SURABAYA | duta.co – Membaca Majalah TEMPO edisi 21-27 Oktober 2019, rubrik Hukum bertajuk ‘Main Anggaran Petinggi PKB’, kita bisa terperanjat. Di situ terselip nama KH Abdul Ghofur (Anggota Dewan Syuro PKB), pemilik sekolah di kawasan Cakung, Jakarta Timur.

Kiai Ghofur bisa dibilang apes. Dalam berita TEMPO itu, ia disebut menemui Musa Zainuddin, terpidana korupsi yang ingin mengungkap keterlibatan petinggi-petinggi PKB. “Kasihan beliau!,” demikian komentar di grup WA warga NU, Selasa (22/10/2019).

Padahal, menurut TEMPO, Musa telah berkirim surat kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), menawarkan diri menjadi justice collaborator (JC), tengah berjibaku untuk membongkar kasus suap Rp 7 miliar yang memenjarakan dirinya. Bagi Musa, sangat tidak adil, kalau hanya dia yang dipenjara, sementara sebanyak Rp 6 miliar, justru mengalir ke petinggi PKB.

“Setelah surat JC saya ajukan, seorang pengurus dan KH Abdul Ghofur mendatangi saya di Sukamiskin. Keduanya mengaku diutus Muhaimin, Jazilul, dan Helmy, dan berpesan agar saya menghentikan surat permohonan justice collaborator,”  jawab Musa dalam wawancara khusus dengan wartawan TEMPO.

Kiai Ghofur memang tidak bisa mengelak atas kedatangannya ke Sukamiskin. Karena tempat ini dilengkapi dengan rekaman pengintai, CCTV. Menurut TEMPO, KPK juga sudah menyita hasil rekamannya. Apalagi, Musa juga menyerahkan uang yang diberikan Kiai Ghofur kepada KPK. Klop!

Siapa Berani Akui

Kepada TEMPO, Kiai Ghofur juga tidak membantah telah menemui Musa. Jumat (18 Oktober 2019) wartawan  TEMPO berhasil mengklarifikasi di rumahnya, kawasan Cakung, Jakarta Timur. Cuma, Kiai Ghofur membantah anggapan kalau pertemuan itu atas perintah Muhaimin, Jazilul dan Helmy. “Saya juga tak meminta dia menarik surat permohonan menjadi justice collaborator,” kata Kiai Ghofur.

Bagi KPK tidaklah sulit untuk menemukan alur duit dari Kiai Ghofur kepada Musa ini. Membaca berita TEMPO, jelas sekali bahwa duit itu bukan berasal dari kantong Kiai Ghofur sendiri. Faktanya, jumlah uang tersebut terpotong Rp 300 ribu untuk tol dan lain-lain. Dari Rp 30 juta, kini tersisa Rp 29.700.000. “Saya ambil Rp 300 ribu untuk biaya jalan tol dan lain-lain saat ke Bandung,” ucap Kiai Ghofur. Nah?

Ini pertanda duit titipan. Kalau duit itu bukan dari saku Kiai Ghofur, lantas dari siapa? Itulah sebabnya, Kiai Ghofur sempat menceritakan kekesalannya karena Musa lapor ke KPK. “Kalau tahu begini, mending saya sumbang ke tempat lain saja,” ujarnya.

Nasi sudah menjadi bubur, kasihan Kiai Ghofur. Tinggal siapa yang berani mengakui uang Rp 30 juta itu? (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry