Farah Nuriannisa, S.Gz., M.P.H – Dosen S1 Gizi, Fakultas Kesehatan

FAKTOR gizi merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan semua siklus kehidupan atau semua kelompok usia pada masyarakat. Kebutuhan gizi pada setiap siklus kehidupan atau kelompok usia umumnya berbeda karena kondisi dan metabolisme tubuh berbeda setiap siklus kehidupan.

Salah satu kelompok usia terbanyak di Indonesia adalah remaja. Remaja, dalam hal ini remaja putri, merupakan kelompok yang nantinya diharapkan dapat tumbuh menjadi wanita dewasa/wanita hamil, sehingga salah satu fokus terkait dengan remaja putri adalah siklus menstruasi yang menjadi indikator/parameter gangguan reproduksi/kesuburan wanita seperti polycystic ovary syndrome (PCOS).

Siklus menstruasi merupakan rentang waktu antara hari pertama menstruasi hingga datangnya menstruasi pada periode/bulan berikutnya. Siklus menstruasi normal berkisar 21-35 hari. Beberapa faktor gizi yang perlu diperhatikan terkait siklus menstruasi adalah asupan dan status gizi individu.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Asupan gizi makro, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, berdampak pada fungsi reproduksi, terutama regulasi hormon pada wanita. Asupan karbohidrat berperan dalam aktivitas hormon estrogen melalui pengaturan gula dalam darah, dimana gula darah yang rendah menyebabkan produksi hormon adrenalin.

Adanya hormon adrenalin dapat menyebabkan aktivitas hormon estrogen akan terganggu. Asupan protein juga berdampak pada produksi luteinizing hormone (LH) yang kemudian menjadi salah satu regulator dari hormon estrogen.

Begitu pun asupan lemak, dimana lemak merupakan salah satu bahan pembentuk hormon estrogen. Berdasarkan penjelasan di atas, asupan karbohidrat, protein, dan lemak berkaitan langsung dengan kadar hormon estrogen, dimana hormon estrogen mempengaruhi kadar follicle stimulating hormone (FSH).

Hormon FSH ini berperan untuk menstimulasi pertumbuhan folikel yang berkaitan dengan siklus menstruasi, sehingga dapat disimpulkan asupan ketiga zat gizi tersebut berdampak pula pada siklus menstruasi.

Berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan, asupan karbohidrat, protein, dan lemak yang melebihi kebutuhan berhubungan dengan siklus menstruasi yang semakin cepat (< 21 hari atau disebut polimenorea). Sebaliknya, asupan karbohidrat, protein, dan lemak yang rendah atau kurang dari kebutuhan berhubungan dengan siklus menstruasi yang lama (> 35 hari/oligomenorea dan tidak menstruasi selama tiga bulan/amenorea).

Selain berperan langsung pada produksi hormon estrogen, asupan zat gizi makro juga berkaitan dengan status gizi. Status gizi yang diukur dengan menggunakan indeks massa tubuh (rumus = berat badan (kilogram) : (tinggi badan (meter)2)) dan lingkar lengan atas (LILA) juga berkaitan dengan aktivitas hormon reproduksi.

Status gizi yang kurang (kurus/kurang energi kronis) dapat menyebabkan hormon estrogen menurun. Penurunan hormon estrogen tersebut dapat mengakibatkan gangguan ovulasi dan siklus menstruasi.

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menjelaskan bahwa semakin rendah status gizi (kurus/kurang energi kronis), maka semakin lama siklus menstruasinya (oligomenorea atau amenorea), sedangkan semakin tinggi status gizi (gemuk/obesitas) berhubungan dengan siklus menstruasi yang lebih cepat (polimenorea).

Seperti yang dijelaskan di atas, gangguan siklus menstruasi (polimenorea, oligomenorea, dan amenorea) dapat menjadi faktor risiko dari gangguan sistem reproduksi sehingga akan berdampak pula pada kesuburan/fertilitas wanita. Oleh karena itu, diharapkan remaja putri dapat lebih memperhatikan asupan dan status gizinya, sehingga dapat terhindar dari gangguan siklus menstuasi maupun gangguan sistem reproduksi. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry