SURABAYA | duta.co – Rois Am PBNU, KH. Miftachul Akhyar menyerukan kepada para guru, pendidik dan pengajar, khususnya di lingkungan lembaga pendidikan maarif, untuk pintar secara keilmuan sesuai perkembangan jaman dan teknologi, namun di sisi lain tetap menjaga keilmuannya dalam jalur yang benar.

Dengan mengutip Alqur’an, Rois Am mengaskan bahwa lafadz iqra’ dalam surat Al Alaq menunjukkan Guru harus ‘pinter’ atau pintar, sedangkan lafadz ‘Bismi Rabbika’ menunjukkan pesan bahwa Glguru itu harus benar.

Hal itu disampaikan Kiai Miftah dalam Halal Bihalal yang deselanggarakan Pengurus Cabang LP Maarif NU Kota Surabaya, Rabu (8/5) di Gedung Pertemuan Convention Hall Surabaya. Menurut Ketua Panitia, Ahmad Zaini Ilyas, Halal Bihalal tahun ini diikuti 600 Guru dan Kepala Sekolah Ma’arif NU se Kota Surabaya.

Hadir dan memberikan sambutan, Ketua PCNU Kota Surabaya, Ir. H. Masduqi Thoha dan Ketua LP. Maarif NU Jawa Timur, H. Noor Shodiq Askandar, SE. Tampak hadir juga Kabid SMP Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Syahroni dan Kepala Kemenag Kota Surabaya, Dr. H. Pardi.

Lebih lanjut, Kiai Miftah berpesan, sekolah Ma’arif adalah lembaga yang bukan hanya mencetak orang-orang pintar saja, tetapi juga mencetak orang-orang yang benar. Pengasuh PP Miftachus Sunnah ini juga mengutip pesan pujangga Jawa Ronggo warsito, Amenangi jaman edan, ewuh aya ing pambudi, Melu edan nora tahan, yen tan milu anglakoni, boya kaduman melik, kaliren wakasanipun. Dilalah kersa Allah. begja-begjaning kang lali luwih, begja kang eling lan waspada.

“Artinya, menghadapi jaman edan, keadaan menjadi serba sulit, turut serta edan tidak tahan, apabila tidak turut serta melakukan, tidak mendapatkan bagian akhirnya menderita kelaparan. Sudah kehendak Tuhan Allah, betapapun bahagianya orang yang lupa lebih berbahagia mereka yang sadar dan waspada,” jelas Kiai Miftah.

Oleh kerena itu, sambungnya, seorang guru hendaknya senantiasa membuat keseimbangan antara kehidupan dunia dan juga ukhrawi.

“Agar bisa pintar dan benar, maka guru Maarif harus terus mengasah keilmuan, sekaligus banyak berdzikir, sehingga hidupnya seimbang dan selalu bahagi,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua Maarif NU Jatim, Gus Shodiq menyampaikan lima modal Modal atau prasyarat dalam membangun sebuah institusi pendidikan atau sekolah/madrasah agar bermanfaat. Kelima modal itu adalah modal nama Ma’arif, Modal Jejaring, Modal Sosial, Modal Technologi dan Modal Keuangan.

“Sekolah Maarif perlu optimal membangun branding, jangan hanya bisa ngomong sekolah lain lebih baik, tapi harus yakin dan percaya bahwa sekolah Ma’arif lebih baik,” tegas wakil rektor Unisma Malang ini.

Dalam hal jejaring Maarif, Gus Shodiq mengajak keluarga besar Maarif dan warga NU untuk menyukseskan Gerakan Sekolah Maarif atau GSM. Menghadapi Musinlm Penerimaan Peserta Didik Baru atau PPPDB 2024/2025, Maarif NU Jatim sudah menyiapkan patform digital untuk daftar di sekolah Maarif melalui platform e-GSM.

“Modal jejaring yang diperkuat modal.teknologi seperti e-GSM ini, saya optimis Maarif akan selalu jaya, Amin,” harapnya. (*)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry