Novera Herdiani, S.KM., M.Kes – Dosen Prodi S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan,

DIABETES mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik karena adanya masalah pada pengeluaran insulin. Insulin yang diproduksi oleh pankreas kurang, akibatnya terjadi ketidakseimbangan gula dalam darah sehingga meningkatkan konsentrasi kadar gula darah.

Diabetes dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko, penyebab paling banyak ditemui adalah pola hidup yang tidak sehat. Pola hidup merupakan kebiasaan yang dilakukan dan dapat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang.

Penderita DM tipe 2 dianjurkan melakukan aktifitas fisik 30 menit dalam sehari sebanyak 3-4 kali dalam seminggu seperti berjalan kaki dan lari ringan. Seseorang yang jarang melakukan aktifitas fisik mengalami kelebihan energi yang dikonsumsi, karena sedikitnya energi yang dikeluarkan tubuh, sehingga menimbulkan ketidakseimbangan energi yang disimpan pada jaringan adipose.

Kondisi ini dapat memicu risiko DM tipe 2 akibat terjadinya resistensi insulin. Konsumsi sayur dan buah juga dapat mengurangi risiko DM tipe 2.

Rekomendasi untuk konsumsi sayur yaitu 3 porsi/hari, konsumsi buah 2 porsi/hari. Manfaat dari mengonsumsi buah dan sayur yaitu menurunkan absorbsi kolesterol dan lemak. Tidak merokok dapat mengurangi risiko penyakit DM tipe 2, karena seseorang yang lebih sering terpapar dengan asap rokok lebih berisiko menderita penyakit ini dibanding dengan orang yang tidak/jarang terpapar oleh asap rokok.

Kondisi ini disebabkan karena merokok menyebabkan terjadinya resistensi insulin yang menyebabkan meningkatnya kadar gula darah.

Gejala DM dibedakan menjadi akut dan kronik. Gejala akut DM yaitu Poliphagia (banyak makan), Polidipsia (banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan bertambah tetapi berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah.

Gejala kronik DM yaitu kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.

Dengan memperhatikan gejala gejala yang timbul akan dapat mendeteksi secara dini penderita DM khususnya tipe 2. Jika mengalami gejala yang ditimbulkan oleh DM dapat segera melakukan pemeriksaan gula darah pada layanan kesehatan yang tersedia.

Apabila telah terdiagnosis oleh DM, yang dapat dilakukan adalah :

1. Dengan mengikuti edukasi berupa penyuluhan dan konseling tentang DM.

2. Melakukan latihan atau aktifitas fisik secara teratur dan tepat.

3. Mengonsumsi obat obatan secara teratur sesuai dengan petunjuk dokter.

4. Monitoring gula darah secara teratur dengan petunjuk dokter.

Penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan yang rendah merupakan salah satu penyebab tingginya angka kasus penyakit termasuk DM tipe 2.

Individu yang mempunyai riwayat diabetes keluarga memiliki risiko untuk terjadi diabetes 1,8 kali 2,8 kali 10 daripada individu yang tidak berisiko, risiko ini lebih besar bila riwayat diabetes pada ibu dari pada riwayat diabetes pada ayah.

Perbaikan gaya hidup efektif mengurangi risiko DM bahkan diantaranya dapat menjadi normal, juga lebih baik dari pada pengobatan metformin. Selain itu, individu dengan risiko diabetes, lebih berhasil memperbaiki gaya hidup, bila disampaikan oleh dokter tentang risiko DM yang dimilikinya.

Perilaku untuk mencegah penyakit diabetes dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Faktor  predisposisi yang terdiri dari pengetahuan yang dimiliki oleh individu terkait penyakit diabetes dan risiko bila sudah terjangkit penyakit diabetes. Kepercayaan juga mempengaruhi individu untuk melakukan tindakan upaya pencegahan. Kepercayaan individu pada bahaya yang dapat terjadi pada dirinya bila terjangkit penyakit tentunya mempengaruhi individu untuk melakukan upaya pencegahan.

2. Faktor pendukung yang dilatar belakangi ada tidaknya fasilitas yang dapat mendukung individu untuk melakukan upaya pencegahan penyakit DM.

Pencegahan DM tipe 2 meliputi pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer ditujukan untuk kelompok beresiko yang dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang pola hidup sehat melalui program penurunan berat badan untuk mencapai berat badan ideal, latihan jasmani dan hentikan kebiasaan merokok maupun intervensi farmakologis.

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang telah terdiagnosis DM.

Pencegahan sekunder meliputi pengendalian kadar glukosa dan faktor resiko penyulit, melakukan deteksi dini adanya penyulit dan program penyuluhan yang memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program pengobatan sehingga mencapai target terapi yang diharapkan.

Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penderita diabetes yang telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut serta meningkatkan kualitas hidup.

Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan menetap. Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan keluarga. Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal.

Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan komprehensif dan terintegrasi antar disiplin yang terkait, terutama di rumah sakit rujukan. Pencegahan penyakit DM tipe 2 terutama ditujukan kepada orang-orang yang memiliki risiko untuk menderita DM tipe 2.

Sehingga dengan dilakukan pencegahan, dapat memperlambat timbulnya DM tipe 2, menjaga fungsi sel penghasil insulin di pankreas, dan mencegah atau memperlambat munculnya gangguan pada jantung dan pembuluh darah. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry