Dari kiri: H LaNyalla, Kondang N Ayu, Ning Lia dan Agus R. empat suara terbanyak DPD Jawa Timur.

SURABAYA | duta.co – Ini warning serius bagi kualitas demokrasi di Indonesia. Adalah proses pemilihan calon anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah) RI dari Provinsi Jawa Timur yang menyisakan kisah panjang.

Sampai Selasa (20/2/24), pukul 03:01:04, sudah 91992 TPS yang terbaca dari 120666 TPS yang ada. Artinya sudah masuk 76.24%. Jatah Jawa Timur sendiri, 4 orang yang berhak mewakili ke Senayan.

Melihat angka perolehan teranyar, peringkat (ranking) pertama didukuki H LaNyalla M Mattalitti dengan perolehan suara 1.935.758 atau 14,97%. Kedua, Kondang Kusumaning Ayu dengan suara 1.761.244 (13,62%). Ketiga, Dr Lia Istifhama (Ning Lia) dengan perolehan suara  1.717.675 (13,28%) dan keempat Ir H Agus Rahardjo dengan suara 1.506.194 (11,65%).

Dengan demikian, hanya H LaNyalla (petahana), yang masih bertahan dan berhasil menduduki peringkat tertinggi dari Jawa Timur. “Saya masih heran, mengapa nama Ahmad Mawardi (petahana) masih berada di urutan keenam dengan angka 1.222.302 atau 9,45%, dibawah Adilla Azis (juga petahana) yang berada diangka 1.313.351 atau 10.15%,” tegas sumber duta.co.

Ironisnya, sampai hari ini, proses pemilihan DPD RI Jatim, masih menjadi rasan-rasan publik. Bukan hanya terlibasnya petahana, tetapi hadirnya 2 wanita cantik yang akan menduduki kursi DPD RI di Senayan ramai menjadi perbincangan. Adalah Dr Lia Istifhama dan Kondang Kusumaning Ayu.

Dr Mohammad Mukhrojin dalam sebuah acara.

“Ini di luar dugaan. Kalau ketokohan Ning Lia, semua mafhum. Sebagai aktivis nahdliyin dia kenyang turun bawah. Selain keponakan Ibu Hj Khofifah (Gubernur Jatim), ia dikenal sebagai dosen, Sekretaris MUI, Perempuan HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia). Maka, ketika survey menempatkan di peringkat kedua, atau bahkan Pak Nyalla ikut memilihnya, itu masuk akal,” demikian disampaikan Dr H Mukhrojin, kepada duta.co, Selasa (20/2/24).

Tetapi, munculnya nama Kondang Kusumaning Ayu di peringkat kedua, setelah H LaNyalla ini, benar-benar impossible. “Akhirnya, sekarang publik ingin tahu rekam jejak serta aktivitas sosialnya. Dan tidak mudah. Sekarang banyak pemilih mengeluh, ada yang menyesal karena ‘terbujuk’ fotonya yang cantik,” tambahnya.

Menurut Ketua MUI Sukolilo, Surabaya ini, dalam memilih wakil atau juga presiden dan wakil presiden, itu sudah diatur (tata caranya) dalam agama. Tentu, kemaslahatan umat menjadi yang utama. Jangan sampai karena paras cantiknya. “Karena itu, harus ada edukasi kepada masyarakat umum, tentang, tata cara mencari wakil di alam demokrasi seperti ini,” tegasnya.

Seperti kita baca di medsos, sosok Kondang Kusumaning Ayu  hingga kini masih menjadi pembicaraan netizen. Hampir seluruh media, termasuk elektronik ikut meramaikan. Komentar warganet yang tadinya mencoblos berubah menjadi minor. Yang semula memuja kecantikannya, berbalik menyebut tidak seperti aslinya, bahkan ada yang menyesalinya.

Seperti ditulis akun atas nama @cantikmuu dikolom komentar akun TikTok @kondangkusumaningayu, mengomentari “Filternya bukan maen”.  Sementara akun atas nama @linnn menulis : “Aslinya emak2 d foto kek muda bgt (dengan ikon kecewa)”. Lalu ditimpali dengan komentar @atifatur_18 “dan kita tertipu foto yg begitu glowing (ikon tertawa)”.

Kondang Kusumaning Ayu dan fotonya (kiri) yang menjadi bahan pembicaraan publik. (ft/medsos)

Akun atas nama @rr.yntriaa menegaskan komentarnya “pake remini jd kelihatan fresh (ikon menangis)” tulisnya. Komentar tidak percaya juga ditulis akun TikTok @pin-pin “koyo dulurku magang e saiki sing disetorno foto 10 tahun lalu (akun menangis),” tulisnya. Akun @di4na menulis “kek beda orang jir sama yg di foto (akun menangis)” tulisnya. Dan, masih banyak lagi komentar warganet.

Sampai berita ini terunggah, duta.co belum berhasil menemui Kondang Kusumaning Ayu. Sementara, Ning Lia sendiri menjawab dengan santai. Putri almaghfurlah KH Masykur Hasyim itu hanya mengingatkan kepada khalayak tentang pentingnya mengedepankan gagasan dalam memilih perwakilan.

“Ini tugas bersama, bagaimana menjadikan kualitas demokrasi semakin baik. Nasib rakyat semakin baik. Pemilu itu menentukan masa depan bangsa. Karena itu, dalam memilih wakil, baik di DPR, DPD, Gubernur dan Presiden RI harus mengenal rekam jejak perjuangannya. Ini soal nasib bangsa. Jangan asal cantik, lalu menyesal di kemudian hari,” tegasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry