Uke Maharani Dewi, S.S.T., M.Kes. – Dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK)
PADA awal masa laktasi ibu menyusui perlu beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis pasca persalinan. Rasa nyeri pada jalan lahir yang tentunya membatasi kemandirian sehingga menyebabkan ketergantungan pada orang disekitarnya.
Pada fase ini ibu menyusui ingin mendapat perhatian dan pertolongan termasuk dalam merawat diri dan bayinya.  Hal ini seringkali berpengaruh pada kesehatan mental ibu menyusui jika orang disekitarnya tidak dapat memahami kondisinya.
Bayipun mengalami fase yang sama dengan ibunya yaitu proses beradaptasi dengan lingkungan di luar rahim, sehingga adakalanya sering menangis untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya. Mungkin bayi merasa lapar, kedinginan, kepanasan, bosan, atau merasa tidak nyaman.
Ironisnya, masih banyak masyarakat beranggapan bahwa menangis adalah tanda bayi lapar yang berimbas pada asumsi produksi ASI tidak cukup. Asumsi tersebut menyebabkan ibu menyusui merasa cemas yang akhirnya timbul perasaan tidak yakin dapat memberikan ASI secara eksklusif.
Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa
Sejak masa kehamilan ibu telah mendapatkan paket edukasi tentang kehamilan, persalinan dan laktasi. Namun pada kenyataannya edukasi saja tidak cukup mampu mengatasi permasalahan yang dialami ibu pada awal masa laktasi.
Psikoedukasi laktasi diperlukan agar ibu menyusui mampu mengelola rasa cemas dan stres pada masa laktasi. Ibu menyusui perlu dibekali bagaimana cara mengelola perasaan cemas dan stres pada masa laktasi. Ibu menyusui dapat meminta waktu istirahat sejenak untuk mengontrol perasaan tidak nyamannya.
Ibu dapat melakukannya dengan berbagai teknik pernapasan, seperti diaphragmatic breathing, counting breath atau breath focus. Berikut adalah cara melakukan pernapasan diaphragmatic breathing, counting breath atau breath focus:
A. Diaphragmatic breathing
1. Cari tempat dan posisi yang nyaman (dapat duduk maupun berbaring)
2. Tarik napas melalui hidung, alirkan hingga ke perut, dan buang napas melalui mulut.
3. Letakkan satu tangan pada perut dan tangan lainnya pada dada.
4. Rasakan perut yang mengembang saat menghirup udara dan mengempis saat menghembuskan udara keluar. Posisi tangan yang ada di perut sebaiknya lebih tinggi atau rendah jika dibandingkan dengan posisi tangan di dada saat menghirup dan membuang napas.
5. Ulangi dalam 5 – 10 menit hingga perasaan tenang mulai dirasakan.
B. Counting breath
1. Cari posisi duduk yang nyaman.
2. Hirup udara melalui hidung selama lima detik.
3. Hembuskan udara melalui hidung selama lima detik.
4. Ulang beberapa kali.
C. Breath focus
1. Pejamkan mata dan tarik napas dalam secara perlahan.
2. Saat menarik napas, bayangkan udara yang dihirup dipenuhi oleh rasa tenang dan damai. Cobalah untuk merasakannya di seluruh tubuh.
3. Saat membuang napas, bayangkan udara yang dihembuskan pergi bersama tekanan, khawatir, gelisah, dan cemasmu
Ibu menyusui dapat mencoba melakukannya, lakukan secara tenang, tidak buru-buru, tidak dibuat-buat, dan dipaksakan. Jika teknik pernapasan dirasa masih belum mampu mengontrol rasa cemas dan stres mungkin diperlukan konsultasi pada profesional. Jangan segan untuk berkonsultasi demi menjaga  kesehatan mental ibu menyusui hingga sukses ASI eksklusif. *
Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry