Difran Nobel Bistara, S.Kep.Ns., M.Kep – Dosen Keperawatan, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK)

PENDERITA Diabetes Mellitus (DM) yang tidak dapat mengontrol kadar glukosa darahnya berpotensi mengalami komplikasi. Peningkatan komplikasi seperti hiperglikemia dan kematian pada pasien DM tipe 2 terjadi apabila pasien tidak melakukan perilaku penatalaksanaan DM (self-management) sesuai anjuran yang diberikan oleh petugas kesehatan.

Karena itu, perlu adanya keteraturan perilaku sehat dari seluruh aspek manajemen diri DM. Namun kenyataan yang sering terjadi di lapangan adalah kurangnya pengetahuan penderita DM tentang perilaku pengelolaan DM (self-management). Kurangnya pemantauan kadar glukosa darah seringkali diabaikan oleh setiap penderita diabetes melitus, sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen mandiri dan pemantauan kadar glukosa darah pada pasien DM masih kurang.

Kemampuan individu dalam mengatur kehidupan sehari-hari, mengendalikan dan mengurangi dampak penyakit yang dideritanya dikenal dengan istilah self-management. Perilaku manajemen diri yang sehat pada pasien DM antara lain dengan mengikuti pola makan yang sehat, meningkatkan aktivitas fisik, menggunakan obat DM dan obat-obatan dalam keadaan khusus dengan aman dan teratur, serta memantau kadar glukosa darah.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Penderita Diabetes Melitus berisiko tinggi mengalami komplikasi berupa hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis, dan neuropati yang meningkatkan risiko luka gangren yang berujung pada amputasi, retinopati yang berpotensi menyebabkan kebutaan, nefropati yang dapat berujung pada kerusakan ginjal.

Pemantauan kadar glukosa darah merupakan salah satu perilaku manajemen diri penderita diabetes melitus. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan self-monitoring blood Glucose (SMBG). Pemantauan Glukosa darah mandiri bertujuan untuk mengumpulkan informasi terperinci tentang kadar glukosa darah pada berbagai titik waktu untuk mempertahankan kadar glukosa yang lebih konstan dengan rejimen yang lebih tepat.

Glukosa darah yang dipantau sendiri bekerja dengan meminta pasien melakukan beberapa tes glukosa dengan glukometer. Edukasi merupakan awal pengelolaan diabetes melitus untuk mengubah perilaku dan gaya hidup pasien. Pentingnya edukasi pada pasien diabetes melitus tipe 2 sebagai langkah pengendalian diabetes melitus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pasien sehingga pasien dapat mengelola diabetes melitus secara mandiri dan berkelanjutan atau yang dikenal dengan Diabetes Self-Management Education (DSME).

SMBG memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih tepat dan membantu mereka mengantisipasi dan mencegah peningkatan glukosa darah dan penurunan glukosa darah. Data SMBG yang berkelanjutan memungkinkan mereka memahami lebih baik bagaimana pola makan dan aktivitas fisik memengaruhi kadar glukosa darah mereka.

Sebelum melanjutkan ke pengobatan berikutnya, rejimen standar SMBG yang digunakan mungkin bisa menjadi pilihan untuk mengobati kelompok sasaran, khususnya pasien DM tipe 2 yang tidak terkontrol dengan baik dan tidak memiliki diagnosis saat ini. Keberhasilan penanganan diabetes melitus tipe 2 perlu ditingkatkan dengan berusaha menerima, beradaptasi terhadap perubahan, dan membangun komitmen dalam menghadapi permasalahan. Kesehatan yang optimal mendukung penderita diabetes melitus.

Diabetes Self-Management Education (DSME) merupakan bentuk edukasi yang efektif diberikan kepada pasien DM karena pemberian DSME dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien dalam perawatan diri. DSME bertujuan untuk mendukung pengambilan keputusan, perawatan diri, pemecahan masalah, dan kolaborasi aktif dengan tim layanan kesehatan untuk meningkatkan hasil klinis, status kesehatan, dan kualitas hidup. Pemberian informasi kepada pasien merupakan stimulus yang dapat menambah pengetahuan, meningkatkan kesadaran untuk berperilaku sesuai yang diharapkan.

Proses penyelenggaraan program Diabetes Self-Management Education (DSME) terbukti memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2. Di mana pada saat memberikan edukasi, seseorang diberikan pengetahuan tentang penyakitnya, diajarkan cara mencegah keparahan penyakitnya, kemudian diajak merencanakan penatalaksanaan penyakitnya untuk mendorong kesediaan responden melakukan tindakan perawatan diri dan pencegahan yang tepat.

Edukasi pasien dalam penanganan diabetes melitus merupakan salah satu pilar penting untuk optimalisasi terapi medis. Jika edukasi efektif maka akan dilakukan manajemen mandiri dan peningkatan kepatuhan terhadap anjuran petugas kesehatan. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry