Gabah hasil panen petani usai dijemur di mesin pengering di Jotosanur, Senin, (25/3)

LAMONGAN | duta.co – Memasuki akhir bulan Maret ini, para petani di Lamongan sudah mulai panen padi. Namun, mereka kesulitan untuk menjemur gabah hasil panennya dikarenakan cuaca yang tidak menentu. Hujan masih sering terjadi tiap harinya.

Sulitnya untuk mengeringkan gabah hasil panen mereka, akibatnya para petani mau tidak mau harus menggunakan mesin pengering padi (driyer) di tempat – tempat penggilingan padi yang ada di wilayah tedekat mereka.

“Kami kesulitan mengeringkan gabah hasil panen kali ini, karena hujan yang terus-menerus, itu membuat kualitas gabah kami menjadi jelek. Tetapi mau tidak mau ya bagaimana lagi, kami harus beralih menggunakan mesin pengering padi,” ucap petani di Jotosanur, Senin (25/3).

Menurutnya, jika secepatnya tidak beralih ke mesin pengering driyer, kurangnya panas saat menjemur manual di bawah terik matahari, justru dapat membuat gabah sulit kering dan menjadi lembab, kualitasnya menjadi jelek dan harganya juga murah.

“Dengan adanya mesin pengering padi milik perorangan yang berada di wilayah kami, itu sangat membantu sekali, khususnya pada saat cuaca yang tidak menentu seperti sekarang ini, dengan kondisi hujan terus menerus tiap harinya,” ungkapnya.

Ia juga berharap, pemerintah daerah maupun pemerintah pusat betul – betul memperhatikan nasib para petani, termasuk menyediakan mesin pengering padi di kelompok – kelompok tani yang memang membutuhkan alat tersebut.

Sementara itu, pemilik mesin pengering padi, Prayitno menyatakan, dalam sehari mesin pengering driyernya dapat menghasilkan 20 hingga 30 Ton gabah hasil panen para petani.

“Gabah petani hasil panen mereka yang sudah dikeringkan ke mesin saya, harganya satu Ton hanya Rp 250 ribu saja. Tentunya itu harga yang sangat murah meriah dan sangat bersahabat sekali. Hasilnya di sini juga kering, sangat memuaskan, ” kata pria yang akrab disapa Mas Pra tersebut.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan, petani yang tengah mengeringkan gabahnya di sini tidak hanya berasal dari wilayah Jotosanur saja, melainkan para petani yang sudah panen padi di seluruh Lamongan lainnya.

“Saya berharap kepada pemerintah untuk memberikan bantuan modal usaha, semisal ada dana hibah seperti itu. Iya untuk kulakan gabah petani saat musim panen seperti sekarang ini. Harga gabah hasil.panen kering sawah saat ini kisaran Rp 4.500 – Rp 5.500,” tutur Mas Pra. (ard)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry