BUKTI BOM PANCI: Kadiv Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar (tengah) didampingi Karo Penmas Divhumas Polri Brigjen Rikwanto (kiri) dan Kabag Penum Divhumas Polri Kombes Martinus Sitompul (kanan) menunjukkan barang bukti aksi teror Bandung di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (13/3).

BANDUNG | duta.co – Markas Polda Jawa Barat di Kota Bandung dan Markas Densus 88 Antiteror di Jakarta disebut menjadi target peledakan bom panci. Hal itu terungkap berdasarkan pemeriksaan Soleh alias Abu Kurson dan Agus Sujatno alias Abu Muslim (29), tersangka teroris yang ditangkap di Kota Bandung, Selasa (7/3) lalu.

Agus yang menurut polisi tenaga ahli listrik itu disangka berperan sebagai perakit bom berjenis panci yang diledakkan Yayat Cahdiyat di Taman Pendawa, Kelurahan Arjuna, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, pada Senin, 27 Februari 2017 lalu.

Yayat tewas tertembak dadanya karena melawan saat digerebek dari persembunyiannya di Kantor Kelurahan Arjuna setelah meledakan bom di lapangan Pandawa. Yayas tewas dalam perjalanan ke RS Bhayangkara di Bandung.

Menurut Kabidhumas Polda Jawa Barat Kombes Pol Yusri Yunus, jaringan Agus dan Yayat bahkan sudah survei dua lokasi itu. “Jaringan teroris ini sudah survei untuk melakukan aksi pengeboman ke Markas Polda Jabar. Selain itu ke Markas Densus (Densus 88 Antiteror),” ujar Yusri, Senin (13/3).

Target utama itu diketahui berdasarkan temuan barang bukti hasil penggeledahan di rumah Agus. “Ada denah atau sketsa Mapolda Jabar. Dia keterlibatannya sebagai pembuat bom dengan Yayat yang meledak di Cicendo,” ujarnya.

Bahkan, Agus dipersiapkan sebagai eksekutor alias pengantin peledakan bom. “Kami temukan satu rangkaian bom TATP Paralel di dalam tas pinggang dengan menggunakan power baterai ABC 9 volt. Benda itu untuk bom bunuh diri,” katanya.

Sementara itu, kemarin, polisi menggeledah rumah Soleh Abdurahman alias Gungun alias Abu Fursan, rekan Yayat Cahdiyat lainnya. Soleh dicurigai berperan mendanai Yayat Cahdiyat, pelaku utama peledakan bom panci itu.

“Saudara S (Soleh) memberikan pendanaan sekitar Rp 2 juta untuk memberikan aksi termasuk pembelian peralatan (untuk bom panci Bandung, red),” kata Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (13/3).

Soleh ditangkap di Bandung pada 9 Maret 2017, namun polisi baru menggeledah rumahnya di kawasan Jalan Jamika, Babakan Ciparay, Kota Bandung, Jawa Barat, kemarin. Aparat kemudian membawa dua istri Soleh dalam penggeledahan itu.

Menurut Suhendra, ketua RT setempat yang ikut menyaksikan penggeledahan, dua istri Soleh sama-sama bernama Fitri, meski tak disebut nama lengkapnya. Istri pertama, katanya, sudah lama bermukim di sana bersama suaminya. Sedangkan istri keduanya baru menghuni rumah itu selama dua bulan terakhir.

“Mereka istrinya (Soleh), namanya Fitri, dan kedua juga sama Fitri. Tapi saya kenal istri pertamanya saja karena sudah terdaftar. Istri kedua mau daftar tapi keburu ada penggerebekan,” kata Suhendra.

Polisi menyita beberapa benda dari rumah Soleh, di antaranya, sepucuk senapan angin yang dipajang di kamarnya. “Kalau bahan peledak, saya enggak tahu. Saya lihat enggak ada barang yang berbahaya di rumah Soleh,” kata Suhendra.

Saeful (32), tetangga Soleh, mengatakan bahwa pria yang ditangkap Densus 88 itu sebenarnya sudah dua tahun bermukim di sana. Namun dia sebelumnya mengontrak rumah di daerah lain meski tak jauh dari rumah sekarang.

Soleh, kata Saeful, berprofesi sebagai agen penjual susu murni. Soleh mendapatkan pasokan susu dari kawasan Cisarua, Bogor, lalu dijual ke sejumlah pengecer di Bandung.

Selain kedua istri Gungun, polisi membawa beberapa barang dari rumah terduga teroris Gungun. Namun belum ada keterangan resmi dari kepolisian soal barang-barang yang disita. Polisi juga akan menggeledah tempat pembuatan bom di kawasan Kiara Condong, Bandung. net

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry