Rektor Uinsa, Prof Abd A'la saat berbicara di acara Uinsa Menuju Cyber Islamic University di kampus setempat, Jumat (22/12). duta/istimewa

SURABAYA  | duta.co –  Teknologi tidak bisa dibendung. Kecanggihannya sudah masuk ke berbagai sektor kehidupan manusia. Bisa menguntungkan, namun tak jarang sangat merugikan. Apalagi dengan semakin berkembang secara liarnya berita-berita yang tidak sesuai fakta alias hoax.

Kalangan kampus seharusnya menjadi institusi pertama yang bisa menangkal berkembangnya berita-berita hoax itu. Karena dari sanalah berkumpulnya orang-orang yang memiliki kecerdasan dan intelektual lebih tinggi dibandingkan orang biasa.

Karena itulah, tidak mengherankan jika Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya berencana untuk menjadi Cyber Islamic University. Dan tidak butuh waktu lama karena dalam 21 mingu mendatang, title ebagai Cyber Islamic University akan disandang Uinsa. Dengan predikat baru ini, diharapkan mampu membuka wawasan warga kampus akan teknologi. Dengan pembiasaan akan teknologi maka akan mampu mengatasi peredaran berita hoax.

Rektor Uinsa Prof Abd A’la mengatakan dengan predikat Cyber Islamic University, diharapkan Uinsa bisa lebih berkontribusi pada pemerintah untuk mengimbangi berita bohong yang kini sedang marak. Hal ini dimulai dengan mensinkronkan semua data warga kampus dengan satu klik. Sehingga mereka akan terbiasa menggunakan aplikasi dan juga internet di setiap proses perkuliahan. “Yang bisa diakses nantinya di antaranya tentang kepegawaian, elektronik beban kerja dosen (e-BKD) yang akan menjadi satu serta pengabdian masyarakat,” ungkapnya di sela seminar Uinsa Menuju Islamic Cyber Unievrsity,Jumat (22/12).

Dia mengungkapkan, Kementerian Agama sudah melirik sistem yang dilakukan UINSA. Jika nantinya sistem itu bagus maka nanti untuk seluruh perguruan tinggi di bawah Kemenag akan memakainya. “Ini sudah menuju ke sana. Ada beberapa kendala di antaranya penguatan sumber daya manusia dan kemudian sosialisasi,” tuturnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemenag Prof Nur Syam yang hadir dalam peresmian itu mengatakan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memang mengarahkan perguruan tinggi Islam untuk menjadi “Cyber Islamic University”.

“Dalam beberapa hari, kita akan masuk dalam tahun politik. Tentu ada banyak ‘kegaduhan’. Baik di bidang politik, sosial bahkan budaya termasuk agama. Perguruan tinggi diminta untuk membangun satu kekuatan dalam rangka mengimbangi ‘cyber war’ yang luar biasa itu,” tuturnya.

Di tengah era “cyber war” dan di tengah kegaduhan di tahun politik, kata dia, “akan ada ‘hoax’, berita palsu dan kalau tidak diimbangi akan merugikan kita semua”. “Perguruan tinggi diminta membuat perimbangan terhadap berita yang tersebar khususnya di media sosial akan terjadi perimbangan khususnya mana berita yang sesuai kenyataanya, dan mana berita yang ‘hoax’,” ujarnya. end