Dr Moh Mukhrojin, SH SPdi, MSi (kiri) dan KH Toha Abrori Bojonegoro yang terkenal dengan akun Santri Senior. (FT/IST)

SURABAYA | duta.co – Viral, sebuah video memperlihatkan jamaah shalat Idul Fitri pilih bubar ketika khotib menyampaikan khotbah tentang kecurangan Pemilu. Menurut video tersebut, itu terjadi di Lapangan Tamanan, Banguntapan, Bantul, DI Yogyakarta, Kamis (10/4/24).

Jamaahnya protol, sang khotib masih tidak terasa. Bahkan secara terang-terangan, khotib itu menyebut nama Presiden Jokowi dalam khotbahnya. “Menjadi sangat lebih memalukan dan memuakkan karena kecurangan dalam pemilu yang dinilai banyak pihak yang terburuk dalam sejarah Indonesia,” ujar khotib itu.

Cukup? Belum. Kata sang khotib: “Ironisnya problematika pelanggaran pemilu yang sering disebut terjadi secara terstruktur, sistematis dan masif, terjadi justru terkait dengan perilaku Joko Widodo sebagai Presiden RI, sebagaimana yang tersebar luas di media sosial dan surat kabar,” lanjut khotib, tidak sadar makmum mrotoli secara berjamaah.

Dr Moh Mukhrojin, SH SPdi, MSi, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kecamatan Sukolilo, Surabaya,  mengaku prihatin menyaksikan video tersebut. Menurutnya ini warning (peringatan) serius bagi para dai. Bahwa kepentingan politik tidak boleh masuk dalam ibadah, apalagi sebagai propaganda umat.

“Tuduhan kecurangan Pemilu 2024 itu sudah masuk ranah Mahkamah Konstitusi (MK). Dan sedang menjadi bahasan majelis hakim MK. Pengetahuan seperti ini juga harus dipahami para dai. Di samping itu, kebenaran dalam politik sangat relatif, debatable. Sehingga tidak boleh disampaikan di depan jamaah yang majemuk,” tegasnya.

Menurut Dr Mukhrojin, belakangan, kita rasakan orang beragama terjebak pada formalitas. Ini bisa lepas substansi agama itu sendiri. “Akhirnya, kalau tidak seperti dirinya, salah, kafir. Islam tidak mengajarkan begitu,” tegasnya.

Pun terhadap umara, seakan-akan kalau tidak pilihannya, bukan jagonya, keliru. “Padahal kita diperintah Kanjeng Nabi Muhammad Saw untuk hormat kepada umara. Siapa yang meremehkan pemimpin, maka, siap-siap merugi dunia. Ini hadits kanjeng nabi. Tidak boleh meremehkan pemimpin, meski kita tidak cocok dengannya,” tegasnya.

Kepala Kantor Kemenag Bantul, Ahmad Shidqi, mengatakan, bahwa pihaknya langsung menelusuri kebenaran video tersebut. Dari hasil penelusuran, khotib merupakan seorang akademisi di salah satu perguruan tinggi.

Seperti dibakarkan tribunnews.com, sosok khotib tersebut adalah Ustaz Dr Untung Cahyono MHum. Selain menjadi ustaz, Untung Cahyono memiliki profesi sebagai seorang dosen. Untung Cahyono pernah menjadi dosen di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.

Selain menjadi dosen, sosok Untung dikenal kerap diundang sebagai penceramah di Masjid Islamic Center UAD. Ia juga pernah masuk jajaran Pimpinan Wilayah Muhammadiyah di Yogyakarta. Di sisi lain, dikutip dari press release dari Universitas Ahmad Dahlan memberikan klarifikasi bahwa Untung sudah tidak aktif mengajar.

Pihak Universitas menjelaskan sosok Untung pernah menjadi dosen tamu atau dosen tidak tetap. Dijelaskan bahwa Untung pernah terdaftar di wadah Al Islam Kemuhammadiyahan (AIK) di Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) pada 2022. Semoga ini menjadi pelajaran kita bersama. (mky, net)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry