Seorang kader posyandu berikan pendampingan dan sosialisasi (duta.co/dok)

PROBOLINGGO | duta.co – Sebanyak Rp 1 Miliar anggaran yang berasal dari DBHCHT (Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau) 2021 digunakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo untuk mencegah terjadinya stunting.

Kepala Dinkes Shodiq Tjahjono menjelaskan, anggaran DBHCHT untuk menangani stunting sebesar Rp 1 miliar. Rinciannya, Rp 719 juta untuk melakukan pendampingan, sisanya untuk sosialisasi.

“Ini digunakan di 44 desa di Kabupaten Probolinggo,” ujar Shodiq, Sabtu (25/9/2021).

Pendampingan dilakukan di seluruh desa pada 33 puskesmas. Tapi tahun ini, yang menjadi prioritas menyasar 44 desa karena kasus stunting cukup tinggi.

Menurut Shodiq, kader posyandu dan bidan desa melakukan pendampingan kepada keluarga dan ibu hamil, baik sebelum maupun setelah melahirkan.

“Mereka memberikan motivasi, pengetahuan soal gizi dan pola asuh, serta makanan sehat untuk dikonsumsi. Pendampingan dilakukan oleh kader dan bidan desa ke rumah-rumah,” jelasnya.

Pendampingan juga dilakukan saat ibu hamil kontrol di Ponkesdes. Mereka juga diberikan tablet penambah darah.

Keluarga ibu hamil, pada bulan-bulan tertentu, terutama ketika masuk persiapan kelahiran, sudah dibekali wawasan stunting dan ASI oleh kader posyandu dan bidan desa untuk menekan stunting.

Dalam hal ini, dinkes memiliki Metode Emo Demo yang merupakan bagian dari penanggulangan stunting di Kabupaten Probolinggo.

“Pelatihan Emo Demo untuk meningkatkan gizi ibu, bayi dan anak dalam rangka gerakan 1000 HPK. Bidan desa dan kader posyandu sudah dilatih untuk melakukan perubahan perilaku inovatif dengan pesan sederhana untuk mendukung gerakan tersebut,” tandasnya. hul/adv

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry