Syngenta dan Wilmar ubah lahan tidur menjadi produktif di Desa Kedungrawan, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo. DUTA/ist

SIDOARJO  | duta.co – Lahan seluas 17 hektar di Desa Kedungrawan, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo selama lebih dari 10 tahun tidak digarap.

Hal itu karena banjir serta tingginya serangan hama dan penyakit, termasuk tikus dan berbagai jenis gulma yang tumbuh. Akibatnya petani mengalami kerugian karena kehilangan produksi pertanian, pendapatan, dan kesempatan kerja.

Untuk membangkitkan lahan tidur tersebut petani membutuhkan investasi yang cukup besar. Investasi ini tidak hanya berupa finansial, tetapi juga teknologi dan pengetahuan terkait praktik pertanian yang baik.

Melihat tantangan tersebut, Wilmar membentuk Farmer Engagement Program (FEP) di mana Syngenta (perusahaan pertanian) turut bekerja sama untuk mengubah lahan tidur tersebut menjadi lahan produktif.

Wilmar berperan sebagai inisiator dan pemasok pupuk. Sementara Syngenta berkontribusi denga menyediakan protokol perlindungan untuk tanaman padi. Program FEP ini bertujuan mengembalikan produktivitas lahan sawah tersebut sehingga petani termotivasi dan terdorong untuk menanam kembali. Dengan begitu, maka pendapatan petani juga akan meningkatkan.

“Pertanian memiliki banyak tantangan seperti ketersediaan air, kesehatan tanah, hama dan penyakit. Dengan solusi inovatif dan berkualitas Syngenta, saya bangga dengan para petani di Sidoarjo yang mengubah lahan tidak produktif mereka sehingga menghasilkan panen yang melimpahdi musim ini. Kami siap bergandengan tangan dengan petani untukmenyelesaikan tantangan dan kami menyadari bahwa petani adalah pahlawan sejati bagi bangsa,” ujar Kazim Hasnain, Presiden Direktur Syngenta Indonesia.

Wilmar melalui FEP memberikan dukungan penuh untuk biaya produksi selama tiga musim tanam termasuk mekanisasi, pasokan input pertanian (benih dan pupuk), serta tenaga kerja untuk mengembalikan produktivitas lahan tersebut.

Kolaborasi antara Syngenta dan Wilmar ini telah berhasil mengubah lahan seluas 6 hektar menjadi lahan pertanian padi yang produktif. Sebelumnya petani hanya mampu menghasilkan 1,5 ton per hektar di musim tanam pertama. Namun, setelah didampingi oleh Syngenta dan Wilmar, hasil panen petani meningkat menjadi 6 ton per hektar di musim tanam kedua. Ini merupakan sebuah peningkatan hasil panen yang sangat signifikan dan luar biasa.

“Keberhasilan ini tentunya didukung oleh pendampingan teknis dari sisi budidaya melalui aplikasi pemupukan berimbang oleh tim pupuk Mahkota dan pengendalian hama penyakit oleh tim Syngenta,” jelas Saronto Soebagio, Presiden Direktur PT Wilmar Padi Indonesia.

“Melalui FEP, kami juga berupaya memberikan kontribusi bagi negara dengan cara meningkatkan produktivitas sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani sehingga ketahanan pangan nasional dapat tercapai,” pungkasnya.

Syngenta berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan melalui penyediaan akses ke input pertanian melalui kemitraan. Selain itu, Syngenta membuka akses petaniterhadap pengetahuan agronomi dengan membangun pusat belajar (learning center) di seluruh Indonesia. Saat ini, Syngenta memiliki 11 Learning Development Center untuk perlindungantanaman dan 12 Syngenta Learning Center untuk benih jagung. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry