SURABAYA | duta.co – Memasuki hari ke-6 pemberlakuan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di Surabaya Raya, jumlah kasus covid-19 di Kota Surabaya, sebagian Sidoarjo dan Gresik ternyata masih tinggi. Akibatnya, kapasitas rumah sakit rujukan covid-19 yang ada di Kota Surabaya mengalami overload.

Bahkan Gubernur Jatim melalui ketua gugus kuratif Satgas Covid-19 Jatim terpaksa meminta ijin ke Kementerian Kesehatan untuk menggunakan gedung Puslitbang Humaniora di Jalan Indrapura digunakan menjadi tempat isolasi (karantina) pasien covid-19 dengan gejala berskala sedang dan ringan.

“Kondisi RS Rujukan secara teoritis sudah overload sehingga Pemprov berupaya menambah kapasitas RS Unair 200 bed dalam 1-2 hari ini. Tapi itu pun masih kurang. Makanya tadi saya disuruh Bu Gubernur menghubungi pemerintah pusat dan Menkes mengijinkan gedung Puslitbang Humaniora digunakan untuk ruang isolasi dengan kapasitas 100-200 bed bahkan bisa lebih untuk merawat pasien kelas ringan dan sedang,” kata dr Joni Wahyuhadi, Minggu (3/5/2020).

Bertambah 77 Kasus

Menurut Dirut RSUD dr Soetomo Surabaya, kapasitas RS Rujukan di Surabaya mengalami overload karena jumlah pasien yang terkonfirmasi positif covid-19 di Surabaya cenderung terus meningkat.

“Hari ini yang terkonfirmasi positif covid-19 di Jatim bertambah 77 kasus. Rinciannya, 2 dari Kab Probolinggo, 1 dari Kab Tulungagung, 3 Kab Lamongan, 2 dari Kab Magetan, 2 dari Kab Gresik, 8 dari Kab Sidoarjo dan 59 dari Kota Surabaya,” jelas dr Joni.

Secara kumulatif, jumlah kasus positif covid-19 di Jatim sebanyak 1.114 kasus. Dari jumlah tersebut sebanyak 820 orang (73,61%) masih dirawat, 177 orang (15,89%) sudah sembuh dan 117 orang (10,50%) yang meninggal dunia.

“Hari ini yang terkonversi negatif atau sembuh bertambah 6 orang, yakni 3 dari Gresik, 2 dari Pamekasan dan 1 dari Lamongan. Namun kita juga berduka karena pasien yang meninggal dunia bertambah 5 orang yaitu 1 asal Sidoarjo dan 4 asal Surabaya,” bebernya.

Sementara untuk kasus PDP (Pasien Dalam Pengawasan), lanjut dr Joni bertambah sebanyak 69 kasus, sehingga akumulasinya menjadi 3.319 kasus. “Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.593 orang masih diawasi, 1.414 orang sudah tidak diawasi dan sebanyak 312 orang yang meninggal dunia,” katanya.

Kemudian untuk kasus ODP (Orang Dalam Pemantauan) bertambah sebanyak 143 kasus, sehingga totalnya menjadi 19.910 kasus. “Dari jumlah tersebut, sebanyak 5.368 orang masih dipantau, 14.477 orang sudah tidak dipantau dan sebanyak 65 orang yang meninggal dunia,” ungkap dr Joni.

Ia mengakui selama berlangsungnya PSBB, yang terkofirmasi positif covid-19 naik bisa juga karena yang PDP naik karena sudah terkonfirmasi positif covid-19 atau bisa juga karena yang terkonfirmasi positif itu dari OTG (rang Tanpa Gejala) yang melakukan test mandiri sebab potensi OTG cukup besar yakni kisaran 21 persen.

Sementara terkait adanya wacananya PSBB ditingkatkan berskala provinsi, dr Joni menyatakan hal tentunya harus melalui tiga kajian terlebih dahulu. Pertama, melalui kajian epidemiologis dimana tren jumlah kasus minimal lebih besar dari 1/100 ribu penduduk dan penambahan kasus menjadi 2 kali lipat dalam waktu 3 periode berturut-turut.

Kedua, kajian tren jumlah kematian, Case Fatality Rate (CFR) diatas 5 % dan terjadi penambahan kematian dalam waktu 3 periode berturut-turut. “Kematian pada pasien konfirmassi positif hari ini Case Fatality Rate nya di Jatim mencapai hampir 11 persen, memang sudah layak. Tapi tentunya harus mempertimbangkan aspek yang lain dan dampak yang bisa ditimbulkan,” ungkapnya.

Ketiga, berdasarkan kajian penyebaran, dimana minimal telah terjadi transmisi level 2 atau lebih, maupun transmisi lintas wilayah (desa/kelurahan, kecamatan, kab/kota) dengan kecepatan minimal 2 wilayah baru per minggu. “Di Jatim ini berdasarkan data cluster sebaran sudah ada 43 atau 33 kluster,” jelas dr Joni Wahyuhadi.

Perkembangan Kluster Sampoerna

Ia berharap PSBB di Surabaya Raya berjalan efektif untuk memutus mata rantai sebaran covid-19 sehingga tidak perlu diperpanjang. Namun semua itu bergantung pada tingkat kedisiplinan masyarakat untuk mematuhi aturan PSBB yang sudah tertuang dalam Pergub maupun Perbub dan Perwali di masing-masing daerah.

“Sebagaimana diketahui bersama, mulai PSBB lalu skor 10 untuk Surabaya dan Sidoarjo, kemudian untuk Gresik skornya 9. Kalau skor ketiga daerah yang memberlakukan PSBB bisa turun skornya 6-7 maka sangat mungkin bisa tidak diperpanjang masa PSBB ini. Tapi kalau pertimbangan lain datanya perlu diperpanjang maka perlu evaluasi dari waktu ke waktu,” beber dr Joni.

Hasil evaluasi PSBB selama 5 hari, lanjut Joni yang terkonfirmasi positif covid-19 di Surabaya Raya semuanya naik. Surabaya kenaikannya sangat tinggi. Sedangkan untuk PDP, Surabaya jumlahnya memang besar tapi trend-nya menurun, begitu juga Gresik dan Sidoarjo tren juga menurun dan landai

‘Namun untuk ODP tren menurun di Surabaya dan Sidoarjo kecuali di Gresik agak meningkat. Makanya, saat digelar razia jam malam jika ditemukan PDP, ODP dan OTG langsung diisolasi baik secara mandiri di rumah masing-masing jika memenuhi syarat atau di tempat isolasi yang sudah disediakan pemerintah,” imbuhnya.

Masih di tempat yang sama, Ketua gugus tracing Satgas covid-19 Jatim, dr Kohar menambahkan bahwa cluster pabrik rokok di Tulungagung sudah dilakukan rapid test sebanyak 214 orang dan hasilnya diketahui sebanyak 17 orang yang reaktif dan sudah dilakukan isolasi di Rusunawa IAIN Tulungagung.

Kemudian untuk kasus di Pasar Pujon Malang sudah dilakukan test Swab terhadap 3 orang yang hasil rapid testnya reaktif dari total 41 orang dilakukan rapid test.

Sebagian di RS Menur

Selanjutnya untuk perkembangan kluster PT Sampoerna, lanjut dr Kohar hasil test swab terhadap 91 karyawan yang diisolasi di sebuah hotel karena hasil rapid testnya reaktif, diketahui sebanyak 61 yang terkonfirmasi positif covid-19.

“Mereka ini sudah kami pindahkan, sebagian ada di rawat di RS Jiwa Menur dan sebagian lainnya di RS Swata di Surabaya. Kami juga berharap kepada masyarakat supaya gotong royong ikut membantu kepada karyawan yang hasil rapid tesnya negatif dan melakukan isolasi mandiri supaya dibantu kebutuhannya, jangan dikucilkan,” pinta Dirut RSUD Syaiful Anwar Malang ini. (ud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry