Momen perebutan nomor urut PKB di Senayan. Mbak Yenny dan Cak Imin. (FT/rmol.id)

SURABAYA | dura.co – Setelah Sekjen PBNU Saifullah Yusuf alias Gus Ipul dijuluki politisi PKB sebagai ‘makelar’, dan PKB diistilahkan ‘Srigala Berbulu Musang’ oleh @PadasukaTV, kini pernyataan Gus Ipul tentang perlunya PKB melakukan regenerasi, terbuka lebar.

Pernyataan Gus Ipul dinilai benar. Merupakan sebuah keharusan bagi organisasi yang, sudah hampir 20 tahun, tidak ganti ketua umum. Jabatan terlalu lama bisa menjadi ‘racun’ alias toxic. Pemerintah sendiri sedang merampungkan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Manajemen ASN. Salah satu diatur larangan ASN menduduki satu jabatan terlalu lama.

“Kalau tidak salah, akhir Agustus tahun ini (2024), kepengurusan DPP PKB sudah domisioner. Artinya harus segera muktamar untuk memperbarui SK demi kelancaran Pilkada November 2024,” demikian disampaikan politisi PKB di Jakarta kepada duta.co, Kamis (9/5/24).

Dengan demikian, tengara (tanda-tanda) yang disampaikan Sekjen PBNU Saifullah Yusuf alias Gus Ipul menjadi kenyataan. Tidak lama, partai ini memang harus muktamar. Apalagi Ketua Umum DPP PKB, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) diberbagai kesempatan sudah menyatakan tak akan lagi menjadi ketua umum. Maklum, dia sudah hampir dua dasawarsa, memimpin PKB.

Masalahnya: Siapa yang bakal menahkodai PKB mendatang? Inilah pertanyaan krusial internal partai milik nahdliyin tersebut. Apakah masih didominasi ‘geng’ Cak Imin, atau pindah ‘kemudi’?  Karena diam-diam (di luar) begitu banyak kader handal PKB, yang lebih potensial memimpin partai ini. Kader Gus Dur (KH Abdurrhman Wahid) deklarator PKB, bertebaran di berbagai elemen masyarakat.

Tak kalah menarik adalah pernyataan Gubernur Jawa Timur tahun 2019 – 2024, Khofifah Indar Parawansa. Ia menegaskan belum pernah keluar dari PKB hingga sekarang. “Ya saya dibesarkan PPP kemudian saya dipanggil Gus Dur jadi salah satu ketua PKB. Saya belum pernah keluar dari PKB sampai hari ini,” kata Khofifah dalam Podcast What the Fact! Politics, Rabu (8/5).

Meski begitu, Khofifah tak ingin menyebut dirinya sebagai politikus PKB. Mengapa? Lantaran tidak menjabat pengurus PKB di semua tingkatan, di partai yang saat ini dipimpin Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Baginya, Presiden ke-4 RI Abdurahman Wahid atau Gus Dur yang berperan besar membangun PKB telah meletakkan pemikiran yang baik dan dapat menjadi ideologi kebangsaan yang kuat.

“Ada anak buah Gus Dur yang Gusdurian-Gusdurian yang ideologis juga banyak. Jadi ketika ada Gusdurian-Gusdurian yang ideologis saya rasa dia bisa menjadi bagian dari penguat pikiran-pikiran Gus Dur bagaimana cintanya beliau menjaga bangsa dan negara ini,” kata Khofifah sebagaimana diunggah cnnindonesia.com.

Beda dengan PKB Cak Imin

Khofifah kemudian menjelaskan ada perbedaan antara PKB dengan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKB yang dipimpin Cak Imin.

Hal itu, kata Khofifah terlihat dari perolehan suara tinggi PKB pada Pemilu 2024, sementara pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming pada Pilpres 2024 juga menang telak di Jawa Timur. “Beda lah. Antara PKB dan Mas Imin. Tidak nyambung jadinya. PKB mah PKB, Mas Imin mah Mas Imin. Di Jawa Timur ya,” ujar mantan Menteri Sosial itu.

“Karena saya juga enggak masuk pengurus (DPP PKB). Jadi kan beda. Kalau tidak menjadi bagian dari pengurus itu program-program besar partai kita juga tidak terkonfirmasi,” tambah Khofifah.

Ketika ditanyai lebih lanjut mengenai perbedaan di tubuh PKB tersebut, Khofifah lantas menyebut dirinya sebagai PKB Gus Dur. “Aku PKB-nya Gus Dur,” tegas dia.

Singgung Islah

Lebih lanjut, Khofifah menyampaikan pandangannya terkait wacana islah antara Cak Imin dan keluarga Gus Dur terkait PKB. Baginya, upaya islah atau rekonsiliasi antara keduanya harus di tanyakan kepada istri Gus Dur, Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid.

“Ada PKB, ada keluarga Ciganjur, bahwa seorang Bu Nyai Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dan keluarga pasti menjadi bagian yang ikut merasakan bagaimana seorang Gus Dur, kemudian harus dikeluarkan dari rumah besar yang didirikan oleh Gus Dur,” kata Khofifah prihatin.

Tak hanya itu, Khofifah juga menyarankan PKB untuk sowan ke PBNU. Sebab, PBNU memiliki andil besar untuk mendirikan PKB ketika Gus Dur masih menjabat sebagai Ketum PBNU. “Sebaiknya juga sowan ke PBNU. Karena PKB itu didirikan oleh PBNU waktu itu Gus Dur sebagai ketua umum PBNU, waktu itu Kyai Ilyas Ruhiat sebagai Rais Aam PBNU,” kata dia.

Khofifah memang masuk ‘radar’ PKB masa depan. Siapa yang tidak tahu kapasitasnya dalam memimpin organisasi. “Ada banyak kader handal di PKB. Mereka itu, selama ini termatikan, sehingga tidak memiliki peran sama sekali. Sekarang, menghadapi muktamar mendatang, mereka bisa kembali ke rumah besarnya, partai besutan Gus Dur,” jelas pengamat politik Doktor M Sholeh Basyari.

Selain Khofifah, Direktur Ekskutif CSIIS (Center for Strategic on Islamic and International Studies) ini menyebut nama Lukman Edy (Dr Ir H Muhammad Lukman Edy, MSi). Dia memiliki jam terbang yang sangat panjang. Pernah menduduki jabatan menteri di Kabinet Indonesia Bersatu. Ada juga Abdul Kadir Karding, dia politisi handal PKB.

“Dan, ada Mbak Yenny Wahid putri Gus Dur. Cuma kader-kader hebat itu, sekarang tidak berada di belakang Cak Imin,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry