RAMAH ANAK : Penampilan sejumlah anak – anak bermain kuda lumping berbahan batang dan daun pisang (duta/Muhammad Isnan)

KEDIRI | duta.co – Kehadiran Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar, SE dalam rangka Launching Kampung Ramah Anak di Kelurahan Mojoroto Kota Kediri, Minggu (11/2) disambut meriah warganya.
Pun saat penampilan seni jaranan menggunakan bahan batang dan daun pisang, menjadikan salah satu warga seorang kakek menangis, teringat mainan semasa kecilnya dulu.
Kepala Kelurahan Mojoroto Ahmad Koharuddin, S.STP, MAEI mengatakan, kehadiran kampung ramah anak ini adalah untuk melestarikan budaya tradisional. Selain itu kampung ini layaknya sebuah wahana bermain sambil belajar.
“Ini semua karena dukungan dan antusias warga di Kelurahan Mojoroto. Dengan ini diharapkan nantinya anak-anak tumbuh dan berkembang terhindar dari hal yang tidak kita inginkan. Pada RT 28  RW 09, kami sediakan tempat yang nyaman untuk belajar anak-anak. karena visi kami adalah menciptakan lingkungan ramah anak, peduli, dan mendidik. Kami mengajak untuk adek-adek untuk melestarikan mainan tradisional, seperti jaranan, egrang, lipaterta,” terangnya.
Ketua Satgas Perlindungan Perempuan Anak (PPA) Kelurahan Mojoroto Taufiq Hidayat sangat berharap, bersama – sama menjaga dan melindungi anak – anak kita, sesuai dengan umur dan kondisi masing – masing.
“Harapan kami adalah untuk mengurangi penggunaan handphone, smartphone, wa, bbm, game online dan lain sebagainya oleh anak-anak. Karena dengan berkembangnya teknologi ini bisa potensi menggerus budaya yang ada,” kata Taufiq
Selanjutnya, dalam kata sambutannya, Wali Kota akrab disapa Mas Abu berharap ada wujud kasih sayang terhadap anak kemudian menyediakan ruang untuk bermain.
“Biarkan mereka tumbuh kembang dan sesuai dengan umurnya masing-masing. Semua anak di Kota Kediri itu juga anak ibu – ibu semua. Tapi jika mereka tolong diingatkan dengan baik, ditegur dengan santun,” jelas Mas Abu.
Harapan Mas Abu kepada orang tua, agar memikirkan nasib anaknya kelak, harus mampu mengontrol sopan santun dan etika kepada mereka. Kemudian diminta anak – anak tidak bermain game online. Menurutnya, berdampak sangat buruk. Mas Abu sempat mencontohkan pengalaman di Negari Jepang.
“Pada negara tersebut, tak ada anak yang boleh pegang handpohone, apa lagi sampai main game. Baru ketika mereka sampai bangku kuliah boleh bawa hp, itu saja untuk menopang belajar mereka,” pungkas Mas Abu.
Acara diakhiri dengan penampilan beberapa seni tari, puisi. Semua diperagakan oleh anak-anak didikan Kelurahan Mojoroto, memang patut disebut kampung ramah anak. (ian/nng)