cara membayangkan hal-hal dalam pengertian waktu dan ruang baru di mana angka menginformasikan situasi kita”.

Melalui jari kita (digitus) kita bisa berbuat apa saja, berkelana ke mana saja, berekspresi tentang apapun secara bebas. Semua tindakan dan perilaku jari kita akan menimbulkan track record digital. Sebagai metafora, maka jejak digital ini akan terekam selamanya, hanya saja jejak digital tidak bisa merekam apa yang ada dalam niat kita.

Ini berbeda dengan jejak digitalnya Tuhan yang bisa merekam jejak jejak dalam hati. Ini Metafora dari Firman allah, “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”. (QS Yasin: 65).

Semua tindakan kita akan punya track record digital yang tidak terhapuskan sebagai bukti bahwa kita telah berbuat sesuatu. Cepat atau lambat akan terkuak. Jejak digital masih bisa dibantah jika kita masih hidup (ricoer), Tapi jejak digital milik Allah tak akan terhapus, sebagaimana firmanNya di atas. Inilah dahsyatnya track record digital Tuhan.

Track record Digital Allah akan merekam semua Tindakan kita, tidak hanya jejak digital kehidupan kita yang kasat mata, niat terkecil pun yang tersembunyi juga terungkap secara mendetail. Kita harus bersyukur kepada ALLAH, karena track record digital kita masih dilindingiNYA. Bukan tidak mungkin suatu saat, akan dibongkar sama Allah.

Yang jelas, di akhirat nanti, kita tidak akan bisa mengelak dan lari dari segala perbuatan kita yang sudah berada pada track record Digital Tuhan. Pada jejak digital itu terekam semua perilaku orang yang menggunakannya.

Sedangkan track record Digital Tuhan memuat segala perbuatan-perbuatan kita (manusia) berupa catatan atau rekaman asli lalu Tuhan mem-foto copy darinya. Dengan demikian Allah memiliki track record digital (jejak rekam digital), dokumentasi dan salinan serta foto copi dari setiap perbuatan kita.

Ini lah makna firman Allah, “Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami senantiasa memiliki catatan (track record digital atau rekam jejak digital) dari apa yang telah kamu kerjakan“. (Surat-al-Jatsiyah-ayat-29).

Di samping itu, track record Digital Tuhan juga mempunyai makna bahwa perbuatan manusia sendiri bagaikan kitab (tertuis menjadi buku) dan para malaikat menjaganya dengan memiliki copy dan gambarnya.

Oleh karena itu, dalam ayat yang lain Alquran menggunakan istilah “kitabah” (penulisan), sebagaimana disebutkan dalam surat Yasin: Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang yang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab induk yang nyata (Lauh Mahfuzh). [Surat Yasin : 12]

Tidak ada perbuatan manusia sekecil apapun yang tidak terekam dalam track record digital Tuhan sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut. Maka, jangan terlalu kaget dengan adanya track record digital yang bisa “menelanjangi” aktivitas dunia maya kita. Sebab saat kita hidup dalam alam dunia ini, Allah juga merekam segala aktivitas kita sehari-hari, bahkan sampai pada lintasan hati dan gerak-geriknya sekaligus. Kelak akan Allah buka sebagai bukti paling nyata, tentang siapa kita.

Teknologi digital dengan segala problematikanya khususnya track record digital masih bisa kita hapus Ketika kita masih hidup, tetapi trck record digital Tuhan tidak akan bisa kita hapus. Kita bisa menghindar dan memanipulasi track record digital kita, tetapi kita tidak bisa lari dari track record digital Tuhan.

Teknologi digital dengan berbagai inovasi yang dilahirkannya sejatinya adalah sebatas alat untuk kehidupan saja, bukan tujuan. Teknologi digial merupakan salah satu alat mendekatkan diri kepada Allah dan sekaligus sebagai sarana untuk menjalankan misi sebagai khalifatullah fil ardl, yaitu untuk mewujudkan kedamaian dan rahmat bagi seluruh alam. (*)

*SUHERMANTO JA’FAR adalah Dosen Pascasarjana, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel, Surabaya.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry