Dr Mohammad Mukhrojin hadir dalam diskusi terbatas.

“Penting, penyuluh agama harus memahami akar konflik agama. Termasuk mengatasi faktor-faktor yang mendasarinya, seperti ketidakadilan sosial, ketidaktahuan, dan manipulasi politik, kita dapat bekerja untuk mencegah konflik agama di masa depan.”

Oleh Dr Moh Mukhrojin, MSi

TEROBOSAN baru Kementrian Agama yang akan melibatkan para Penyuluh Agama dalam mengatasi konflik agama, perlu diapresiasi. Ini sangat penting mengingat Penyuluh Agama adalah ujung tombak Kementerian Agama.

Mereka ini berhadapan langsung dengan masyarakat secara realitas. Apalagi, akar konflik agama itu lazimnya, kompleks dan multidimensi.  Ada banyak faktor yang saling terkait dan memperkuat satu sama lain. Beberapa faktor umum di identifikasi sebagai akar konflik agama diantaranya:

Pertama, ketidaksetaraan akses terhadap sumber daya: Kelompok minoritas agama mungkin mengalami diskriminasi dalam hal akses terhadap pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan layanan publik lainnya.

Hal ini, tentu, dapat memicu ketegangan dan kebencian, dan membuat kelompok minoritas merasa dirugikan dan terpinggirkan. Karena itu pemerintah telah menerbitkan undang undang tentang hal itu, tentang pendirian tempat ibadah misalnya harus mengacu pada peraturan Bersama Menteri ( PBM) dalam negeri dan menteri Agama No 8 dan 9 Tahun 2006 Tentang Forum Kerukunan Umat Beragama ( FKUB) dan pendirian Rumah Ibadah. Hal ini sangat penting untuk dipahami bersama sehingga konflik agama bisa diminimalisir.

Kedua, Perbedaan teologis: Kelompok agama yang berbeda mungkin memiliki interpretasi yang berbeda tentang teks-teks suci dan doktrin agama. Perbedaan ini dapat memicu perdebatan dan perselisihan, dan terkadang dapat mengarah pada kekerasan.

Karena itu perlu adanya tafsir agama yang sesuai realita, hadirnya ulama yang paham ilmu agama yang mendalam menjadi faktor penting dalam memahami agama.

Ketiga, ada fundamentalisme agama: Kelompok agama fundamentalis ini, sering kali memiliki pandangan yang kaku dan tidak toleran terhadap kelompok lain. Mereka mungkin mencoba untuk memaksakan keyakinan mereka pada orang lain, dan dapat menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan mereka. Pemahan moderasi beragama perlu ditingkatkan agar pandangan beragama tidak kaku dan intoleran.

Keempat, stereotip dan prasangka: Orang sering kali memiliki stereotip dan prasangka negatif tentang kelompok agama lain. Hal ini dapat memicu ketakutan dan kebencian, dan dapat mengarah pada diskriminasi dan kekerasan.

Kelima, kurangnya pendidikan agama: Kurangnya pemahaman tentang agama lain dapat memicu kesalahpahaman dan prasangka. Hal ini dapat membuat orang lebih mudah dimanipulasi oleh para pemimpin agama yang tidak bertanggung jawab.

Keenam, politik identitas: Politisi terkadang menggunakan agama untuk memecah belah masyarakat dan mendapatkan kekuasaan. Mereka mungkin memicu ketakutan dan kebencian terhadap kelompok minoritas agama, dan menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan politik mereka. Karena itu politik identitas yang tidak sesuai dengan kaidah demokrasi hendaknya di jauhi.

Ketujuh, propaganda agama:  Kelompok ekstremis terkadang menggunakan propaganda agama untuk merekrut anggota dan membenarkan kekerasan. Mereka mungkin menyebarkan informasi yang salah dan ujaran kebencian, dan memanipulasi orang untuk melakukan tindakan kekerasan.

Penting untuk dicatat bahwa tidak ada satu pun faktor yang secara langsung menyebabkan konflik agama. Biasanya, kombinasi beberapa faktor yang saling terkaitlah yang memicu konflik.

Sebagai penyuluh agama penting memahami akar konflik agama agar dapat  mengembangkan solusi yang efektif. Dengan mengatasi faktor-faktor yang mendasarinya, seperti ketidak adilan sosial, ketidaktahuan, dan manipulasi politik, kita dapat bekerja untuk mencegah konflik agama di masa depan. Selain itu juga mental mendamaikan harus dimiliki oleh Penyuluh Agama, bukanya mental mengompori yang dapat memantik emosi masyarakat.(*)

*Dr Moh Mukhrojin, MSi adalah Pengurus Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI) Kota Surabaya, Ketua Umum MUI Sukolilo.

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry