Almaghfurlah KH Zubair Muntashor. (Keterangan foto syaichona.net)

SURABAYA | duta.co – Jagat santri benar-benar berkabung. Ahad, 28 April 2024 M, bertepatan dengan tanggal 19 Syawal 1445 H, adalah hari duka dunia santri, khususnya masyarakat Bangkalan, alumni, santri dan simpatisan Pondok Pesantren Nurul Cholil Demangan Barat Bangkalan, Madura.

Sebab, Ahad sore itu, tersebar kabar wafatnya KH Zubair Muntashor, Pengasuh Pondok pesantren Nurul Cholil, salah satu kiai tersohor di Kabupaten Bangkalan. Getarannya merebak ke daerah lain.

Beliau putra tunggal pasangan KH Muntashor bersama Nyai Hj Nadhifah binti KH Imron bin Syaichona Moh Cholil Bangkalan.

Adapun Nyai Hj Nadhifah adalah adik dari Nyai Hj Romlah, yang mana Nyai Hj Romlah sendiri merupakan ibu dari Almarhum KHS Abdullah Schal (Pondok Pesantren Syaichona Moh Cholil), jadi status antara KH Zubair Muntashor dan KHS Abdullah Schal adalah sepupuan.

Lautan manusia mengikuti prosesi pemakaman almaghfurlah KH Zubair Muntashor. (FT/net)

KH Zubair Muntashor muda tercatat pernah menempuh pendidikannya di Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan selama tujuh tahun. Beliau juga pernah belajar kepada beberapa ulama di Madura waktu itu. Sekitar tahun 1978 M beliau menggantikan abahnya menjadi pengasuh Pondok Pesantren dengan umur sekitar 30 tahun sebagaimana dilansir dari akun website PP. Nurul Cholil.

Sepanjang kepengasuhannya, KH Zubair Muntashor istiqomah mendidik santri-santrinya, setiap Jumat pagi beliau mengajar (mulang ; Madura Red) kitab Tafsir Jalalain karya Jalaluddin Muhammad bin Ahmad al-Mahally dan Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar as-Sututy serta kitab Ta’lim Muta’allim karya Syeikh as-Zarnuji.

Lazimnya, setiap pagi beliau berkunjung ke MTS Cabang Nurul Cholil yang berada di Batu Kucing Lantek Galis Bangkalan, dan sering juga beliau membeli burung dengan jumlah yang banyak kemudian melepaskan burung-burung tersebut di sana.

Selain itu, beliau juga Istiqomah sholat berjamaah bersama santri-santrinya, sampai-sampai meskipun beliau sedang sakit di akhir masa hidupnya masih Istiqomah sholat berjamaah dengan memerintahkan putra-putranya untuk menjadi imam, sedangkan beliau ada di belakangnya menjadi makmum, putra-putra beliau yang sering menjadi imam menggantikannya antara lain KH Abdullah Zubair, KH. Hasyim Zubair, KH. Ahmad Faqot Zubair, KH. Fathurrosi Zubair dan KH. Zainal Arifin Zubair.

Maka tidak heran jika KH Abdul Adhim Kholili membuat persaksian bahwa KH Zubair Muntashor merupakan sosok kiai yang tinggi derajatnya di sisi Allah SWT sebab keistiqomahanya dalam sholat berjamaah lima waktu.

“Karomah KH Zubair Muntashor adalah selalu menjaga sholat lima waktu dengan berjamaah di awal waktu, hal ini merupakan perkara yang luar biasa karena sholat merupakan ummul ibadah dan ini juga menunjukkan bahwa KH. Zubair Muntashor merupakan orang yang memiliki derajat di sisi Allah SWT.” tutur KH Abdul Adhim Kholili setelah prosesi pemakaman KH Zubair Muntashor.

Beliau disholatkan di tiga tempat, yaitu yang pertama di Pondok Pesantren Nurul Cholil, kedua di Masjid Agung Bangkalan dan terakhir di Masjid Martajesah yang sekaligus dimakamkan di belakangnya bersama para leluhur beliau, yaitu KH Muntashor, Nyai Hj. Nadhifah dan Syaicona Moh Cholil bin Abdul Latif.

Semoga Allah SWT mengampuninya serta mengangkat derajatnya, dan semoga kita semua mendapatkan aliran barokahnya. Amin Allahumma amin. (penulis Fakhrullah, sumber syaichona.net)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry