Bupati Jombang Hj Munjidah Wahab (kanan) dan Bupati Bangkalan Ra Abdul Latif Imron

SURABAYA | duta.co – Jelang pelaksanakaan Musyawarah Wilayah (Muswil) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Jawa Timur, dua kepala daerah di Jawa Timur dijagokan bakal memimpin.

Ialah Bupati Jombang Hj Munjidah Wahab dan Bupati Bangkalan Ra Abdul Latif Imron. Keduanya diyakini mampu mendongkrak PPP lima tahun ke depan dengan menggantikan posisi Musyaffa’ Noer yang sudah dua periode memimpin PPP Jatim.

Nama lain yang muncul untuk meramaikan Muswil ke XI PPP Jatim adalah H Rofik anggota DPRD Jatim dari Dapil Lumajang-Jember. Namun yang cukup menyita perhatian publik adalah kedua kepala daerah di Jatim yang dikenal memiliki nasab (keturunan) dari pendiri NU dan kalangan pesantren.

Pengamat komunikasi politik dari Unair Surabaya, Dr Suko Widodo menilai PPP memang tidak bisa lepas dari sejarah NU. Oleh karena itu munculnya kedua nama bupati yakni Munjidah Wahab (Bupati Jombang) dan Ra Abdul Latif Imron (Bupati Bangkalan) adalah sangat tepat karena kedua tokoh itu memiliki nasab NU yang kental.

“Bu Munjidah adalah cucu KH Wahab Chasbullah dan Ra Abdul Latif Imron adalah cicit Syaikhona Kholil Bangkalan, jadi kedua tokoh itu diyakini mampu mengambil ceruk suara NU yang selama ini didominasi PKB. Bisa mengimbangi PKB,” kata Suko Widodo, Senin (5/4/2021).

Selain, faktor nasab NU yang jelas, kata Suko, ketua PPP Jatim mendatang juga punya orientasi millenial karena pemilih millenial pada pemilu 2024 mendatang jumlahnya cukup besar. “Dari sisi millenial, Ra Latif memang lebih menguntungkan bagi PPP Jatim,” terangnya.

Faktor ketiga, lanjut Suko Widodo adalah memiliki jaringan (networking) yang kuat. “Untuk jaringan, Bu Munjidah saya kira lebih unggul karena memiliki jaringan di Muslimat dan Fatayat NU yang dikenal sebagai pemilih loyalis. Kalau PPP mampu menggaet suara Muslimat bukan hal yang mustahil PPP Jatim kedepan bisa melejit perolehan suaranya,” imbuhnya.

Senada, pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdussalam mengatakan bahwa partai politik hingga saat ini tidak bisa lepas dari tokoh, termasuk PPP Jatim yang butuh seorang tokoh untuk membackup figur PPP di tingkat nasional.

“Tokoh yang punya relasi kuat dengan NU akan stratgis sekali untuk membesarkan PPP Jatim kedepan,” terang Dekan FISIB UTM ini.

Kemudian soal dua nama kandidat ketua DPW PPP Jatim yang memiliki nasab NU yang kuat, kata Surokim merupakan peluang bagi PPP untuk bisa mengambil ceruk pemilih NU yang selama ini didominasi PKB.

“Saya yakin jika Bu Munjidah Wahab atau Ra Latif Imron yang terpilih memimpin PPP Jatim kedepan, PPP Jatim akan punya peluang lebih besar pada pemilu 2024 karena mendapat dukungan suara dari warga nahdliyin,” ungkap Surokim.

Kendati demikian, jika harus memilih diantara kedua nama kandidat yang paling layak dan bisa membesarkan PPP Jatim kedepan. Surokim mengaku lebih menjagokan Bupati Jombang sebagai penerus Musyaffa’ Noer (Ketua DPW PPP Jatim).

Alasannya, pemilih NU laki-laki itu lebih cair dan tersebar di berbagai partai politik. “Bu Munjidah Wahab lebih prospektif karena bisa mendekati suara NU perempuan yang dikenal loyal dan militan,” dalih Surokim.

Selain itu, Bu Munjidah Wahab juga bisa membangkitkan kembali memorabilia tokoh-tokoh PPP. Sebagaimana diketahui bersama, kalau di Jateng PPP punya Alm KH Maimoen Zubair, di Jatim juga punya Hj Aisyah Amini.

“Bahkan Khofifah Indar Parawansa itu dulunya merupakan tokoh NU untuk patron PPP, sehingga sangat dimungkinkan Gubernur Jatim akan membantu membesarkan PPP di Jatim,” ungkap Surokim.

Ia mengakui pemilih millenial pada pemilu mendatang jumlahnya cukup besar kisaran 48 %. Namun jika PPP mengambil ceruk millenial kompetisinya juga sangat ketat. Sebaliknya jika mengambil ceruk perempuan, kompetisinya tidak terlalu ketat, tapi loyalitasnya pemilih perempuan lebih tinggi dibanding millenial.

“Faktor ketiga yang perlu diperhatikan untuk menentukan ketua PPP Jatim kedepan adalah faktor ekonomi. Sebab roda organisasi sebuah partai poliitik juga membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kalau amunisinya minim, maka program sebagus apapun sulit untuk berjalan dengan baik,” pungkas Surokim Abdussalam. (ud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry