BAWEAN | duta.co – Gempa berkekuatan hingga M 5,9 dan M 6,5 yang terjadi pada Jumat (22/3) kemarin menjadi salah satu dari empat peristiwa gempa terkuat di Pulau Jawa, dengan banyak gempa susulan yang menyebabkan kerusakan signifikan, utamanya di Pulau Bawean, yakni di Kecamatan Tambak dan Sangkapura.

Akibatnya, 33.745 jiwa dari dua kecamatan tersebut menjadi pengungsi. Di Kecamatan Tambak saja, 387 rumah rusak berat di kecamatan Tambak, sedangkan 906 rumah rusak sedang dan 1.354 rumah rusak ringan. 25 Masjid, 70 mushalla terdampak, 56 sekolah dan 12 kantor layanan publik terdampak gempa.

Koordinator Gusdurian Peduli, Gus Aak Abdullah Alkudus melaporkan puluhan ribu Warga Bawean masih belum berani tinggal di rumah, memilih mengungsi di tenda-tenda darurat yang terbuat dari terpal seadanya. Data sementara menyebutkan, “Puluan ribuan pengungsi itu terkonsentrasi di beberapa titik lokasi pengungsian di kecamatan Tambak dengan fasilitas pengungsian seadanya, ditambah lagi air sumur keruh dan berwarna kecoklatan,” tambah Gus A’ak.

Dari data yang dihimpun Gusdurian Peduli, para pengungsi di Kecamatan Tambak terdiri dari 6.203 Anak-anak, 8.563 Dewasa dan 2.508 pengungsi lansia. Sejumlah pihak pada Sabtu (23/4) malam menggelar rapat koordinasi penangan bencana gempa di Pulau Bawean bersama GUSDURian Peduli. Diantaranya PP LPBI NU, PP LAZISNU, PCNU Bawean, Anshor Bawean, Karina keuskupan Surabaya, GUSDURian Gresik, GUSDURian Tuban dan PSMB UPN Veteran Yogyakarta.

Hasilnya, disepakati gerakan bersama, yang diawali hari ahad ini, GUSDURian Peduli dan PCNU Bawean melakukan rekruitmen relawan lokal. “Senin ini sudah akan dilakukan pelatihan relawan untuk melakukan Kaji Cepat atau assesment terhadap kebutuhan penanganan bencana di lokasi gempa,” tuturnya sambil disiapkan sistem pendataan terpadu

Sejumlah lokasi pengungsian, juga belum memiliki fasilitas memadai. Misalnya di Desa Dagangan yang tidak miliki tenda dan toilet memadai, termasuk dapur umum. Karena itu, lanjut Gus A’ak Tim tanggap bencana di lokasi gempa saat ini memprioritaskan penanganam kebutuhan dasar untuk pengungsi. “Kebutuhan itu diantaranya, Dapur umum, Sembako, Tenda, Selimut ,Tikar/Matras, Obat-obatan, Air Minum, Lampu untuk tenda, Gas LPG dan Sarung,” katanya merinci.

Secara teknis sebagai pulau kecil, Bawean memiliki tingkat kesulitan tersendiri bagi tim tanggap bencama untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan. Jalur yang menantang membuat kendaraan pengangkut bantuan tak bisa bergerak cepat. “Karena itu, relawan lokal berperan besar membantu penyaluran bantuan, sehingga respon akan lebih cepat dan efektif,” lanjutnya.

Sementara itu, putri bungsu KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Inaya Wahid mengajak kepedulian semua pihak, melakukan penanganan serius terhadap gempa Pulau Bawean mengingat dampak yang begitu besar. “Sebagai bagian dari masyarakat, kita harus bahu-membahu sebab ini membutuhkan sumber daya yang tidak sedikit,” serunya.

GUSDURIan Peduli menyalurkan donasi bencana gempa Bawean, melalui rekening BCA 8610603999 an. Yayasan Jaringan Gusdurian Peduli. Narahubung bisa kontak di nomor ini 0822-5900-6523 atas nama Ridho. GUSDURian Peduli merupakan unit kerja dari Jaringan GUSDURian Indonesia, yang lahir untuk melanjutkan nilai-nilai perjuangan almarhum Gus Dur di ranah kemanusiaan. (*)