SIDOARJO | duta.co – Wajah-wajah sumringah menghiasi pedagang pasar Taman, Sidoarjo, Rabu (28/2/2018). Pasalnya tak diduga mereka bisa bertatap muka dengan Khofifah Indar Paranwansa calon Gubernur Jawa Timur. “Horeee.. akhirnya kita bisa jumpa Bu Khofifah. Gubernurku datang! Gubernurku datang!,” teriak seorang ibu penjual buah.

Tampak antusiasme seluruh pedagang pasar Taman tak terbendung, begitu Khofifah blusukan di Pasar Taman Sidoarjo. Tanpa dikomando mereka langsung menjabat tangan khofifah dan berebut foto bersama.

Semua permintaan foto dilayani Khofifah. Satu persatu stand pedagang didatangi. Khofifah melakukan beberapa percakapan kecil soal harga bahan pokok dan kondisi pasar.

“Bagaimana harga daging ayam Pak?” tanya Cagub Nomor Urut 1 ini kepada Mujiono salah seorang pedagang daging ayam di Pasar Taman, Sidoarjo, Rabu (28/2/2018).

“Alhamdulillah stabil Bu. Malah ini turun 5 ribu, sebelumnya 35 ribu perkilo Bu,” jawab Mujiono dengan trengginas.

Dalam kesempatan itu, Khofifah sempat belanja ikan yang akhirnya dibagikan ke sejumlah warga. Tidak hanya itu, Khofifah juga menyempatkan membeli buah srikaya kesukaannya. “Ah lagi musim buah ini. Ini favorit saya,”ujarnya.
Di sela-sela kunjungan, sejumlah pedagang berharap Khofifah menjadi pemimpin Jawa Timur. “Semoga menang Bu. Saya yakin di wilayah Sepanjang suara ibu pasti menang,” tambah Mujiono pedagang daging ayam.
Doa serupa juga disampaikan Jamilah, salah seorang pedagang daging sapi. “Senang ketemu orang yang akan jadi gubernur. Bu Khofifah mengerti masyarakat, khususnya perempuan dan religius. Insya-Allah saya tetap pilih Bu Khofifah,” tambahnya.
Sementara itu, bagi Cagub Khofifah, problem di pasar tradisional tak sebatas becek, aroma tak sedap atau suasana tak nyaman. Lebih dari itu, harga barang yang dijual juga harus terjaga agar tetap kompetitif, terlebih di tengah gempuran pasar modern.
Salah satu yang disiapkan Khofifah jika terpilih menjadi gubernur Jatim, yakni menyiapkan warehouse (gudang). “Warehouse dibutuhkan supaya harga yang dijual di pasar tradisional lebih kompetitif,” katanya.


Model seperti ini, tandas Khofifah,  mirip dengan yang dipakai pasar induk. Bedanya kalau pasar induk membutuhkan cold storage supaya buah-buahan tak cepat membusuk. “Kalau pasar tradisional saya rasa butuh warehouse,” tandasnya.

Terkait kehadirannya di pasar tradisional, Khofifah punya alasan khusus selain untuk navigasi program. Apa itu? Dia merasakan mendapat banyak semangat dan doa dari orang-orang yang tidak dikenalnya secara pribadi.

“Semangat dan doa itu luar biasa, karena terucap dari mereka yang saya tidak mengenal secara pribadi, kerena mereka bisanya mengenal saya melalui media. Tapi rupanya saya bersapa dan hati itu langsung melekat,” paparnya.

Selain semangat dan doa, Khofifah juga mendapat banyak aspirasi yang ternyata tidak berubah dari pasar tradisional satu ke yang lainnya. “Aspirasi mereka begitu natural dan tidak neko-neko (minta macam-macam),” katanya.
“Mereka hanya minta tolong jangan digusur, minta agar dilindungi dan seterusnya. Itu kan sesuatu yang tidak neko-neko dan yang harus banyak kita dengar. Bagi saya seeing is believing. Kita melihat langsung, maka kita akan percaya bahwa sesuatu itu benar adanya,” tegasnya.


Menurut Khofifah, kalau ingin melindungi pasar tradisional salah satunya harus diciptakan suasana yang nyaman dan sehat karena pada dasarnya itu hal pokok yang dibutuhkan pedagang maupun pembeli.

“Mereka kan enggak menuntut AC. Baik yang berjualan dan membeli hanya ingin sama-sama merasakan convenience (kenyamanan). Bagaimana pasarnya tidak becek, aromanya bisa dikurangi supaya sama-sama merasakan suasana sehat,” paparnya. (zal)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry