JAKARTA | duta.co – Event “FTUI untuk Negeri” yang digelar selama tiga hari oleh Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) bekerja sama dengan Ikatan Alumni Fakultas Teknik UI (Iluni UI), berakhir Minggu (29/10/2017) di Mall Gandaria City, Jakarta Selatan, menghadirkan Mantan Presiden RI BJ Habibie.

BJ Habibie dianugerahi penghargaan ‘Lifetime Engineering Dedication Award’ atas dedikasinya terhadap teknologi Indonesia. Ketika diminta memberikan sambutan, Habibie justru berpesan perihal pentingnya merawat keanekaragaman.

Pluralitas, jelasnya, adalah kekayaan dan kekuatan Indonesia menjadi negara yang utuh. Ia kemudian menyerukan agar keanekaragaman Indonesia ini bisa menjadi alat memperkuat persatuan dan kesatuan.

Diakui Habibie, bahwa, bangsa Indonesia memang pernah memiliki masa kelam. Ketika di luar negeri, bangsa Indonesia pribumi memiliki strata yang rendah, namun itu sudah lama berlalu.

“Tetapi, saat ini sudah tidak ada lagi warga pribumi maupun nonpribumi, yang ada hanyalah warga negara Indonesia, bangsa Indonesia,” kata Habibie dalam pidatonya selama hampir 30 menit di Ballroom Gandaria City Mall, Sabtu (28/10/2017).

Dia mengajak bangsa ini bersyukur. “Dulu, Bung Karno mengatakan, orang luar negeri selalu menyebut bangsa Indonesia itu pemalas seperti kuli. Ada kuli antara bangsa-bangsa. Kalau kita mau masuk ke suatu klub yang indah, ada dansa dan kolam berenang, di situ pasti ada tulisan, dilarang untuk anjing dan pribumi,” kenang Habibie dalam pidatonya.

Sekarang ini harus betul-betul disyukuri karena Indonesia ini tidak mengenal warga pribumi maupun nonpribumi. Menurut Habbie, setiap warga negara Indonesia akarnya di sini. Kalau satu naik, maka semua sama-sama naik, kalau satu menyerang, maka semua sama-sama melawan.

Jadi? “Indonesia tidak mengenal perbedaan, Indonesia harus buktikan apa saja yang bisa dibuat. Pesawat terbang pun itu kita bisa buat,” katanya lagi.

Saat ini, tidak ada alasan bagi generasi muda untuk merasa minder karena perbedaan. Justru keanekaragaman adalah akar dari kontes dan dari inovasi-inovasi yang akan timbul. Kalau semua sama, tidak akan menghasilkan inovasi yang sedemikian hebatnya.

“Jadi kalau masyarakat beranekaragam itu bukan main berkembangnya, itu luar biasa. Dan kita beruntung sebagai satu-satunya bumi maritim di dunia adalah bumi Indonesia. Dan di situ hidup manusia beranekaragam. Karena itu kita mengatakan Bineka Tunggal Ika,” demikian lulusan teknologi Jerman itu.

Bagi dia, teknologi memang mahal yang harus dikuasai oleh multi disiplin ilmu. Para peneliti harus sesuaikan perkembangan manusia dan perjuangan pahlawan yang tersirat secara makro di UUD. Kemudian perkembangan itu disesuaikan dengan ilmu pengetahuan teknologi.

“Dan itu tidak bisa lepas dari sumber daya manusia terbaru. Terbaru ini artinya sumber daya manusia setelah generasi anda. Mereka harus menilai kemampuannya sendiri, penilaian itu adalah hasil dari karyanya. Hasil karya ini menghasilkan generasi penerus,” paparnya.

Pameran Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) di Gandaria City Mall, juga diapresiasi. Menurut Habibie, ide untuk mengadakan pameran ini adalah ide bagus. “Itu namanya disesuaikan dengan zaman, mengadakan pameran di mall. Dulu tidak ada mall sih,” katanya. (rep)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry