Ketua AIPKI, Prof Budi Santoso, SpOG(K) (tengah) bersama Dekan FK Unusa, Dr dr Handayani (kanan) memberikan keterangan pada media di sela Forum Dekan AIPKI di Surabaya, Sabtu (17/2/2024). DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Menjadi seorang dokter tidaklah mudah. Kuliah empat tahun untuk bisa lulus S1 pendidikan dokter. Lulus Strata Satu tidak langsung bertitel dr (dokter) dan bisa praktik. Mereka harus menempuh pendidikan profesi dokter selama dua tahun. Terus apakah bisa langsung jadi dokter dan praktik?

Ternyata masih harus bersabar. Mereka harus menempuh ujian lagi yakni Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD). UKMPPD ini bisa ditempuh setelah dinyatakan lulus profesi dokter dari fakultas. Ada dua sistem ujian yakni ujian teori berbasis CBT dan ujian praktik.

Bagi mahasiswa mengikuti UKMPPD ini diliputi rasa dah dig dug. Ada yang pertama kali ikut langsung lulus atau first taker, tapi ada yang berkali-kali mengikuti tidak kunjung lulus. Bahkan ada yang sampai 38 kali. Sekadar diketahui, UKMPPD ini digelar setahun empat kali. Jika sudah 38 kali tidak lulus, berapa tahun dia harus menunggu agar bisa mewujudkan cita-citanya sebagai

Forum Dekan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) pun membahas tentang itu saat pertemuan di Surabaya selama dua hari, Jumat (16/2/2024) dan Sabtu (17/2/2024). Para pimpinan 93 fakultas kedokteran dari seluruh Indonesia itu merasa UKMPPD harus lebih diperlonggar agar memberikan kesempatan bagi lulusan profesi bisa menjalankan profesinya.

Ketua AIPKI, Prof Budi Santoso, SpOG(K) mengaku, dari kesepakatan para dekan ini, maka bagi para retaker (sebutan bagi lulusan profesi dokter yang belum lulus UKMPPD lebih dari sekali) yang sudah sepuluh kali  belum lulus, maka akan diberi keringanan dengan menempuh ujian panel. “Kita tidak ingin menggantungkan nasib seseorang. Mereka perlu kepastian. Sudah lulus tapi tidak bisa kerja,” ujarnya.

Dari ujicoba yang sudah dilakukan AIPKI, dari 13 peserta yang mengikuti UKMPPD dengan format tambahan ujian panel, hanya satu yang tidak lulus. Dari 13 peserta itu, semua adalah retaker, hanya satu yang first taker. “Jadi sangat efektif bagi para retaker. Jadi ada kepastian, walau sebenarnya mereka ada yang sudah lebih sukses menjadi pengusaha,” tuturnya.

Memperketat Seleksi Masuk

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) adalah salah satu perguruan tinggi yang memiliki fakultas kedokteran. Selama sembilan tahun  berdiri, sudah meluluskan banyak dokter. Bahkan, 98 persen dari mahasiswa bisa lulus UKMPPD hingga 98 persen. “Alhamdulillah hanya sedikit yang masih harus mengulang. Itupun tidak sampai berkali-kali,” ujar Dekan FK Unusa, Dr dr Handayani, MKes.

Untuk bisa mencapai itu, kata dr Handayani, Unusa melakukan banyak upaya. Upaya itu terutama dari seleksi di awal. “Seleksi saat penerimaan mahasiswa baru kita perketat. Kita belajar dari pengalaman-pengalaman,” ungkapnya.

Salah satu yang dilakukan adalah seleksi dengan berbagai tahap. Bahkan, walau sudah lolos tahapan seleksi yang banyak, Unusa tetap terus berkomitmen menjaga kualitas dengan menuliskan perjanjian antara mahasiswa dan orang tua. “Kita harus lihat selama empat semester di depan. Jika hingga semester keempat itu tidak bisa mengikuti dan berada di bawah standar, maka kita tetap harus diskualifikasi. Kita sudah perjanjian di depan. Lolos hingga semester empat, kita lihat juga di semester delapan. Dari pada nantinya berlarut-larut,” jelas dr Handayani.

Dikatakan dr Handayani, memang sulit untuk bisa menerapkan ini. Karena menempuh pendidikan dokter itu bukan sekadar butuh kecerdasan tapi membutuhkan dana yang tidak sedikit. “Sempat diprotes, tapi ini harus kita terapkan,” tandasnya.

Hingga saat ini, rasio penerimaan mahasiswa baru FK Unusa sudah tinggi. Dulu, di awal rasio penerimaan 1 banding 3, sekarang sudah 1 banding 10. Artinya dari 10 peserta yang mendaftar hanya satu mahasiswa yang diterima. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry