SURABAYA | duta.co – Heboh!Media sosial sedang heboh dengan beredarnya narasi ribuan pemuda mengikuti acara HTI di Taman Mini Indonesia. Hal itu diungkap oleh akun X Kakak Pembina @gagal_hijrah.

Menurut penjelasan akun tersebut, ada sebanyak 1.200 orang yang hadir dalam kegiatan itu. Rata-rata, terdiri dari pemuda.  “1200-an pemuda Indonesia dicuci otak HTI, itu satu tempat, dan akan digelar dibanyak kota,” katanya, terbaca Rabu (21/2/2024).

Akun tersebut juga menjelaskan jika acara HTI itu digelar pada Sabtu kemarin. “Pada Sabtu (17/2/2024), di 09.00 WIB-12.00 WIB ini bertajuk “Metamorfoshow: It’s Time to be One Ummah,” ungkapnya.

Dijelaskan, kegiatan itu dilakukan saat perhatian masyarakat tengah terpusat pada penghitungan suara KPU, di Pemilu 2024.  “Saat kita melakukan pesta demokrasi, HTI juga berpesta. Mereka tidak mati, tidak juga tidak tidur, mereka tetap bergerak,” terangnya.

Dikatakan, ribuan orang anak muda di-brainwash (cuci otak) agar sepakat menegakkan Khilafah Tahririyah ala mereka. Dalam kegiatan yang berlangsung di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tersebut, sederet tokoh HTI yang memiliki kecenderungan ke HTI tampak hadir memberikan wejangan.

Mereka terdiri dari Ismail Yusanto, Jubir Eks HTI, Aab El Karami (Konten Kreator HTI), dan M Ihsan Akbar (Influencer Gen Z HTI).  Kemudian ada Akhmad Adiasta (Narrator, Producer Dokusinema Sejarah Islam “Jejak Khilafah di Nusantara”), dan Nicko Pandawa (Sutradara Dokusinema Sejarah Islam “Jejak Khilafah di Nusantara”).

Tampak juga Subhan Nur Sobach (Standup comedy), Doni Riwayanto (Musisi dan pegiat hijrah), dan Alif Ridho (Pendongeng Muslim, Founder Komunitas Cintai Gaza).

Akun tersebut juga menjelaskan, HTI di Indonesia memang telah dibubarkan. Namun, hal itu hanyalah berupa manusia yang dilepas bajunya.  “HTI dibubarkan oleh negara iya, namun ibarat manusia, HTI hanya dilepas bajunya. Namun badannya, otaknya, masih sangat sehat dan terus bergerak merongrong bangsa ini,” sambungnya.

Ditambahkan, pertemuan itu berisi propaganda bahwa negara ini bobrok, dunia ini bobrok, hanya Khilafah Islamiyah solusinya.  “Keluar dari acara tersebut, 1.200 pemuda Indonesia akan punya semangat yang berbahaya, bahwa Khilafah Islamiyah harus diperjuangkan dan ditegakkan dengan segala cara,” pungkasnya.

Ada yang mendukung. Misalnya, “…tapi slma ak ikut kajian mereka setahun..aman aja sih,mrk kasih dasar pemahaman Islam.yg sesuai syariat bnr bnr,” tulis @nanda***. “Kemaren kan waktu ada kampanye di JIS ada benderanya,” tulis @Ayel***.

“sasarannya biasanya anak² kuliah gk sih soalnya bnyak anak kuliah tiba² hijrah,” tulis @Dinda***.  “mereka ada di belakang misi “perubahan” yg di kobar kan 01.,” tulis @pra***.

Biasa Saja

Dr Moh Mukhrojin MSi, Ketua Umum  Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sukolilo, Surabaya, menanggapi dengan enteng. Menurut Ketua MUI termuda di Indonesia ini, maraknya kaderisasi HTI, itu adalah bagian dari munculnya bibit-bibit radikalisme.

“Bagi warga NU dan Muhammadiyah, gerakan mereka itu jauh, dan tidak akan mampu menembus barikade umat Islam Indonesia. Mereka ini kaku, tekstualis dalam bersikap serta memahami teks-teks suci (Alquran),” tegasnya kepada duta.co, Rabu (21/2/24).

Menurut Dr Mukhrojin, yang dikenal sebagai kader muda NU, kelompok radikalisme umumnya memahami teks dengan cara yang kaku dan tekstual, sehingga menghasilkan kesimpulan yang lompat.

“Contohnya seperti petunjuk kitab suci mengenai kaum kafir mereka jadikan sebagai dasar untuk mengkafirkan orang lain yang tidak seagama atau tidak sepaham. Itu keliru besar,” jelasnya.

Mereka, lanjutnya, juga ekstrem. Sikap mereka selalu berbeda dengan arus umum, yang mainstream, terutama pemerintah. Mereka juga fundamentalis, orang yang berpegang teguh pada dasar-dasar sesuatu secara kaku dan tekstualis.

“Kelompok mereka eksklusif, menganggap paham dan cara yang mereka anut paling benar. Sedangkan paham dan cara pandang orang lain selalu mereka anggap salah dan keliru. Selalu bersemangat mengoreksi orang lain. Cara benar sendiri, menganggap orang lain kafir, ini jelas berlawanan dengan Islam,” tambahnya.

Cara mencegahnya, lanjutnya, adalah dengan memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. “Pengenalan tentang ilmu pengetahuan sudah seharusnya kita tekankan kepada siapapun termasuk pada generasi muda. Pasalnya, pemikiran generasi muda masih mengembara karena rasa keingintahuannya,” tegasnya.

Di samping itu, pungkasnya, hukum harus tegak. Pemerintah harus tegas, jangan beri peluang adanya pemahaman radikal, apalagi sampai jadi alat politik, pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry