SURABAYA | duta.co – Langkah Komite Khitthah 1926 Nahdlatul Ulama (KK-26-NU) untuk mengembalikan ruh perjuangan NU, tak pernah surut. Kamis (21/11/2019), ratusan kiai NU bakal berkumpul, bersilaturrahim di PP Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur.

“Dari pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo diharapkan semangat meneguhkan, menjaga dan mengamalkan khittah 26 NU, semakin kuat. Di pesantren inilah keputusan penting para masyayikh ditetapkan,” demikian disampaikan H Agus Sholachul Aam Wahib, Bendahara KK 26 NU kepada duta.co, Rabu (20/11/2019) di Surabaya.

Menurut Gus A’am, demikian H Agus Sholachul Aam Wahib biasa dipanggil, sekarang ini kiai-kiai kultural merasa prihatin menyaksikan pengurus NU dalam mengelola jamiyah. Ada upaya membawa NU ke ranah politik, ini sangat berbahaya.

Ditanya apakah acara ini juga mengundang PBNU, cucu pendiri NU almaghfurlah KH Wahab Chasbullah ini menjawab ‘Ya’. Bahkan dirinya yang langsung menyampaikan kepada orang dekat Ketum PBNU, KH Said Aqil Suroj. Pengurus NU di semua tingkatan, juga diharapkan hadir. Karena penegakkan khitthah ini tidak ada artinya, kalau pengurus NU tidak sejalan. Ini yang terjadi sekarang.

“Seperti keinginan PBNU mengubah ashabul haq (penjaga kebenaran red.) menjadi ashabul qoror (pemangku kebijakan red.) adalah bentuk nyata penyimpangan terhadap khittah 26 NU. Ini tidak boleh dibiarkan. Apalagi sekarang musim Pilkada, jangan sampai NU menjadi kendaraan politik. Indikasi ke arah itu, sudah sangat jelas,” tegasnya.

Bahaya Liberal

Di samping itu, ujarnya, yang memprihatinkan dzurriyah muassis NU, kiai dan habaib adalah permainan politik uang. Kalau sudah mengedepankan uang, maka, bukan lagi kebenaran yang jadi tolok ukur, melainkan kemenangan.

“Ini harus disudahi. NU bukan partai politik. Politik NU itu, kebangsaan, keummatan. Kalau pengurus NU sudah menyibukkan diri pada politik uang, politik pragmatis, maka, NU akan menjadi alat politik. Dan ketika tidak dapat jatah, kecewa. Ini yang terjadi sekarang,” tambahnya.

Selain itu, lanjut Gus A’am, ada indikasi kuat pembelokan paham Aswaja di NU. Seperti tumbuh suburnya paham liberal, syi’ah dan muktazilah. “Ini jangan dianggap enteng. Ini problem serius. Karenanya, NU harus dibersihkan dari paham-paham liberal, termasuk paham wahabi yang radikal, karena itu bisa mengancam keutuhan berbangsa dan bernegara,” urainya.

Selain dzurriyah muassis NU, hadir dalam silaturrahim di pesantren yang diasuh Kiai Ahmad Azaim Ibrahimy ini, adalah para habib dan para kiai dari berbagai daerah, termasuk Jawa Barat dan Jawa Tengah. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry