Ilustrasi gambar kemenag.go.id

“Beragama dengan moderat, itu juga akan membuat kita jadi toleran dalam menyikapi perbedaan, adil kepada sesama, terbuka, menjunjung tinggi nilai kemanusian, dan terciptanya kerukunan hidup dalam keanekaragaman.”

Oleh : Yudik Ainur Rahman*

BELAKANGAN ini wacana moderasi beragama dan Indonesia emas marak diperbincangkan banyak kalangan, terutama para cendikia dan kelompok-kelompok progresif. Baik di dunia nyata lebih-lebih di ruang media sosial lintas platform seperti di facebook, twitter, grup-grup whatsapp, dll.

Bahkan penulis melihat ini memang menjadi program pemerintah agar dua wacana itu terus menggelinding dibuat sebooming dan semassif mungkin, agar masing-masing kita mengerti, memahami dan mempersiapkannya.

Dua kata kunci itu sengaja dipilih jadi judul untuk dikaji dan dibedah lebih jauh, apa itu moderasi beragama dan seberapa besarkah peran moderasi beragama dalam mewujudkan cita-cita Indonesia emas di masa yang akan datang?

Moderasi Beragama

Moderasi berasal dari Bahasa Latin yaitu Moderatio, yang berarti kesedangan (tidak kelebihan dan tidak kekurangan) atau penguasaan diri dari sikap sangat kelebihan dan kekurangan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) moderasi mempunyai dua arti yaitu pengurangan kekerasan dan penghindaran keekstriman jadi moderasi dapat diartikan sebagai Jalan Tengah.

Dalam literatur Arab moderat berarti tawassuth. Berasal dari kata wasath artinya adil, baik, tengah-tengah, dan seimbang. Atau arti lai, seorang Muslim yang bersikap tawassuth akan menempatkan dirinya di tengah-tengah dalam suatu perkara, tidak ektrem kanan atau pun kiri.

Jadi moderasi beragama berarti cara beragama jalan tengah sesuai pengertian moderasi tadi. Dengan moderasi beragama, seseorang tidak ekstrem dan tidak berlebih-lebihan saat menjalani ajaran agamanya. Orang yang mempraktekkannya disebut moderat.

Tawassuth atau moderat termasuk ke dalam sikap yang dianjurkan Agama. Allah SWT berfirman dalam Surat Al- Baqarah ayat 143 yang berbunyi:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً

Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan supaya Allah SWT menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian.

Mengutip buku Moderasi Islam Nusantara oleh H Mohamad Hasan, MAg, ada lima alasan mengapa sikap tawassuth dianjurkan ada pada diri seorang Muslim, yaitu: Pertama, sikap tawassuth dianggap sebagai jalan tengah dalam memecahkan masalah, maka seorang Muslim senantiasa memandang tawassuth sebagai sikap yang paling adil dalam memahami agama.

Kedua, hakikat ajaran Islam adalah kasih sayang, maka seorang Muslim yang bersikap tawassuth senantiasa mendahulukan perdamaian dan menghindari pertikaian. Ketiga, pemeluk agama lain juga makhluk ciptaan Allah yang harus dihargai dan dihormati, maka seorang Muslim yang bersikap tawassuth senantiasa memandang dan memperlakukan mereka secara adil dan setara.

Keempat, ajaran Islam mendorong agar demokrasi dijadikan alternatif dalam mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan, maka Muslim yang bersikap tawassuth senantiasa mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan dan demokrasi. Dan, kelima, Islam melarang tindakan diskriminasi terhadap individu atau kelompok. Maka sudah sepatutnya seorang Muslim yang bersikap tawassuth senantiasa menjunjung tinggi kesetaraan.

Dari kelima alasan tersebut, seorang Muslim seharusnya sudah memahami arti pentingnya sikap tawassuth dalam kehidupannya.

Tawassuth cocok diterapkan dalam kehidupan sosial antar sesama manusia. Terlebih di masa sekarang yang penuh dengan problematika intoleransi dan diskriminasi antarumat beragama.

Bermoderasi adalah Keniscayaan

Berpijak pada kenyataan bahwa keanekaragaman atau pluralisme adalah fitrah Tuhan yang tidak bisa dihindarkan, maka bermoderasi adalah satu-satunya pilihan yang harus dijalankan. Kata Abdul Mu’ti dalam artikelnya, ada 4 faktor penting yang menjadi alasan mengapa kita harus moderat dalam beragama. Keempat faktor tersebut adalah Teologis, Politis, Sosiologis, dan Psikologis.

Teologis merupakan faktor yang berkaitan dengan agama, kepercayaan. Seseorang yang yang menganut agama islam harus moderat, karna islam sendiri adalah agama yang adil, washat (pertengahan), dan moderat.

Selanjutnya adalah faktor politis, beliau menyampaikan bahwa “Kebangsaan Indonesia memiliki suku, budaya, dan kepercayaan yang beragam. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk atau plural yang memiliki banyak ragam perbedaan, sehingga untuk mendapatkan suatu kebahagiaan, masyarakat Indonesia harus moderat dalam menyikapi berbagai macam perbedaan tersebut”.

Kemudian, pada bagian faktor sosiologis beliau menyampaikan “Kita sebagai manusia tidak hidup seorang diri, jadi harus moderat”.

Faktor yang terakhir atau Psikologis, “Manusia secara biologis adalah makhluk yang membutuhkan makhluk lain. Dalam memainkan peran sebagai makhluk sosial, manusia pasti membutuhkan manusia lain dalam hidupnya. Untuk itu, agar kebutuhan tersebut terpenuhi, kita harus bersikap adil, moderat, dan tidak mementingkan kepentingan pribadi.”

Fakta 4 faktor sebagaimana dipetakan di atas tidak bisa dihindarkan, itulah sebabnya kenapa menjadi moderat untuk semua pemeluk agama adalah keharusan. Masing-masing kita mesti moderat demi stabilitas dan atau demi terciptanya ketertiban semesta.

Moderasi Jalan Menuju Indoesia Emas

Sebagaimana kita mafhum Indonesia Emas 2045 gencar diwacanakan di seantero nusantara ini, gagasan itu muncul dalam rangka mempersiapkan para generasi muda Indonesia yang berkualitas, berkompeten, dan berdaya saing tinggi. Diseminasi gagasan itu dilakukan untuk menginspirasi generasi muda agar lebih bersemangat dalam belajar dan berkarya di segala bidang.

Selain berbagai macam indikator yang mesti dipenuhi, ada beberapa karakteristik dasar yang mesti dimiliki juga oleh generasi hari ini untuk Indonesia emas yang akan datang, diantaranya seperti kompetensi sikap (attitude) baik spiritual maupun sosial yang mewujud dalam sikap jujur, disiplin, bersih, empati, dan lain-lain.

Lebih jauh dari itu semua, penting juga memiliki pemahaman dan aktualisasi sikap moderasi beragama atau beragama yang moderat. Mengutip pernyataannya KH Makruf Amin, di laman kemenpanrb, bahwa moderasi beragama memegang peran kunci dalam suksesnya mewujudkan Indonesia Emas masa depan.

Lebih lanjut menurut Wapres, moderasi beragama adalah perisai untuk menolak pendekatan sekuler yang memisahkan agama dari urusan negara, serta konsep negara yang diatur oleh satu agama tertentu.

Moderasi beragama juga akan menciptakan harmonisasi tanpa mendiskriminasi atau mengabaikan salah satu agama atau keyakinan yang ada. Harapannya agar implementasi moderasi beragama terus dijalankan, baik lintas generasi maupun lintas zaman. Tugas kita adalah memastikan fondasi persatuan di atas keberagaman ini terus dirawat dan dikelola, sehingga keutuhan bangsa ke depan tetap terus terjaga.

Tanpa harmonisasi antar berbagai elemen yang ada, terlebih antar ummat beragama, bagaimana mungkin kita semua bisa bangun, bangkit dan maju bersama-sama. Jadi jalan indah menuju Indonesia emas, sebelum pengembangan aneka bidang yang lain adalah penguatan cara keberagamaan kita yaitu dengan beragama yang moderat.

Kesimpulan

Dari berbagai uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa, moderasi beragama itu adalah beragama yang moderat, atau menjalankan ajaran agama dengan memilih jalan tengah, tidak ekstrem kanan dan kiri. Tidak fundamental dan sekuler.

Selain sesuai anjuran Firman Allah SWT, pilihan beragama moderat itu juga akan membuat kita jadi toleran menyikapi perbedaan, adil kepada sesama, terbuka menjunjung tinggi nilai kemanusian, dan terciptanya kerukunan hidup dalam keanekaragaman.

Dan terahir untuk membangun hidup yang harmonis, pilihan bermoderasi adalah keniscayaan. Dengan komitmen ini dari semuanya maka Indonesa Emas 2045 bisa kita sambut bersama-sama dengan senang hati dan damai bahagia. (Sumenep, 28 April 2024).

*Yudik Ainur Rahman adalah Pegiat Medsos dan Alumni Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry