TULUNGAGUNG | duta.co – Gubernur Khofifah mengapresiasi inovasi teknologi produksi atau giling tebu yang memungkinkan beroperasi selama setahun penuh. yang diinisiasi oleh Gapoktan Tebu Inti Rosan dan PT. Inti Rosan Makmur Sentosa Tulungagung.

Hal tersebut diungkapkan Gubernur Jawa Timur usai menyaksikan penandatanganan Nota Deklarasi Dukungan Bersama Pemberdayaan Petani Tebu, bertempat di Pabrik Gula PT. Inti Rosan Makmur Sentosa, Desa Tanen, Kecamatan Rejotangan, Kab. Tulungagung, Sabtu (14/10).

Penandatanganan tersebut digelar oleh Gabungan Kelompok Tani Tebu (Gapoktanteb) Inti Rosan, PT. Pupuk Kaltim, PT. Inti Rosan Makmur Sentosa, PT. Bank BPD Jatim Cabang Tulungagung, PT. Bank BPR UMKM Jatim, dan PT. Dharma Utama Sentosa

“Saya sering keliling ke pabrik gula baik di Jawa Timur maupun di daerah lain di Indonesia. Rata-rata mereka musim gilingnya mulai Bulan Mei, Juni dan seterusnya antara 5 sampai 6 bulan. Tapi di sini, proses giling bisa dilakukan setahun full, sehingga akan terjadi efisiensi yang signifikan,” ucap Khofifah dalam sambutanya.

Inisiasi penggilingan tebu ini menurutnya dapat memberikan multiplier effect dari proses utilitas yang sangat tinggi di pabrik tebu ini.

“Kami berharap inisiasi update terknologi yang dilakukan Gapoktan Inti Rosan dan PT. Inti Rosan Makmur Sentosa Tulungagung ini dapat menjadi referensi industri pergulaan maupun pertebuan nasional,” imbuhnya.


Khofifah juga mengapresiasi rendemen tebu yang dihasilkan PT. Inti Rosan yakni sebesar 15 persen. Dimana rata-rata rendemen tebu dari pabrik gula yang ada di Jatim antara 8, 9 atau 10 persen. Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula di dalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen. 

Inisiasi teknologi industri pertebuan dan pergulaan ternyata bisa dimulai dari Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. ini  membuktikan bahwa inovasi tidak melulu harus datang dari kota besar.

“Saya tadinya berpikir adopsi teknologinya ini dari jauh misal dari Brazil, ternyata adopsi teknologinya cukup ke tetangga dekat yakni Thailand. Ini luar biasa sekali, mudah-mudahan ini diangkat menjadi referensi bagi industri pergulaan secara nasional,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Khofifah mengatakan, di sektor pendanaan atau permodalan, di Jatim terdapat Program Kredit Sejahtera (Prokesra) melalui Bank UMKM Jatim. Prokesra merupakan program kredit murah dengan suku bunga tiga persen setahun, dengan maksimal pinjaman sebesar Rp. 50 juta.

“Ini bukan hanya untuk petani, atau petani tebu, tapi juga bagi para pelaku UMKM. Yang bergerak di sektor industri kreatif batik atau kriya, monggo bisa mengakses prokesra ini,” katanya.

Lebih lanjut, Khofifah menyambut baik adanya penandatanganan deklarasi dukungan bersama pemberdayaan petani tebu ini. Ia berharap, dengan adanya penandatanganan ini maka masing-masing mitra dapat saling memberikan dukungan, baik dari sisi permodalan maupun penyediaan pupuk.

Sehingga ke depan dapat menghasilkan tebu yang berkualitas dan menciptakan situasi agribisnis yang sehat, berdaya saing tinggi dan menguntungkan bagi semua pihak.

Apalagi di Kab. Tulungagung ini terdapat lebih dari 100 pabrik tebu yang memproduksi Brown Sugar. Harga brown sugar ini sendiri bisa di atas gula kristal putih. Sehingga brown sugar ini memiliki potensi luar biasa bila masuk ke pasar ekspor.

“Bagaimana dunia pertebuan dan dunia pergulaan ini ternyata cukup advance berkembang di Tulungagung. Sekali lagi, partnership itu kunci, sinergitas itu kunci, kolaborasi itu kunci. Kalau misalnya yang punya kebun tebu ada satu, dua atau tiga hektar kemudian terkumpul semua, programnya kira-kira akan mengelola seluas 15 ribu hektar yang tersebar di bagian Blitar Selatan, Tulungagung Selatan, maupun Trenggalek. Jadi ini luar biasa sekali,” katanya.

Sementara itu, Pj. Bupati Tulungagung Heru Suseno menyampaikan terimakasihnya pada Gubernur Khofifah atas dukungan yang diberikan kepada petani tebu dan produsen gula di Kab. Tulungagung.

Bukan cuma untuk kesejahteraan petani, sentra tebu ini merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan gula masyarakat Tulungagung dan Jatim sendiri. Ia berharap ke depannya Kabupaten Tulungagung dapat berkontribusi lebih lanjut kepada swasembada gula nasional.

“Pabrik gula yang mengolah tebu menjadi gula batu ini kurang lebih berjumlah 176 dan tersebar di 6 kecamatan. Pabrik ini sendiri merupakan salah satu sentra produsen gula di Kabupaten Tulungagung yang memenuhi kebutuhan gula masyarakat. Para petani tebu sendiri di sini sangat concerned terhadap kegiatan yang memperdulikan good agricultural practice ,” ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Gabungan Kelompok Tani Tebu (GAPOKTANTEB) Inti Rosan Makmur Sentosa, M. Setiadi mengatakan, keberadaan gabungan kelompok tani ini dibentuk untuk menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi sehari-hari. Seperti pola tanam tebu yang baik dan benar mulai pengolahan tanah yang benar, perawatan masa tumbuh tanaman tebu dan pemupukan yang sesuai. Sehingga bisa mendapatkan panen yang sesuai dengan standar teknis dan standar baku giling.

“Khusus pupuk kami sangat berterima kasih kepada PT. Pupuk Kalimantan Timur sehingga persoalan pupuk petani tebu di Tulungagung sudah tidak ada masalah. Kemudian persoalan dana kami juga berterimakasih pada Bank Jatim dan Bank UMKM Jatim,” pungkasnya.

Pada tahun 2022, produksi gula kristal putih di Jawa Timur mencapai 1.192.034 ton (dengan luas areal 218.373 ha dan produktivitas 5,46 ton/ha), memberikan kontribusi terbesar secara nasional dengan prosentase 49,55%. Kondisi tersebut menjadikan Provinsi Jawa Timur menjadi Provinsi penghasil gula tertinggi di Indonesia.

Di samping menghasilkan gula kristal putih, tebu di Jawa Timur juga diproduksi menjadi gula merah sebanyak 79.512 ton (dengan luas areal 11.674 ha dan produktivitas 6.811 kg/hektar). Produsen gula merah tersebar di Kabupaten Blitar, Jember, Jombang, Kediri, Lumajang, Madiun, dan Tulungagung.

Produksi gula merah tertinggi di Jawa Timur berada di Kabupaten Kediri dan Kabupaten Tulungagung. Hal ini juga didukung dengan produktivitas gula merah di Tulungagung tertinggi di Jawa Timur dengan angka 6.928 kg/ha/tahun.


Pada kesempatan yang sama Komisaris Utama PT Inti Rosan Makmur Sejahtera, Mudofi mengungkapkan, dengan penandatanganan kerjasama ini, para petani tebu bisa menanam dengan baik, sehingga mendapat hasil yang baik.

“Karena selama ini kurang memadai,” tuturnya.

Yang menjadi persoalan para petani tebu selama ini adalah, yakni perlunya pendampingan perihal kontur tanah, proses pemupukan, ketersediaan pupuk, serta biaya selama pemeliharaan hingga panen.

“Maka dengan kredit dari Bank Jatim dan UMKM, itu bisa membiayai dirinya, kalau dia tidak punya lahan, bisa menyewa, sehingga dia bisa mendapatkan penghasilan,” terangnya. (*)