Keterangan foto CNBI

SURABAYA | duta.co – Kemenangan pasangan nomor urut 2, Prabowo-Gibran versi hitung cepat lembaga survey, seakan mengharuskan kita menengok ke belakang. Direktur Eksuktif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) Dr M Sholeh Basyari, menyoroti program pasangan calon dalam Pilpres 2024.

“Di samping faktor lain, kemenangan Prabowo Gibran menunjukkan tema kampanye ‘makan siang gratis’ efektif mengalahkan BBM gratis dan internet gratis,” demikian disampaikan Dr Sholeh Basyari kepada duta.co, Kamis (15/2/24).

Menurut dosen di sejumlah perguruan tinggi Nahdlatul Ulama (NU) ini, Prabowo-Gibran lebih fokus pada makan siang yang merupakan basic need (kebutuhan dasar), daripada kebutuhan lain, dan bagi masyarakat bawah, kampanye ini tepat sasaran.

“Sekarang, secara meyakinkan perolehan suara Prabowo-Gibran jauh meninggalkan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud. Kemenangan ini meski (seperti biasanya dalam pilpres-pilpres sebelumnya), dipersoalkan oleh dua pasangan yang kalah. Ini membuktikan banyak hal penting yang patut kita cermati,” tegasnya.

Dr M Sholeh Basyari, Direktur Ekskutif CSIIS.

Pertama, tegasnya, gagalnya eksperimen peleburan Islam tradisionalis dengan Islam modernis dalam pasangan AMIN. Harus diakui, pasangan AMIN sejatinya diakui banyak fihak, termasuk oleh elit-elit PKB dan PKS, adalah sejenis kawin paksa.

“Ada jurang perbedaan “ideologi” yang lebar antara PKB dengan PKS, serta, luka lama yang dirasakan kaum nahdliyyin atas kelompok modernis. Nah, dalam Pilpres kemarin seakan terkoyak lagi dengan penempatan Muhaimin yang “hanya” sebagai cawapres Anies Baswedan,” terangnya.

Kedua, lanjutnya, dengan hasil quick count yang ada, yakin PKB akan segera “menyadari” kesalahan dan segera membubarkan dan meninggalkan barisan AMIN. “PKB itu instrumen politik NU, selalu berpegangan pada azas maslahat dalam mengambil tiap langkah politiknya,” urainya.

Di samping itu, jelas Dr Sholeh, Cak Imin terutama (dengan meninggalkan Jazilul Fawaid untuk tetap berada dalam timnas AMIN), pasti menghitung serius tingkat kerusakan politik dar’ul mafasid muqaddamun ‘ala jalbi Al-mashalih), manakala ikut-ikutan Bambang Widjojanto dan PKS, untuk terus menuding kecurangan Pilpres.

Ketiga, kemenangan Prabowo Gibran menunjukkan tema kampanye makan siang gratis mengalahkan BBM gratis dan internet gratis. Prabowo lebih fokus pada makan siang yang merupakan basic need (kebutuhan dasar), daripada kebutuhan lain. Bagi masyarakat bawah, kampanye ini tepat sasaran,” terangnya.

Masih menurut Dr Sholeh, secara hak ekonomi dalam perspektif hak asasi manusia (HAM), makan siang gratis sejatinya adalah tugas dan tanggung jawab negara, ketika negara gagal dan kurang maksimal menyediakan lapangan kerja. Dengan merujuk hak ekonomi pula, program makan siang gratis bisa dimaknai sebagai bentuk pemberian jaminan sosial sebagai ganti dari penyediaan lapangan kerja yang cukup bagi semua warga negara. “Jadi, sejumlah program ini harus benar-benar kita cermati,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry